CIRI-CIRI AQIDAH AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH
OlehSyaikh Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd
Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah memiliki ciri-ciri khusus. Adapun ciri-ciri itu dpt dijelaskan sebagai berikut.
[1] Sumber pengambilan bersih dan akurat. Hal ini krn aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah berdasarkan Kitab dan Sunnah serta Ijma’ para Salafush Shalih, yg jauh dari keruh hawa nafsu dan syubhat.
[2] Ia ialah aqidah yg berlandaskan penyerahan total kpd Allah dan Rasul-Nya. Sebab aqidah ini ialah iman kpd sesuatu yg ghaib. Karena itu, beriman kpd yg ghaib mrpk sifat orang-orang mukmin yg paling agung, sehingga Allah memuji mereka : ” Kitab (Al-Qur’an) ini tdk ada keraguan pada ; petunjuk bagi orang yg bertakwa, (yaitu) mereka yg beriman kpd yg ghaib”. [Al-Baqarah : 2-3]. Hal itu krn akal tdk mampu mengetahui hal yg ghaib, juga tdk dpt berdiri sendiri dalam memahami syari’at, krn akal itu lemah dan terbatas. Sebagaimana pendengaran, penglihatan dan kekuatan manusia itu terbatas, demikian pula dgn akalnya. Maka beriman kpd yg ghaib dan menyerah sepenuh kpd Allah ialah sesuatu yg niscaya.
[3] Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah ialah aqidah yg sejalan dgn fithrah dan logika yg benar, bebas dari syahwat dan syubhat.
[4] Sanad bersambung kpd Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sahabat, tabi’in dan para imam, baik dalam ucapan, peruntukan maupun keyakinan. Ciri ini banyak diakui oleh para penentangnya. Dan memang -Alhamdulillah- tdk ada suatu prinsip pun dari aqidah AhlusSunnah wal Jama’ah yg tdk memiliki dasar Al-Qur’an dan As-Sunnah atau dari Salafus Shalih. Ini tentu berbeda dgn aqidah-aqidah bid’ah lainnya.
[5] Ia ialah aqidah yg mudah dan terang, seterang matahari di siang bolong. Tidak ada yg rancu, masih samar-samar maupun yg sulit. Semua lafazh-lafazh dan makna jelas, bisa dipahami olehorang alim maupun awam, anak kecil maupun dewasa. Ia ialah aqidah yg berdasar kpd Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sedangkan dalil-dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah laksana makanan yg bermanfaat bagi segenap manusia. Bahkan seperti air yg bermanfaat bagi bayi yg menyusu, anak-anak, orang kuat maupun lemah.
[6] Selamat dari kekacauan, kontradiksi dan kerancuan. Betapa tdk, ia ialah bersumber kpd wahyu yg tak mungkin datang kpd kebatilan, dari manapun datangnya. Dan kebenaran tdk mungkin kacau, rancu dan mengandung kontradiksi. Sebaliknya, sebagian membenarkan sebagian yg lain. Allah berfirman : “Kalau sekira Al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendptkan pertentangan yg banyak di dalamnya” [An-Nisaa : 82]
[7] Mungkin di dalam terdpt sesuatu yg mengandung perdebatan, tetapi tdk mungkin mengandung sesuatu yg mustahil. Dalam aqidah AhlusSunnah wal Jama’ah ada hal-hal yg di luar jangkauan akal, atau tdk mampu dipahami. Seperti seluruh masalah ghaib, adzab dan nikmat kubur, shirath, haudh (telaga), surga dan neraka, serta kaifiyah (penggambaran) sifat-sifat Allah. Akal manusia tdk mampu memahami atau mencapai berbagai persoalan di atas, tetapi tdk menganggap mustahil. Sebalik ia menyerah, patuh dan tunduk kpdnya. Sebab semua datang dari wahyu, yg tdk mungkin berdasarkan hawa nafsu.
[8] Ia ialah aqidah yg universal, lengkap dan sesuai dgn setiap zaman, tempat, keadaan dan umat. Bahkan kehidupan ini tdk akan lurus kecuali dgnnya.
