September, 2014

Fokus pada Impian, Setia pada Proses, Bayar harga di Awal_ __Untukmu; Ayah, Ibu__ 090111/san

Feb 23, 2011

Tawazunitas Trilogi Dakwah Kampus Mewujudkan Dakwah Kampus Profesional dan Bergengsi



By: Nurhasanah Sidabalok
Untuk memenuhi prasyarat mengikuti DAUN III UKMI Ar Rahman

PENDAHULUAN
Dakwah Kampus adalah dakwah yang dilakukan secara umum dengan aktivitas terbuka dalam lingkup perguruan tinggi. Dalam sejarahnya, aktivis dakwah kampus atau mahasiswa yang menjadi aktivis dakwah di kampus (biasa disingkat dengan ADK) memiliki peran yang terkait dengan peran dasar mahasiswa, yakni agen perubahan, kontrol sosial dan cadangan SDM. ADK, sebagaimana mahasiswa lainnya, adalah unsur yang penting dalam perubahan. Bedanya, ADK akan menjadi pelaku atau subjek perubahan dengan dakwah sebagai panglimanya. ADK sebagai pelaku kontrol social adalah peran dimana seorang mahasiswa bisa menjadi katalisator dalam perubahan sosial di masyarakatnya. Sedangkan ADK sebagai cadangan SDM atau orang lebih mengenal dengan sebutan iron stock bermakna seluruh potensi yang ada dalam diri seorang ADK akan lebih berguna sebagai aset SDM dalam kompone dakwah di masa yang akan datang, maka disebut dengan istilah “Cadangan” yang berarti ADK adalah kekuatan di masa depan, yakni masa pascakampus, masa dimana lulusan perguruan tinggi akan mengisi ruang-ruang dan sendi-sendi dalam masyarakat, bangsa dan negara. Peran ADK sebagai mahasiswa sangat terkait dengan trilogy dakwah kampus.

ISI
Kita mengenal dalam dakwah kampus ada tiga sayap, yakni sayap dakwiyah, siyasiyah dan ilmiyyah. Sayap dakwiyyah atau syiar adalah lini pertama dan utama, yang menjadi perintis dalam dakwah kampus. Lajnah ini identik dengan kajian keIslaman, taklim, dauroh, dan tentunya payung yang bernama lembaga dakwah kampus. Sayap kedua adalah sayap siyasi, yakni sosial kemasyarakatan. Yang termasuk disini adalah amal islami dalam bentuk bakti sosial, aktif di organisasi mahasiswa seperti BEM, Legislatif Mahasiswa dll. Terakhir adalah lini ilmiyyah, yakni sayap akademis dan skill keterampilan (fanniyah) Idealnya, ketiga lini diatas harus berjalan secara seimbang (tawazun). Jikalau ada lini yang mendominasi dalam suatu kurun dan kampus tertentu, diharapkan tidak boleh meninggalkan atau mengeliminasi lini lainnya. Sehingga harapannya, ADK akan menjadi pesona pribadi yang seimbang, atau ADK Tawazun. Dia adalah ADK yang menjadi rujukan dalam hal wawasan keIslaman yang dibuktikan dengan menjadi mentor atau murobbi bagi adik- adik kelasnya, hafal minimal 1-2 juz, cakap sebagai khotib dan penceramah taklim. Dalam waktu yang sama dia tidak gagap ketika ditanya masalah-masalah sosial politik di masyarakat dan negerinya, cakap berorganisasi, punya keterlibatan dalam aktivitas sosial dan politik kampus dan masyarakat. ADK Tawazun juga memiliki sifat disamping kedua hal diatas, dalam waktu yang sama adalah ADK yang memiliki kepakaran / kompetensi dalam ilmu pengetahuan (bidang studi spesialisasinya), bisa menulis, memiliki IPK yang diatas rata-rata dan track record akademis seperi karya tulis, penelitian dan seminar. Tentu, kalau kita lihat sosok ADK Tawazun diatas, ada pertanyaan yang menggelitik, “bisakah hal ini terjadi pada satu sosok?” Jawabnya harus optimis, “Bisa”. Karena manhaj dakwah kampus sebagai ijtihad jama’i dalam merepresentasikan syumulitaul Islam di kampus juga harus menampilkan kesempurnaan amal islami pula dalam dakwah kampus. Dakwah kampus tidak boleh sekuler, hanya mementingkan aspek kajian, halaqoh, hafalan qur’an, training akhwat sholihah, sementara urusan sosial politik kampus dan akademis menjadi persoalan yang tidak pernah dibahas. Dakwah kampus tidak boleh parsial yang hanya menitikberatkan pada satu sisi atau lini saja, tanpa memperdulikan lini lainnya. Permasalahannya adalah, bagaimana kita menampilkan ketiga lini dan profil ADK tawazun dalam dakwah kampus. Bisakah kita yang bergerak dalam LDK yang tergabung dalam Forum Silaturrahim Lembaga Dakwah Kampus FSLDK menjawab tantangan ini? LDK sebagaimana yang kita ketahui, adalah identik memang dengan sayap yang pertama dalam dakwah kampus yakni dakwiyyah harokiyyah. LDK adalah sarana kaderisasi SDM melalui aktivitas pembinaan dan kaderisasi islamiyah. Kajian, dauroh, mabit, taklim menjadi core utamanya. Puluhan, ratusan, bahkan ribuan ADK akan lahir dari rahim LDK. Nah, LDK pun juga tidak boleh melupakan kedua sayap lainnya dalam dakwah kampus, yakni sayap siyasi dan ilmi. Hanya saja, porsi LDK secara kelembagaan dalam menggarap kedua sayap tersebut tidak sebesar ketika mengeksekusi sayap pertama. Bagaimana caranya? Dalam makalah ini, yang kita bahas adalah bagaimana peran LDK dalam dakwah di lini akademis. Seperti yang kita ketahui, sesungguhnya masing-masing lini memiliki sarana dalam aktivitasnya yang dalam bahasanya mahasiswa dan dunia kemahasiswaan disebut dengan organisasi kemahasiswaan (ormawa). Lini siyasi memiliki sarana BEM, Legislatif Mahasiswa, Lembaga Pers Mahasiswa (LPM). Sedangkan himpunan mahasiswa (HIMA) disebuah jurusan/ program studi, lembaga penelitian mahasiswa, Kelompok studi adalah contoh lembaga-lembaga yang menunjang lini akademis. Lalu, bisakah LDK menjadi lembaga yang berperan dalam dakwah di bidang akademis?

