September, 2014

Fokus pada Impian, Setia pada Proses, Bayar harga di Awal_ __Untukmu; Ayah, Ibu__ 090111/san

Jan 19, 2011

Siswa Cari Perhatian???


Hari ini tidak lagi kutemukan kepolosan, ketegangan yang dialami siswa ketika bertemu dengan gurunya. Berlalu di hadapan gurunya pun malah menjadi hal yang dilakukan berulangkali untuk mengambil perhatian. Tidak lagi kutemukan kenyamanan yang dialami seorang guru untuk menjelaskan materi belajar di depan kelas diakibatkan banyaknya aktivitas siswa yang lain di belakang.

Jika kubandingkan dengan zamanku dahulu, perbedaan yang sangat contrast ditemukan. Dulu, semua siswa mendenngarkan materi yang disampaikan dengan tertib, hening, walau tidak ada jaminan bahwa mereka paham akan materi itu. Paling tidak seorang guru nyaman menyampaikan materi tanpa gangguan yang berasal dari siswa, dan tanpa harus menghabiskan waktu  untuk menertibkan mereka sebelum pelajaran dimulai. Ya, karena memang tidak ada yang membuat keributan kala itu.

Hari ini, kutemukan sosok guru yang harus lebih kreatif, tidak boleh kalah dengan siswa. Ya, kukatakan keduanya dituntut kreatif sesuai dengan perkembangan zaman. Namun bagaimana jika siswa terlalu aktif atau hyperaktif? Apakah seorang guru harus turut berbuat demikian atau harus meredam sikap tsb?

Sebagai seorang guru atau tenaga pendidik, kondisi seperti ini sudah menjadi hal yang wajar untuk saat ini. Memang mereka ingin lebih diperhatikan, ingin berekspresi, dan ingin bebas. Karena memang di usia inilah saatnya mereka menuangkan ide2 ereka yang masih segar dan tentunya seorang guru harus mampu menampung itu.
Yang ingin saya sampaikan di sini adalah bahwa seorang guru tidak perlu berkutat di permasalahan ini. Mengeluh dengan kondisi sisiwa yang tidak bisa tertib di kelas, siswa yang terasa menuntut lebih kepada guru, siswa yang selalu memberi kritik, siswa yang ingin bermain- main, dan tindakan lainnya hanyalah menambah beban bagi si guru itu sendiri. Yang harus dilakukan adalah pencarian solusi agar seorang guru dapat menghadapi itu, bukan menghilangkan keadaan itu. Menjadikan itu sebagai kekuatan yang dimiliki siswa, bukan malah menurunkan mental siswa dengan tindakan yang mereka lakukan. Artinya, keadaan yang tercipta hendaknya dimanfaatkan dan dijadikan sebagai kekuatan yang kelak bisa mengembangkan siswa itu sendiri.
Misalnya, ada seorang siswa yang selalu bernyanyi di kelas ketika guru sedang menerangkan. Nah tindakan yang tepat bagi seorang guru tidak langsung menyuruhnya diam, namun ada teknik lain yang akhirnya membuat siswa merasa dihargai dan diakuakui memilliki kelebihan. Seorang guru bisa memintanya untuk bernyanyi di depan menghibur teman yang lain yang sedang suntuk dengan pelajaran yang diikuti. Atau mungkin seorang anak yang sering berbuat kekacauan di elas melalui abar2 yang sedang up to date. Dia bercerita tentang liburannya, tentang keluarganya, prestasinya dll. Jika ada anak yang seperti ini, maka  guru harus mampu membawa kelebihan itu  sebagai alat bagi siswa untuk berkembang. Guru tidak dapat menghindar dari itu semua karena seiring perkembangan zaman, pemikiran siswa pun semakin luas. (19/01san)

*Beberapa kali masuk di kelas SMP. HYPERACTIVE . CREATIVE. Menuntutku untuk menemukan jurus jitu untuk menaklukkan mereka.. 


0 komentar:

Post a Comment

 
Baca Juga:
Langganan
Get It