[9] Ia ialah aqidah yg stabil, tetap dan kekal. Ia tetap teguh menghadapi berbagai benturan yg terus menerus dilancarkan musuh-musuh Islam, baik dari Yahudi, Nashrani, Majusi maupun yglainnya . Ia ialah akidah yg kekal hingga hari kiamat. Ia akan dijaga oleh Allah sepanjang generasi. Tak akan terjadi penyimpangan, penambahan, pengurangan atau penggantian. Betapa tdk, krn Allah-lah yg menjamin penjagaan dan kekalannya. Ia tdk menyerahkan penjagaan itu kpd seorangpun dari mahluk-Nya, Alah berfirman : “Sesungguh Kamilah yg menurunkan Al-Qur’an dan Kamilah yg akan menjaganya”. [Al-Hijr : 9]
[10] Ia ialah sebab ada pertolongan, kemenangan dan keteguhan. Hal itu krn ia ialah aqidah yg benar. Maka orang yg berpegang teguh kpd akan menang, berhasil dan ditolong. Hal itu sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Akan senantiasa ada sekelompok dari umatku yg membela kebenaran, yg tdk akan membahayakan merekaorang yg merendahkan mereka sampai datang keputusan Allah, dan mereka dalam keadaan demikian”. [Hadits Riwayat Muslim 3/1524]. Maka barangsiapa mengambil aqidah tersebut, niscaya Allah akan memuliakan dan barangsiapa meninggalkannya, niscaya Allah akan menghinakannya. Hal itu telah diketahui oleh setiaporang yg membaca sejarah. Sehingga, ketika umat Islam menjauhi agamanya, terjadilah apa yg terjadi, sebagaimana yg menimpa Andalusia (Spanyol) dan yg lain.
[11] Ia mengangkat derajat para pengikutnya. Barangsiapa memegang teguh aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, semakin mendalami ilmu tentangnya, mengamalkan segala konsekwensinya, serta mendakwahkan kpd manusia, niscaya Allah akan meninggikan derajatnya, meluaskan kemasyhura serta keutamaan akan tersebar, baik sebagai pribadi maupun jama’ah. Hal itu krn akidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah ialah akidah terbaik yg sesuai dgn segenap hati dan sebaik-baik yg diketahui akal. Ia menghasilkan berbagai pengetahuan yg bermanfaat dan akhlak yg tinggi.
[12] Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah ialah kapal keselamatan. Maka barangsiapa berpegang teguh dgnnya, niscaya akan selamat. Sebalik barangsiapa meninggalkannya, niscaya tenggelam dan binasa.
[13] Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah ialah aqidah kasih sayg dan persatuan. Karena, tdklah umat Islam itu bersatu dalam kalimat yg sama di berbagai masa dan tempat kecuali krn mereka berpegang teguh dgn aqidah AhlusSunnah wal Jama’ah. Sebaliknya, mereka akan berpecah belah dan saling berselisih pendpt jika menjauh darinya.
[14] Aqidah Ahlus Suannah wal Jama’ah ialah aqidah istimewa. Para pengikut ialah orang-orang istimewa, jalan mereka lurus dan tujuan-tujuan jelas.
[15] Ia menjaga para pengikut dari bertindak tanpa petunjuk, mengacau dan sikap sia-sia. Manhaj mereka satu, prinsip mereka jelas, tetap dan tdk berubah. Karena itu para pengikut selamat dari mengikuti hawa nafsu, selamat dari bertindak tanpa petunjuk dalam soal wala’ wal bara’ (setia dan berlepas diri dariorang lain), kecintaan dan kebencian kpd orang lain. Sebaliknya, ia memberikan ukuran yg jelas, sehingga tdk akan keliru selamanya. Dengan demikian ia akan selamat dari perpecahan, bercerai berai dan kesia-siaan. Ia akan tahu kpd siapa hrs membenci, dan mengetahui pula hak serta kewajibannya.
[16] Ia akan memberikan ketenangan jiwa dan pikiran kpd pengikutnya. Jiwa tdk akan gelisah, tdk akan ada kekacauan dalam pikirannya. Sebab akidah ini menghubungkan antaraorang mukmin dgn Tuhannya. Ia akan rela Allah sebagai Tuhan, Pencipta, Hakim dan Pemuntuk Syari’at. Maka hati akan merasa aman dgn takdir-Nya, dada akan lapang atas ketentuan-ketentuan hukum-Nya, dan pikiran akan jernih dgn mengetahui-Nya.
