September, 2014

Fokus pada Impian, Setia pada Proses, Bayar harga di Awal_ __Untukmu; Ayah, Ibu__ 090111/san

Jan 28, 2011

Mari Bicara Tentang Kita: Dakwah Kampus. Duplikasi, Perlukah???


   
Mengapa sering ada amanah ganda, bahkan triple atau kwartet malah?
Mengapa yang kerja itu- itu saja?
Mengapa amanah terasa berat untuk dijalankan?
Mengapa terlalu banyak waktu yang digunakan untuk sekedar ‘percobaan’?

Bukan saatnya menyalahkan siapapun, karena memang kita buka sang hakim, demikian kata Maidany.
Yang kita butuhkan saat ini adalah pembahasan untuk menemukan solusi atas permasalahan ini. Ya, ini adalah sebuah masalah terlepas dari sisi apa kiita melihatnya. Dihadapkan pada masalah adalah hal yang lumrah dalam kinerja dakwah kampus, karena memang di sanalah letak manisnya ukhuwah akan ditemukan dan indahnya berbagi akan dirasakan. Masalah- masalah itu akan mematangkan kita, hingga derajat kita akan meningkat. Kita hanya akan naik ke level berikutnya jika mampu melewati rintangan dan menyelesaikan permasalahan tersebut, bukan menutup mata dari masalah dengan menganggap seolah- olah tidak ada masalah. Permasalahan yang klasik, ‘kader yang kerja itu- itu saja’. Mari kita pikirkan solusinnya!
Sebelumnya, kita tahu bahwa masalah itu timbul karena minimnya kader yang bisa diberi amanah hingga akhirnya amanah bertumpuk pada satu dua orang. Untuk itu, solusinya adalah menghasilkan kader yang qualified sebanyak- banyaknya. Nah bagaimana caranya?
Berikut ada 3 teknik membimbing yang bisa dilakukan agar persebaran amanah merata. Untuk itu perlu kerja yang ekstra dari abang/ kakak untuk mencetak kader yang qualified di bidangnya masing- masing. 
1.       1. Tell me and I forget
Ketika seorang kakak/ abang menjelaskan tentang cara kerja untuk suatu bidang, memberikan teori panjang lebar disertai fotocopyan teks, maka si kader baru hanya akan siap menjadi pendengar dan pembaca, setelah itu dia akan lupa. Ini adalah teknik membimbing yang paling buruk dimana hasil yang faktanya sangat jauh dari yang diharapkan. Persentase keberhasilannya hanya sekitar 20 %. Sebagai seorang abang/ kakak, jangan berhenti hanya di teknik ini, lakukan kembali teknik selanjutnya.

2.      2. Show me and I remember
Misalkan, seorang abang/ kakak ingin memberikan pelajran bagaimana cara dan adab yang islami dalam syuro. Maka dia akan mengikutsertakannya dalam syuro tanpa melibatkannya di dalam. Dalam hal ini, kader baru hanya diminta untuk melihat dan mengamati, maka hasilnya dia akan hanya ingat caranya saja.
Contoh lainnya dalah dalam hal peminjaman tempat untuk acara. Seorang abang/ kakak hendaknya menunjukkan caranya dengan memintanya membuat surat. Akhirnya dia hanya akan mampu membuat surat tanpa mengerti cara peminjaman tempat sepenuhnya.  Ini adalah teknik membimbing yang pertengahan. Persentase keberhasilannya hanyalah sekitar 50%.

3.     3. Involve me and I know
Yang ketiga adalah melibatkan kader baru. Ya, libatkan dalam setiap kegiatan yang perlu untuk dia ketahui. Misalnya, seorang abang/ kakak ingin memberikan proposal bantuan dana, maka ajaklah dia. Tunjukkan kepadanya cara yang sopan dan baik untuk meminta bantuan dana. Setelah itu, ajak kembali dia untuk memberi ke tempat lain dan kali ini yang berbicara adalah dia sendiri. Abang/ kakak akan melihat dan memperbaiki kesalahn tanpa ada unsur salinng menjatuhkan. Artinya memang tidak cukup hanya sampai menunjukkan, tapi juga ditunjukkan dan bersiap untuk memberi dan diberi saran dan nasihat.

Ketiga teknik ini adalah teknik membimbing yang sering dilakukan oleh para atlet. Artinya, mereka punya coach atau pelatih. Susi Susanti punya coach, Taufik Hidayat juga, Irfan Bachdim dkk juga memiliki coach yang rela dibayar mahal.  Seperti itu juga halnya dengan dakwah kampus seharusnya. Seorang abang/ kakak hendaknya bisa menjadi coach untuk adik- adiknya.
Menjadi seorang coach berarti dia harus rela memberikan waktunya untuk membimbing, mulai dari tahap satu hingga ke tahap akhir. Bedanya, coach dalam dakwah kampus tidak akan mendapat bayaran yang tinggi di dunia seperti halnya Alfred Ridel  atau pelatih lainnya,  namun akan ada balasan yang lebih besar lagi dari sisi Allah. 
Untuk itu, seorang anak didik juga hendaknya bersedia menyerahkan dirinya kepada si coach. Taufik Hidayat bersedia disuruh untuk lari setiap hari, seorang atlet renang bersedia menceburkan dirinya ke sungai walaupun sebenarnya ia memiliki ketakutan yang luarbiasa. Tapi itulah duplikasi, si anak didik mengerti dan yakin bahwa coach yang dia pilih adalah yang terbaik dan mampu membawanya menjadi atlet yang professional di bidangnya. Tidak ada keraguan pun padanya, tidak ada buruk sangka.
Action.. Action.. ‘n Action. Hanya itu yang dilakukannya. Tidak perlu banyak bicara.
Inilah yang kita harapkan di dakwah kampus yang kita sedang jalani bersama. Hingga akhirnya kader qualified semakin meningkat dan amanah akan merata seiring regenerasi yang akan terus terjadi. (28/01san)


2 komentar:

duplikasi..
ke Ikhlasan n semangat untuk merubah atau meninggalkan kebiasaan-kebiasaan jelek dalam dakwah kampus..
Action now.....

Post a Comment

 
Baca Juga:
Langganan
Get It