Misalkan bisakah LDK memiliki divisi / biro yang memiliki fungsi sebagai eksekutor bidang keilmuan? Jawaban atas pertanyaan diatas, tentu akan memakan waktu yang lama, tergantung dari kondisi kampus dan mahasiswanya. Bagi kampus yang sudah memiliki lembaga-lembaga keilmuan yang sudah settle, seperti HIMA/HMJ, Laboratorium mahasiswa, kelompok studi fakultas, maka ADK yang aktif dalam LDK cukup didorong untuk aktif di lembaga-lembaga tersebut untuk mengambil manfaat dalam meningkatkan kompetensi dan keilmuan mereka. Karena bagi LDK yang ada di sebuah kampus yang memiliki sekian jurusan dan fakultas, tentu susah apabila akan membentuk biro akademis yang menaungi seluruh bidang studi sesuai aneka fakultas dan jurusan dari seluruh ADK. Lalu, bagi kampus yang tidak memiliki lembaga-lembaga akademis dan keilmuan, walau ini jarang terjadi, karena sesuai dengan tri dharma perguruan tinggi, yang salah satunya adalah pendidikan dan penelitian, maka LDK bisa menginisasi dengan membentuk biro atau badan khusus yang menangani bidang akademis, yang nanti diharapkan bisa melahirkan aktivis yang akan membentuk lembaga-lembaga akademis. Dalam perkembangan dakwah kampus, kita juga mengenal dengan sarana lembaga
Dakwah fakultas/jurusan. LDF, begitu biasa disingkat, adalah Lembaga dakwah baik berupa Sie Kerohanian, Badan Dakwah Islam, atau takmir masjid fakultas yang berada dalam lingkup sebuah fakultas. Karena memiliki anggota yang hanya dari satu fakultas yang sama, maka ADK di LDF memiliki karakteristik yang sama. Misalkan suhu akademis yang sama, jadwal kuliah yang hampir sama, dan kultur mahasiswa yang hampir sama. LDF adalah jawaban atas sebuah problem dari LDK di sebuah kampus yang memiliki banyak fakultas atau jurusan/program studi yang biasanya tidak bisa menjangkau sasaran dakwah dengan aneka spesifikasi model mahasiswa dari berbagai bidang ini. Jika LDF-LDF atau LDJ-LDJ dalam sebuah kampus bisa-dan harus bersinergi dengan LDK –nya, tanpa ada overlap, maka kita akan melihat di kampus tersebut dakwah kampus akan berjalan sesuai dengan harapan dan idealita. LDF akan menggarap sisi-sisi akademis kader dengan mengadakan kegiatan akademis, seperti belajar bersama, tutorial, penelitian berbasis keilmuan, kajian islamisasi ilmu seperti Islam dan kedokteran dan LDF FK, Islam dan ekonomi di LDF FE, Islam dan politik di LDF FISIP. Sedangkan LDK cukup menjadi katalisator, penyedia sarana dan penghubung komunikasi antar LDF. Tentu dengan catatan, kegiatan dakwiyyah syiar keislaman juga harus dilakukan LDF di fakultas tersebut. Konsep sinergi inilah yang saya sebut dengan LDK berbasis Kompetensi, atau Dakwah Kampus berbasis Kompetensi. LDK dan LDF dibawah naungan LDK akan menjalankan fungsi dakwah akademis sesuai dengan spesifikasi dan kompetensinya dan mereka, LDK dan LDF juga terus dan terus akan menjalankan fungsi sebagai lembaga syiar, kajian dan taklim mahasiswa. Ini akan menjadi sebuah pemandangan indah dalam mozaik dan taman-taman amal Islami di kampus.
