Pengisian KRS online yang dimulai sejak tahun ajaran 2010 menuai berbagai persoalan. Tidak ayal lagi, hal ini membuat ketidaknyamanan kepada mahasiswa, namun di sisi lain kebijakan yang diambil oleh pihak birokrasi ini ternyata bisa meningkatkan pamor kampus kita. Artinya kita sudah mulai mengikuti dan memanfaatkan apa yang telah disediakan. Kalau ada yang bisa lebih praktis, kenapa harus menggunakan cara lama? Demikian tanggapan beberapa orang mahasiswa ketika penulis melakukan wawancara. Sudah siapkah kita mengikuti perkembangan zaman dengan mengadakan pengisian KRS online???? Mari kita pikirkan bersama.
Sebelum adanya pengisian KRS online, mahasiswa harus datang ke kampus untuk mengisi KRS. Mau tidak mau mahasiswa harus rela meninggalkan kampung halamannya walau liburan masih ada tersisa kira- kira satu atau dua minggu. Pengisian ini biasanya akan diadakan di kantor jurusan masing2 fakultas dan kemudian akan dilanjutkan ke puskom pusat atau cabang. Namun tidak secepat itu urusannya. Mahasiswa harus setia menunggu dosen Pembimbing Akademik yang terkadang sulit untuk ditemui di lapangan karena memang memiliki banyak kesibukan di luar, setelah itu baru bisa meminta tanda tangan Ketua Jurusan. Untuk urusan tanda tangan ini sudah menyita banyak waktu dan tenaga. Tidak bedanya seperti antrian BLT yang kita saksikan di media elektronik. Sikut- menyikut dan saling berebutan sepertinya sudah cara yang di’halal’kan untuk urusan yang satu ini. Kelemahan manajemen juga merupakan salah satu penyebab ketidakrapian pengurusan KRS manual yang sudah terjadi berulang kali. Sebut saja di fakultas bahasa dan seni, tampaknya kesalahan yang sama berulang terus- menerus. Penulis yang sudah berada di tingkat 3 juga merasakan betapa permasalahan pengisian KRS online manual selalu di bagian ini, urusan tanda tangan. Sungguh memprihatinkan.
Tidak hanya itu, ketika urusan tanda tangan telah selesai di kantor jurusan, mahasiswa selanjutnya berangkat ke puskom untuk mengisi mata kuliah yang diambil ke system yang telah tersedia. Di bagian ini, permasalahan yang terjadi selalu ada mata kuliah yang tidak keluar dan pemberitahuan pembayaran SPP yang belum sampai ke puskom sehingga menyulitkan mahasiswa mengisi KRS. Kedua hal ini menyebabkan mahasiswa kurang mampu mengefisienkan waktu yang dimilikinya. Pengisian KRS yang seharusnya bisa selesai dalam waktu satu dua hari, namun ternyata tidak terlaksana. Mahasiswa yang ingin kembali ke kampung halaman lagi pun turut merasa terbebani dengan ketidakberesan manajemen yang ada.
Kita yakin bahwa kala itu pihak birokrasi sudah memikirkan tentang hal ini, mencoba mencari jalan lain yang lebih memudahkan mahasiswa dalam urusan KRS dan tentunya juga akan mengurangi beban mereka yang selalu ditemui oleh mahasiswa karena KRS bermasalah. Mencoba sedikit melirik ke universitas negeri lain, ternyata mereka sudah menerapkan system KRS online dan memang dirasakan lebih efektif. Kita pun selaku mahasiswa terkadang merasa terbelakang dengan kondisi kita yang masih menggunakan cara tradisional sementara teman kita di kampus lain sudah jauh di depan memanfaatkan teknologi yang ada. Hingga akhirnya pihak birokrasi memutuskan untuk menerapkan system KRS online. Berita baikkah??? Benarkah kita sudah siap???
Pasti! Kita sudah siap. Kita tidak bisa berpaling dari kemajuan teknologi yang ada, semua sudah tersedia. Tinggal kita memanfaatkannya untuk mempermudah urusan yang dimiliki. Kebijakan ini sudah tepat sesuai dengan hukum “Take Action’. Hukum yang selalu dipegang dan dibenarkan oleh mereka yang mengaktifkan dan memaksimalkan fungsi otak kanan. Memulai sesuatu tanpa terlalu banyak berpikir akan apa yang bakalan terjadi. Namun bukan berarti tidak berpikir. Hal yang kita pahami bersama bahwa kita hanya akan tahu dengan jelas apa yang terjadi jika kita sudah berada di dalamnya, jika kita sudah melaksanakan sesuatu itu. Sementara apa yang kita gambarkan sebelumnya hanyalah asumsi- asumsi yang belum pasti terjadi. Nah, itu sedikit tentang kebijakan pihak birokrasi untuk membuat pengisian KRS online. Penulis sangat mengacungkan jempol dengan keberanian memutuskan hal ini. Artinya kita sudah bergerak ke depan, keluar dari cara biasa yang kita lakukan. Dan tentu kita sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan yang bakal terjadi.
