“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan sendau gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (QS Al-Ankabuut: 64)
” Hai orang orang yang beriman, janganlah harta hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang berbuat demikian mereka itulah orang-orang yang rugi.” (QS Al Munafiqun: 9)
Banyak sudah ayat- ayat Allah yang menjelaskan betapa kehidupan di dunia ini hanyalah persinggahan belaka. Tempat kita mencari bekal untuk kehidupan yang hakiki, akhirat.
Namun, semakin banyak dalil- dalil itu semakin sering pula kita lalai. Lebih sering kita menganggap bahwa harta yang kita miliki adalah hasil kerja keras kita semata, atau kalaupun melibatkan Allah hanya sekita 20 %, demikian yang kebanyakan terjadi saat ini. Menganggap itu adalah hasil dari buah keringat dan penghematan selama bertahun- tahun hingga terkumpul dalam jumlah banyak dan mampu untuk membeli berbagai barang- barang berharga.
Tidak jarang diantara kita menafikan bahwa Allah adalah pelaku terbesar dari hasil panen kita. Kita lebih sering merasa bahwa pengorbanan yang kita berikan berupa uang, tenaga, waktu adalah faktor terbesar dari apa yang kita hasilkan. Akibatnya, banyak dari kita yang sedikit melupakan ternyata ada hak orang lain di sana. Dari hasil kebun kita, ternak kita, bahkan dari profesi apapun yang kita geluti selama ini. Mungkin kita hanya akan mengeluarkan zakat ketika menjelang Hari Raya, padahal ada banyak celah lain yang dapat kita lirik untuk memberikan hak orang lain tersebut. Sedekah, infak, maupun bantuan lainnya yang pastinya sangat bemanfaat bagi mereka. Mungkin angka seratus ribu bukanlah jumlah yang besar bagi kita, namun bagi mereka sudah menjadi jumlah yang sangat berharga.
Jika saja kita mau sedikit melirik kehidupan mereka di sana. Pastilah akan timbul rasa iba dan prihatin terhadap mereka. Namun yang sering lakukan adalah seolah tidak mau tahu, seolah sangat sibuk dengan urusan harta kita yang kian hari kian menumpuk namun kita tidak tahu apakah ia berkah atau tidak. Kita disibukkan untuk mengurus brbagai proyek yang terus- menerus tidak kunjung selesai karena setelah selesai yang satu akan muncul tawaran proyek yang lain. Kita hanya akan sibuk dengan perkebuanan yang tidak kunjung usai. Bagaiamana tidak, setelah panen, kita disibukkan untuk memberinya kembali pupuk, kemudian meyiangi, kemudian memberi perhatian khusus terhadap perkembangan buahnya, dan kembali panen lagi. Tidak ada waktu untuk sedikit melihat sisi kehidupan mereka yang ada di bawah kita. Sibuk, itu alasan kita.
Hingga akhirnya kita merasa lelah dan senang sendiri. Semua tanaman subur, semua proyek berjalan lancar, semua ternak berkembang pesat. Seolah tidak ada lagi kesempatan untuk memikirkan yang lain. Dan kemudian menjadikan diri kita merasa serba cukup dan tidak ada masalah dengan ini semua. Tidak ada ujian berarti yang diberikan oleh Allah kecuali hanya hama yang sedikit mengganggu tanaman, namun tidak memberi pengaruh terhadap perkembangan tanaman. Hanya ada satu dua proyek yang dibatalkan karena tidak ada waktu untuk mengerjakan, hanya satau dua ternak yang mati akibat perawatan yang sedikit terganggu. Hanya itu. Ujian yang tidak berarti bagi kita karena masih banyak keuntungan lainnya dibandingkan memikirkan kerugian yang sedikit itu. Kita pun merasa tidak berdosa.
Dan saatnya tiba Allah menguji kita dengan merosotnya keuntungan secara drastis. Terjadi kesalahan pada pemberian pupuk pada tanaman, kurang jelasnya komunikasi dengan klien terkait proyek kerja, lemahnya manajemen pemasaran hasil ternak yang menjadikan kerugian besar- besaran. Ketika hal ini terjadi, tidak jarang ada yang stress hingga akhirnya mengalami stroke. Beberapa ada yang putus asa dan menyalahkan Allah, dan tidak jarang yang mencoba untuk menghubungi orang pintar untuk mengembalikan kekayaannya dan menyiksa sang pelaku. Hanya sedikit, satu atau dua orang saja dari kita yang mungkin akan tawakal dengan ini semua. Menyadari bahwa ini adalah akibat kelalaiannya akan hak orang lain pada harta yang dimiliki. Beginilah seyogyanya kita. Memahami bahwa itu adalah teguran dari Allah untuk kita. Selanjutnya menjadikan kita lebih dekat dengan Allah dan segera memperbaiki kesalahan. (26/06san)
*2 hari pasca hilangnya Suzuki FU dari pelataran mesjid ketika solat Maghrib. Kepada adikku M. Abidin Soleh, tetap bersabar. Sungguh ini merupakan bukti cinta Allah kepada kita. Perjalanan selama kurang lebih satu tahun bersama Suzuki FU semoga memberi kita pelajaran berharga. Ada rencana Allah di balik ini semua untuk kita yang lebih indah lagi. Yakinlah.
Satu hal yang perlu dipahami, semua yangn kita miliki adalah titipan belaka. Tidak ada yang kekal. Jadi kenapa dengan hilanganya barang ini saja kita sudah sedih setengah mati? Bagaimana ketika keimanan kita dicabut Allah?
Ya Allah, bantu kami untuk memahami ini semua. Jika ia dapat membantu kami untuk mendekatkan diri kepada Mu, kami mohon kembalikan ya Rabb. Namun jika sebaliknya ia akan memberi mudharat kepada kami, membuat kami lalai kepadaMu, maka beri kami keikhlasan untuk merelakannya ya Rabb. Kami mohon beri kesabaran yang baik kepada kedua orang tua kami.Amin
0 komentar:
Post a Comment