Bahkan LDK bisa juga mendirikan biro / badan khusus untuk memfasilitasi pertemuan seluruh biro akademis di semua LDF / LDJ dalam rangka melakukan syiar dakwah akademis bersama se kampus, misalkan dengan seruan meningkatkan ibadah dan belajar dalam menghadapi UTS dan UAS, tausiyah melalui surat dan sms terhadap ADK akan datangnya momen-momen akademis, serta bisa juga mengumpulkan ADK yang memiliki skill menonjol dalam riset / penelitian untuk melakukan penelitian bersama yang dikaitkan dengan moralitas, misalnya penelitian tentang dampak dan strategi penutupan lokalisasi di sebuah kota/ kabupaten yang dilakukan oleh perwakilan ADK di LDK dan LDF sebuah kampus, dan penelitian sejenis seperti penanggulangan narkoba, manajemen standar pengelolaan masjid kampus, dll. ADK yang sudah post LDK, atau telah selesai masa aktif dan kepengurusannya di LDK dan Lembaga-lembaga mahasiswa lainnya juga bisa didorong untuk aktif di dalam kegiatan akademis kompetetitif misalnya mendirikan LSM peduli IPTEK, seperti yang dilakukan oleh ADK, ADK Alumni dan ADK Dosen di ITS dengan mendirikan LSM Iptek, YPSDM Iptek, di Surabaya, yang bisa menjadi ladang untuk meningkatkan kompetensi dan bahkan ladang kasbul ma’isyah. Lembaga dakwah kampus tingkat fakltas (LDF) dalam perkembangannya, juga didorong untuk memiliki ADK yang bisa dimasukkan ke lembaga-lembaga keilmuan di falultas dan jurusan/ program studi nya, seperti HIMA/ HMJ, kelompok studi fakultas dll. Prinsip utama dalam pemgelolaan lembaga-lembaga umum diatas adalah mengambil manfaat sebesar-besar untuk ADK, dan dakwah kampus, serta apabila diberi kesempatan untuk memimpin dan mengelolanya, ADK harus bisa melakukan itu dan bahkan secara berkelanjutan (sustainable). Bahasan menarik lainnya dalam dakwah kampus berbasis kompetensi adalah islamisasi sains. Sebagaimana kita ketahui, umat Islam memiliki romantika sejarah yang cemerlang dalam pengembangan, penemuan dan diversifikasi ilmu pengetahuan di abad VII -XV (abad pertengahan). Namun seiring dengan kemunduruan politik umat Islam di awal abad XV dengan munculnya kebangkitan kaum non muslim seperti nasrani dan yahudi saat zaman renaisance, perkembangan sains atau ilmu pengetahuan dan teknologi umat Islam menjadi lambat laun mengalami kemunduran. Temuan-temuan ilmuwan muslim, buku, kitab, manuskrip dan ribuan rumus dan formula tak diketahui rimba belantara nya saat terjadi zaman yang oleh orang barat dikenal dengan renaisance itu. Dalam kurun abad berikutnya, sampai sekarang, perkembangan IPTEK di kalangan umat Islam menjadi mundur, sementara dalam waktu yang sama gelombang ilmuwan non muslim muncul di negeri barat dan timur dan bahkan menimbulkan pengaburan ilmu dari akar religi, sehingga tidak kita temukan lagi unsure memuji kebesaran Tuhan, unsur Islam, tauhid dll dalam diktat-diktat kuliah dan sekolah di zaman itu.

