Aktivis Dakwah Kampus: Coz You're Different. Menjadi seorang Aktivis Dakwah Kampus adalah sebuah pilihan. Pilihan untuk kemudian merelakan berbagai pilihan lainnya tertinggal di belakang. Pilihan yang selanjutnya mengikhlaskan beberapa orang terdekat sedikit ‘tersakiti’. Pilihan yang akhirnay banayak orang dan banyak hal yang harus dikorbankan. Pilihan yang nantinya siap menerima semua konsekuensi dari pilihan yang telah diputuskan. Dan sekarang diminta pertannggungjawaban atas kputusan yang telah dibuat.
Menjadi Aktivis Dakwah Kampus berarti sudah selayaknya untuk bertindak, bersikap, dan berbicara layaknya seorang aktivis dakwah kampus. Apakah itu ketika sendirian atau sedang dalam keramaian. Label yang tidak perlu diminta, namun akan segera melekat dalam diri ketika seseorang memberi peran positif dalam pergerakan dakwah kampus. Gelar yang kemudian menjadi pembeda antara kita dengan mahasiswa lainnya yang tidak melirik atau memberi sedikit perhatian terhadap kondisi kampus yang jauh dari apa yang diharapkan. Kondisi mahasiswa muslim yang belum berpakaian seperti yang diajarkan agama, yang sangat jauh dari nilai- nilai keislaman. Berikut dengan para birokrasi dan dan para dosen yang masih terlalu berpikir duniawi dan hampir melupakan akhirat. Saatnya aktivis dakwah kampus menunjukkan perannya baik secara langsung maupun tidak langsung.
Seorang Aktivis Dakwah Kampus tidak hanya diminta untuk berbeda dari kebanyakan lewat penampilan saja, atau hanya dengan rutinitas syuro yang sering diadakan, atau malah hanya dengan keseharian yang lebih memilih untuk berdiam di mesjid daripada bergabung dengan orang lain. Lebih dari itu, kawan!
Ketiga faktor pembeda tersebut bukanlah hal yang dapat dibenarkan begitu saja. Bukankaah pakaian dan jilbab panjang seperti yang layaknya dikenakan seorang akhwat banyak terjual di mana- mana? Bahkan dengan harga yang murah. Dan celana goyang disertai jenggot tipis yang identik dengan ciri seorang ikhwan juga mudah untuk ditemukan saat ini. Jadi penampilan bukanlah sesuatu yang dianggap menjadi pembeda utama antara seorang kader tarbiyah dengan yang bukan. Itu bukanlah jaminan seseorang dianggap lebih baik dari yang lain. Kemudian, rutinitas syuro juga kemudian tidak bisa menjadi pembeda utama antara kaer dengan yang bukan. Bukankah banyak mereka di luar sana yang intensitas rapatnya lebih tinggi daripada seorajg kader di dunia kampus. Selanjutnya, menghabiskan waktu di mesjid juga bukan merupakan patokan seseorang memiliki keimanan yang tinggi. Bukankah banyak sekarang hampir di tiap mesjid ada orang yang tinggal di sana? Apakah itu artinya mereka lebih dikatakan beriman daripada mereka yang tinggal di kos- kosan? Tentu saja tidak. Karena hanya Allah lah yang mengetahui siapa yang lebih beriman. Ketiga kaarakteristik ini tidak dapat diterima begitu saja sebagai pembeda bagi aktivis dakwah kampus dengan yang lain.
Ada satu hal yang harus dimiliki oleh seorang kader yang kelak menjadikan pembeda antara dironys dengan yang lain. Ia adalah amalan andalan.
Bagaiamana ketia seorang Bilal yang sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan sahabat yang lain, namun kenapa hanya terompah beliau yang terdengar oleh Rasulullah dari syurga sana? Ternyata setelah diselidiki kembali, Bilal memiliki satu amalan andalan yang sangat sederhana namun rutin dilaksanakan. Solat dua rakaat setiap selesai berwudhu adalah amalan sederhana yang dicontohkan oleh Bilal. Tidak disangka, hanya karena amalan sederhana itu seorang Bilal telah mendapat tempat istimewa di sisi Allah.
Demikian juga seyogyanya seorang Aktivis Dakwah Kampus. Menjadikan dirinya sama ketika berada bersama- sama ikhwah yang lain, namun membuat sesuatu yang berbeda untuk hal pribadinya dengan Rabbnya. Sosok yang kemudian membuat sendiri perbedaan itu tanpa merasa terbebani. Pribadi yang benar- benar yakin akan perhatian Allah walau terhadap amalan sekecil apapun sehingga menjadikannya terus berupaya berbuat kebaikan di setiap langkahnya. Karena dia tidak tahu bahwa pada amalan yang mana Allah akan memberi ganjaran lebih besar, sehingga hadirlah rasa ingin beramal dengan hasil yang terbaik.
Itulah yang diharapkan dari seorang Aktivis Dakwah Kampus. Dia menjadikan dirinya berbeda dari yang lain di hadapan Allah, bukan di mata manusia. Dalam setiap urusan kepanitiaan atau kesuksesan suatu acara di kampus, dia hadirkan segenap hatinya untuk menyelesaikannya ditengah kondisi dimana ikhwah yang lain tidak bisa bekerja maksimal. Tidak ada yang dicarinya kecuali keridhoan Allah dan terlaksananya sebuah kewajiban untuk ber amar ma’ruf nahi munkar. Selanjutnya, dia akan mencari amalan lain yang selalu rutin dikerjakan. Tidak terlalu naïf. Amalan yang pastinya semua orang bisa mengerjakan, namun tidak semua orang ingin mengerjakannya. Sebut saja misalnya menghafal satu ayat per hari, sedekah seribu per minggu, solat malam dua rakaat tiap malam, dan banyak lagi amalan yang dapat dikerjakan jika ada suatu keinginan besar.
Dengan demikian, seorang Aktivis Dakwah Kampus hendaknya berbeda dari yang lain. Kedekatan kepada Rabb adalah satu hal yang harus terus diupayakan menjadi targetan utama. Menjaga kedekatan dan ketajaman hubungan seorang aktivis dakwah kampus dengan Allah adalah suatu kewajiban. Itu jugalah yang dilakukan oleh para sahabat hingga keimanan mereka terus menggelora dan semangat ibadah tidak pernah surut (Ust. Rofiq). Ketika seorang aktivis dakwah kampus mampu membina kedekatan itu, insya Allah akan akan hadir pribadi yang mampu bergerak menjalankan roda dakwah sendiri ataupun berjamaah. Amalan andalan yang dimiliki seorang kader juga akan memberi energy positif untuk mempermudah urusan dakwah yang sedang diemban. Karena sesungguhnya dakwah ini mulia, dan perlu orang- orang yang berhati mulia untuk mengusungnya. (25/06san)
*Kepada semua ADK UNIMED PPLT '11. Yuk, miliki amalan andalan kita! Semoga kembali dalam keadaa terbaik.
Kita akan memulai ‘games’ ini dengan niat yang baik dan menutupnya dengan hasil yang luarbiasa.
Kita akan memulai ‘games’ ini dengan niat yang baik dan menutupnya dengan hasil yang luarbiasa.
0 komentar:
Post a Comment