[17] Tujuan dan amal pengikut aqidah ini mejadi selamat. Yakni selamat dari penyimpangan dalam beribadah. Ia tdk akan menyembah selain Allah dan akan mengharapkan kpd selain-Nya.
[18] Ia akan mempengaruhi prilaku, akhlak dan mua’malah. Aqidah ini memerintahkan pengikut melakukan setiap kebaikan dan mencegah mereka melakukan setiap kejahatan. Ia memerintahkan keadilan dan berlaku lurus serta mencegah mereka dari kezhaliman dan penyimpangan.
[19] Ia mendorong setiap pengikut bersungguh-sungguh dan bersemangat dalam segala sesuatu.
[20] Ia membangkitkan jiwa mukmin agar mengagungkan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sebab ia mengetahui
bahwa Al-Qur’an dan As-Sunnah ialah haq, petunjuk dan rahmat, krn itu mereka mengagungkan dan berpegang teguh pada keduanya.
[21] Ia menjamin kehidupan yg mulia bagi pengikutnya. Di bawah naungan aqidah ini akan terwujud keamanan dan hidup mulia. Sebab ia tegak atas dasar iman kpd Allah dan kewajiban beribadah kpd-Nya, dan tdk kpd yg lain. Dan hal itu -dgn tdk diragukan lagi- menjadi sebab keamanan, kebaikan dan kebahagiaan dunia-akhirat. Keamanan ialah sesuatu yg mengiringi iman. Maka, barangsiapa kehilangan iman, ia akan kehilangan keamanan. Allah berfirman : “Orang-orang yg beriman dan tdk mencampuradukkan iman mereka dgn kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yg mendpt keamanan dan mereka itulah orang-orang yg mendpt petunjuk”. [Al-An’am : 82]. Jadi orang-orang yg bertakwa dan beriman ialah mereka yg memiliki kemanan yg sempurna dan petunjuk yg sempurna pula, baik di dunia maupun di akhirat. Sebaliknya, orang-orang musyrik dan pelaku maksiat ialah orang-orang yg selalu ketakutan. Mereka senantiasa diancam dgn berbagai siksaan di setiap saat.
[22] Aqidah ini menghimpun semua kebutuhan ruh, hati dan jasmani.
[23] Mengakui akal, tetapi membatasi perannya. Ia ialah aqidah yg menghormati akal yg lurus dan tdk mengingkari perannya. Jadi, Islam justru tdk rela jika seorang muslim memadamkan cahaya akalnya, lalu ha bertaklid buta dalam persoalan aqidah dan lainnya. Meskipun begitu, peran akal tetaplah terbatas.
[24] Mengakui perasaan manusia dan membimbing pada jalan yg benar. Perasaan ialah sesuatu yg alami pada diri manusia dan tak seorangpun manusia yg tdk memilikinya. Aqidah ini ialah aqidah yg dinamis, tdk kaku dan beku, ia mengaku ada perasaan manusia serta menghormatinya, tetapi bukan berarti ia mengumbarnya. Sebalik ia meluruskan dan membimbing sehingga menjadi sarana perbaikan dan pembangunan, tdk sebagai alat perusak dan penghancur.
[25] Ia menjamin untuk memberi jalan keluar setiap persoalan, baik sosial, politik, ekonomi, pendidikan atau persoalan lainnya.
Dengan aqidah ini, Allah telah menyatukan hati umat Islam yg berpecah belah, hawa nafsu yg bercerai berai, mencukupkan setelah kemiskinan, mengajari ilmu setelah kebodohan, memberi penglihatan setelah buta, memberi makan dari kelaparan dan memberi mereka keamanan dari ketakutan.
[Tasharrufan (saduran) dari Mukhtasar Aqidah Ahlis Sunnah wal Jama’ah, Syaikh Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd, Buletin AN NUR Thn. IV/No. 139/Jum’at I/R.Awal 1419H]
Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=884&bagian=0
0 komentar:
Post a Comment