Terlebih lagi dengan perkembangan ilmu sosial yang rentan dengan deislamisasi seperti ekonomi yang sudah digeser oleh teori ekonomi kapitalis, politik yang digeser oleh semua teori politik dari barat, demikian pula psikologi, filsafat, sastra dan budaya. Hingga akhirnya, munculah arus besar kebangkitan ilmuwan muslim di abad 21 ini. Banyak mahasiswa dan ilmuwan muslim dari berbagai dunia ketiga berada dalam kampus dan dunia riset atau penelitian, walaupun secara kuantitas masih kalah, namun ada juga yang memiliki prestasi kelas regional dan internasional. Dakwah kampus yang memiliki puluhan ribu mahasiswa sebagai aset iron stock juga juga dituntut untuk melanjutkan kebangkitan ghiroh ilmuwan muslim ini. Termasuk didalamnya ada diskursus tentang, apakah kita perlu untuk melaksanakan islamisasi sains?

Kalau yang dimaksud islamisasi sains adalah menolak teori2 dari sarjana dan ilmuwan / teknokrat non muslim, maka saya tidak sepakat dengan hal itu. Karena tidak semua yang berasal dari sarjana atau ilmuwan muslim adalah dianggap sebagai kafir, thoghut dan tidak islami. Ambilah yang baik dari teori dan temuan-temuan itu, itulah spirit hikmah, yang harus diambil dari semua orang untuk kebaikan umat Islam dan dakwahnya. Namun, apabila ada teori atau temuan yang tidak islami atau bertentangan dengan norma Islam, maka dakwah kampus dan ilmuwan muslim harus menjawab tantangan ini dengan islamisasi sains. Meluruskan cabang-cabang ilmu yang membahayakan kelestarian din, dan norma-normanya di muka bumi ini.
LDK dan LDF dalam memandang islamisasi sains harus dalam kerangka spirit atau normatif dan aplikatif. Normatif dalam hal meluruskan pandangan yang salah dari pemikir dan ilmuwan non muslim akan teori dan temuan IPTEK yang bertentangan dengan norma Islam. Sedangkan aplikatif dalam hal, kita tidak boleh terlena dengan ketertinggalan IPTEK umat Islam lalu tidak mau menggunakan ilmu dan tekonologi dari non muslim, tapi manfaatkanlah dan pergunakan sejauh bisa menunjang dakwah dan agama ini.

PENUTUP
1. Kesimpulan
Dakwah kampus yang bertujuan untuk menyebarkan risalah Islam di tengah kampus yang nota bene terdiri dari berbagai elemen diharapkan mampu menjadi contoh dalam segala hal. Untuk itu, diperlukan keseimbangan antara 3 lini dalam diri ADK. Ketiga lini itu adalah dakwah, akademik, dan politik. Ketiga aspek ini harus dimiliki oleh setiap Adk sehingga ia mampu diterima di berbagai kondisi di masyarakat.
Hal yang sangat disayangkan ketika ada ADK yang hanya fokus di salah satu bidang saja, sebut saja akademik dan mengesampingkan kedua bidang yang lain. Dapat kita prediksikan bahwa ADK seperti ini tidak akan mampu bertahan ketika perpolitikan sudah tidak dimengerti dan ibadah yang sudah jarang disertai tidak adanya kontribusi dalam dunia dakwah.
2. Saran
Untuk mewujudkan dakwah kampus yang professional dan bergengsi, setiap kader hendaknya seimbang dalam ketiga aspek penting dalam dakwah, yaitu dakwah, akademik, dan politik. Oleh karena itu, hal yang sangat kita harapkan adalah bahwa tidak ada lagi kader yang bingung ketika ditanyakan tentang ilmu fiqih, dan kader yang IP nya anjlok terus- menerus, dan kader yang takut berbicara tentang politik.

3 komentar:

kader multi amanah adalah salah satu cara efektif tuk men- tawazunkan ketiga lini itu. baca...http://penulismudasukses.blogspot.com/search?q=kader+multi+amanah&x=0&y=0

Post a Comment

 
Baca Juga:
Langganan
Get It