Dakwah fardiayah. Sungguh bukan hal yang mudah untuk bisa masuk ke dalam hati seseorang, sebab layaknya hati itu seperti rumah. Ada pintu yang harus kita lewati dan untuk bisa melewatinya dibutuhkan kunci untuk bisa membukanya. Kemudia, setelah pintu terbuka kita perlu mengetahui apa- apa saja yang ada di sana serta menjaga adab- adab kesopanan sehingga kita betah berada di dalam dan diterima oleh pemiliknya dengan senang hati. Demikian juga hati seseorang yang butuh perjuangan untuk kemudian kita bisa meluluhkannya. (hmm)
Dakwah fardiyah. Kita mungkin sudah tidak asing dengan dua kata ini. Bahkan mungkin sebagian kita telah melakukannya atau keadaan kita saat ini merupakan hasil dakwah fardiyah yang dilakukan oleh orang yang menyayangi kita.
Dakwah fardiyah berarti sseruan atau ajakan yang dilakukan seseorang kepada orang lain ke jalan kebenaran secara individu .
Bukankah setiap orang ingin diperhatikan? Siapapun itu, tentu ada keinginan besar agar ada orang lain yang setia mendengarkan keluhannya, menanyakan kabarnya, memperhatikan aktivitasnya, dan berbagai perhatian lainnya. Dan di sinilah peluang itu. Sebenarnya ada sisi kosong dalam hati seseorang untuk kita isi dengan kebaikan kita. Oleh karena itu, dakwah fardiyah akan sangat efektif jika kita mampu mengisi ruang kosong itu tadi. Dan dakwah fardiyah adalah sarana yang efektif.
Sebelum memulai dakwah fardiyah berikut beberapa hal yang perlu dimiliki oleh sang da’i (penyeru) untuk kesuksesan aktivitas mulia ini:
Pertama, kematangan pemahaman atas ajaran Islam. Ini modal dasar yang paling asasi untuk dimiliki oleh siapa pun yang ingin berdakwah. Dengan kematangan pemahaman dan kelengkapan wawasan Islam hingga detail perkaranya, seseorang bisa memahami pada sisi mana peluang dakwah itu bisa ditawarkan.
Misalnya bila menghadapi seorang seniman untuk dijadikan objek dakwah, maka paling tidak jalan masuk yang bisa dijajaki adalah bicara tentang apresiasi Islam terhadap seni. Karena bagi seorang seniman, bila disampaikan bahwa Islam memberi ruang untuk seni dan seni itu punya peran yang penting, tentu dia akan merasa diakui eksistensi dirinya di dalam dakwah itu.
Sedangkan bila seorang da’i tidak punya wawasan yang luas dan mendalam atas ajaran Islam, bisa jadi belum apa-apa dia akan mengharamkan ini dan itu. Hasilnya alih-alih berhasil dalam dakwah, sebaliknya seniman itu sudah kabur duluan. Karena belum apa-apa sudah dilarang dan dituding-tuding. Padahal ada sekian banyak ruang yang bisa ditempati buat sosok seniman di dalam ajaran Islam.
Kedua, kemampuan memahami latar belakang dan alur berpikir objek dakwah. Sebab apapun tindakan yang diambil seseorang, pastilah lahir dari sebuah logika dan paradigma berpikir tertentu. Baik bersifat internal maupun kesternal. Nah, logika dan paradigma inilah yang harus dipahami, bahkan bila perlu dikuasai untuk dijadikan hujjah dalam dakwah.
Bisa jadi seseorang tidak bisa begitu saja dihujani dengan ayat dan hadits. Penghujanan dengan ayat dan hadits hanya efektif buat para ahli syariat yang sejak awal logika berpikirnya adalah mencari dasar pijakan dari Al-Quran Al-Karim dan Sunnah.
Sementara sekian banyak lapisan masyarakat belum lagi sampai demikian dalam logika berpikirnya. Sehingga meski seribu ayat dibacakan, belum tentu bisa menggerakkan hatinya. Tentu kita tidak bisa memvonis mereka sebagai kufur terhadap kitab dan sunnah. Bukan itu masalahnya. Tetapi cobalah pelajari paradigma berpikirnya dan mulailah meminjam paradigma berpikirnya itu untuk diarahkan kepada hal-hal yang selaras dengan Islam.
Ketiga, masalah doa dan kesabaran. Dakwah itu sifatnya mengajak, namun Allah jualah yang akan memberikan hidayah kepadanya. Kita tidak punya otoritas untuk memberi hidayah.
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. Jadi doakanlah objek dakwah fardiyah Anda setiap hari dan bersabarlah atas proses sunnatullahnya. Karena tugas Anda hanya menyampaikan dan berusaha berdakwah. Anda tidak bertanggung-jawab untuk memberinya hidayah. (http://tarbiyatuna.wordpress.com)
Ketika kita sebagai seorang da’i atau aktivis dakwah kampus memahami ketiga hal tersebut insya Allah dakwah fardiyah yang kita yakini kekuatannya akan memberi pengaruh besar akan perkembangan dakwah. Berbagai keadaan yang terjadi di luar dugaan kita tidak akan menyurutkan langkah karena kita yakin bahwa kita hanya memiliki hak untuk berusaha namun semua keputusan ada di sisi Allah. Saatnya berdakwah fardiyah. Yuk, mari.
Semoga bermanfaat. (14/06san)
* Kepada Segenap UKMI'erzz, selamat melaksanakan Musyar 15- 16 Juni 2011. Hadirkan diri dan hati kita tuk bersama mengadakan evaluasi dan merancang perbaikan kinerja kepengurusan selanjutnya. Semoga berkah.
0 komentar:
Post a Comment