Semester ini adalah kali kedua penerapan KRS online. Alhamdulillah sudah ada perbaikan dari semester sebelumnya. Setidaknya mahasiswa sudah memiliki pengalaman dalam hal pengisian KRS online dari semester sebelumnya. Mata kuliah yang belum keluar, pembayaran SPP yang belum ada laporan ke puskom, dan koneksi internet yang lambat adalah tiga permasalahan yang dihadapi mahasiswa di semester lalu dan kali ini terulang kembali. Semua elemen yang terkait memiliki tanggungjawab untuk hal ini; mahasiswa, sekretaris jurusan, pihak puskom. Dan di sini akan kita bahas bersama solusinya. Mari!
Pertama, mata kuliah yang belum keluar hingga akhir pengisian KRS. Untuk hal ini mahasiswa perlu melaporkan ke sekretaris jurusan. Artinya mahasiswa sebagai orang yang berpendidikan haruslah bijaksana dalam menyikapi segala sesuatu dan tentu juga dalam hal ini, urusan perkuliahan. Tidak ada alasan bagi mahasiswa untuk menyalahkan satu pihak tanpa ada konfirmasi dan komunikasi yang jelas. Mungkin saja pihak jurusan tidak mengetahui keadaan itu sehingga tidak mengambil pusing untuk memikirkannya karena memang masih banyak yang mereka pikirkan. Pihak jurusan dan puskom harus berjalan seiring, dan mahasiswa berjalan di belakang untuk mendukung, bukan malah menyikut kanan kiri dan menjadi di depan membuat kebijakan sendiri: Kampus tidak beres!
Kedua, permasalahan SPP yang belum ada laporan ke puskom. Kembali dituntut kerjasama yang baik dari mahasiswa untuk melaporkan dengan cara yang baik. Walaupun mungkin menyita waktu namun hendaknya ada rasa ‘maklum’ kepada puskom dan bank. Kinerja yang baik dari pihak puskom dan bank sudah terlihat dalam kegiatan kampus sehari- hari, dan ini hanyalah kesilapan yang tidak disengaja. Di sini diperlukan perbaiakan sistem untuk kelancaran urusan antara puskom dan bank yang terkait.
Ketiga, koneksi internet yang lambat. Untuk hal ini, dibutuhkan kebijakan dari mahasiswa untuk memilih sesuatu yang terbaik. Dalam keseharian kita, ketika berhubungan dengan internet tentu ada rasa nyaman ketika koneksinya cepat dan akan menimbulkan kekesalan bahkan kemarahan ketika itu terlihat sangat lambat. Manusiawi. Jadi pemilihan koneksi internet yang cepat juga akan mendukung kelancaran pengisian KRS online. Mulai saat ini kita bisa mulai melirik warnet yang kecepatan loadingnya teruji. Selain itu, ada satu hal yang ingin penulis sampaikan terkait dengan lambatnya koneksi ini. Sebenarnya itu tidak mutlak akibat dari lemahnya system yang dimiliki oleh warnet tersebut, namun juga disebabkan oleh beratnya kapasitas yang dimiliki oleh situs yang digunakan untuk mengisi KRS itu. Penambahan musik yang dibuat ternyata mempengaruhi cepat lambatnya urusan download-an. Walau tidakbisa dipungkiri hal itu bisa sedikit menentramkan hati sebagian mahasiswa yang terhibur, namun tidak sedikit yang mengeluh.
Dapat simpulkan bahwa kita sudah bergerak ke depan, mencoba untuk melakukan sesuatu dengan cara yang tidak biasa kita lakukan. Kita sudah berani mengambil resiko atas kebijakan yang telah dilakukan dalam hal pengisian KRS. Artinya, apapun itu pasti ada resikonya. Bukankah ketika di pengisian KRS manual juga demikian? Dan perubahan yang kita lakukan ini butuh proses, tidak akan tercapai dengan cara instan. Dibutuhkan kesabaran dan keteguhan hati untuk melanjutkan cara ini walau ada banyak hambatan. Pembenahan yang dilakukan terus- menerus adalah hal yang mutlak harus dilakukan. Semua elemen harus bekerjasama untuk mewujudkan system yang rapi dan terarah hingga akhirnya kesalahan yang sama tidak akan terulang kembali. Continuous Improvement! (23/01san)
0 komentar:
Post a Comment