Semakin hari, semakin banyak yang menuntutmu untuk berbuat. Satu kesyukuran, ternyata kau mampu melakukan apa yang selama ini belum pernah kau lakukan, Jika ditanya kala itu, tentu kau tidak ingin melakukan ini, namun karena satu keterdesakan dan amanah yang diberikan di pundakmu, maka kau menjadi seperti ini. Tidak dipungkiri, terkadang pemaksaan memang perlu untuk sebuah kebaikan. Belajar dari berbagai kesalahan yang terjadi, kau pun akhirnya bertumbuh. Normal.
Kawan taukah kau darimana kekuatan dan kemampuan yang kau miliki saat ini? Patutkah berbangga? Kau tidak akan bisa menjalankan semua ini tanpa kekuatan dari Sang Pemilik Kekuatan. Bayangkan, bagaimana seseorang yang selama ini menghabiskan waktu dengan sesuka hati, namun kini berbagai amanah memaksanya untuk menata waktu dengan baik? Luarbiasa bukan? Tentu ada Zat yang Maha Dahsyat di balik semua ini.Bagaimana bisa seseorang meyelesaikan beberapa pekerjaan dalam waktu singkat, padahal selama ini terkesan berpikir parsial ?
Alright…
Yah, mungkin sebagian berpikir bahwa hal itu sudah menjadi lumrah seperti kata sang motivator, The Power of Kepepet. Namun tentu saja itu semua tidak lepas dari campur tangan Rabb kita. Jika kita telisik kembali, banyak hal yang jika dipikir secara logis kita tidak mampu melakukannya. But it’s done. Awesome!
Terkadang kita terlalu kerdil memaknai kemampuan kita. Bahkan kita sering membatasi kemampuan dalam menjalani hidup. Ketika kita berpikir demikian, dimanakah kita memposisikan Allah? Layakkah kita membatasi kemampuanNya? Tidakkah kita yakin bahwa kekuatan sekecil dan sebesar apapun kemampuan yang kita miliki adalah dariNya?
Kita semua pasti paham akan hakikat kita: ikhtiar, doa, tawakal. Namun seringkali dalam perjalanan kita berhenti sebelum tamat menyempurnakan ketiga hal itu. Bahkan ramai ketika masih di fase pertama yaitu ikhtiar (usaha) belum maksimal, namun sudah mundur terlebih dahulu. Kurang yakinkah kita dengan kekuatan Allah yang akan membimbing kita? Dan kemudian ada beberapa yang sudah sampai pada fase kedua, doa. Doa dengan harapan agar terkabul seperti yang ia inginkan, bukan seperti apa yang terbaik. Patutkah kita memaksakan sesuatu? Dan sangat sedikit yang sampai pada fase ini, tawakal. Ikhlas dengan apapun yang terjadi setelah berbagai usaha yang dilakukan dan didoakan.
Agak terkhususkan kepada teman2 seperjuangan, Penulis Skripsi (Lebih khusus lagi kepada si penulis). Patutkah kita membatasi kemampuan dan mengukur kekuatan Rabb kita? Ikhtiar, doa, tawakal. Semoga bermanfaat. (01/03san)