Pemimpin yang Terpimpin.
Pemimpin. Tentu kita butuh orang ini. Walau sebenarnya kita semua adalah pemimpin, namun tentu saja ada pemimpin dari para pemimpin ini. Pemimpin yang akan mengarahkan kita untuk bisa bergerak rapi, berjalan di jalan yang benar dan dengan susunan yang teratur. Dan kemudian kita bisa mencapai tujuan akhir kita.
Yap, sebelum kita dipimpin tentu saja ada tujuan yang ingin kita wujudkan selama dalam kebersamaan ini. Tentu ada hal yang ingin kita realisasikan dari sebuah kepemimpinan ini. Merumuskan tujuan dan menyamakan gerak langkah adalah hal yang pertama seharusnya kita lakukan sebelum pemimpin ini mulai beraksi bersama dengan orang yang dippimpinnya. Dibutuhkan persamaan persepsi antar seluruh elemen yang ada di dalamnya. Dan di sinilah sebenarnya peran pemimpin itu sendiri.
Ya, bertele- tele mungkin. Semoga saja paham dengan apa yang tertuis di sini. Lanjutkan saja membacanya, insya Allah semakin paham mau kemana di bawa kemana tulisan ini.
Pemimpin.
Di awal sudah dijelaskan tentang urgensi seorang pemimpin, yaitu untuk mengarahkan dan membimbing anggota untuk bisa mewujudkan apa yang dicita- citakan.
Kemudian, kita juga mengetahui seperti apa criteria seorang pemimpin. Jika kita berbicara hal ini, tentu kita sudah memiliki sosok yang sudah jelas menjadi acuan standarisasi layaknya seorang pemimpin. Beliau adalah Rasulullah. Pemimpin sepanjang zaman.
Namun tidak bisa dipungkiri, untuk menemukan sosok sekaliber beliau sungguh sangat mustahil. Dan selanjutnya, apakah kita tidak bisa memilih seorang pemimpin karena hal itu? Tentu saja tidak. Bagaimanapun seorang pemimpin sangat dibutuhkan dalam setiap perjalanan hidup. Bahkan dalam suatu ruang kelas kecil pun dibutuhkan seorang etua kelas.
Untuk itu, sosok yang mendekati akhlak Rasulullah merupakan sosok yang akan kita usung menjadi pemimpin kita. Beberapa ahlak Rasulullah yang mungkin kita semua sudah pernah mendengarnya antara lain:
1. Siddiq = jujur
Seorang pemimpin adalah mereka yang jujur dalam setiap tindakannya. Boleh jadi sesuatu itu adalah hal yang sulit dan bahkan sedikit pahit jika disebutkan namun bagaimanapun pemimpin harus menyebutkannya dengan cara yang baik.
2. Tabligh = menyampaikan
Dalam hal ini, seorang pemimpin dituntut untuk menyampaikan kebenaran. Tidak hanya itu, pemimpin juga harus terbuka. Artinya, tidak menutup diri saat diperlukan oleh anggotanya. Rasulullah bersabda,”Tidaklah seorang pemimpin atau pemerintah yang menutup pintunya terhadap kebutuhan, hajat, dan kemiskinan kecuali Allah akan menutup pintu-pintu langit terhadap kebutuhan, hajat, dan kemiskinannya.” (Riwayat Imam Ahmad dan At-Tirmidzi).
3. Amanah = dapat dipercaya
Rasulullah bersabda,” Jika seorang pemimpin menyebarkan keraguan dalam masyarakat, ia akan merusak mereka.” (Riwayat Imam Ahmad, Abu Dawud, dan Al-hakim). Karena seorang pemimpin dituntut supaya ahli di bidangnya. Bukan hanya degan kekuatan sendiri tentunya, namun juga kekuatan mereka yang dapat dipercaya. (atasan- red). Dengan demikian, seorangn pemimpin hendaknya terus berupaya untuk meningkatkan pengetahuannya sehingga tidak akan ditemukan berbagai kejanggalan dalam kepemimpinannya yang membuat anggota ragu kepadanya.
4. Fatonah = cerdas
Seorang pemimpin tidak hanya perlu jujur, dapat dipercaya, dan dapat menyampaikan tetapi juga cerdas. Karena jika seorang pemimpin tidak cerdas maka ia tidak dapat menyelesaikan masalah rakyatnya dan ia tidak dapat memajukan apa yang dipimpinnya.
1. Siddiq = jujur
Seorang pemimpin adalah mereka yang jujur dalam setiap tindakannya. Boleh jadi sesuatu itu adalah hal yang sulit dan bahkan sedikit pahit jika disebutkan namun bagaimanapun pemimpin harus menyebutkannya dengan cara yang baik.
2. Tabligh = menyampaikan
Dalam hal ini, seorang pemimpin dituntut untuk menyampaikan kebenaran. Tidak hanya itu, pemimpin juga harus terbuka. Artinya, tidak menutup diri saat diperlukan oleh anggotanya. Rasulullah bersabda,”Tidaklah seorang pemimpin atau pemerintah yang menutup pintunya terhadap kebutuhan, hajat, dan kemiskinan kecuali Allah akan menutup pintu-pintu langit terhadap kebutuhan, hajat, dan kemiskinannya.” (Riwayat Imam Ahmad dan At-Tirmidzi).
3. Amanah = dapat dipercaya
Rasulullah bersabda,” Jika seorang pemimpin menyebarkan keraguan dalam masyarakat, ia akan merusak mereka.” (Riwayat Imam Ahmad, Abu Dawud, dan Al-hakim). Karena seorang pemimpin dituntut supaya ahli di bidangnya. Bukan hanya degan kekuatan sendiri tentunya, namun juga kekuatan mereka yang dapat dipercaya. (atasan- red). Dengan demikian, seorangn pemimpin hendaknya terus berupaya untuk meningkatkan pengetahuannya sehingga tidak akan ditemukan berbagai kejanggalan dalam kepemimpinannya yang membuat anggota ragu kepadanya.
4. Fatonah = cerdas
Seorang pemimpin tidak hanya perlu jujur, dapat dipercaya, dan dapat menyampaikan tetapi juga cerdas. Karena jika seorang pemimpin tidak cerdas maka ia tidak dapat menyelesaikan masalah rakyatnya dan ia tidak dapat memajukan apa yang dipimpinnya.
Beberapa Nasihat tuk para pemimpin
1. Wasiat Abu Bakar kepada UmarIbnu Asakir mengeluarkan dari Salim bin Abdullah bin Umar, dia berkata, "Ketika Abu Bakar menghadapi ajalnya, maka dia menulis wasiat, yang isinya:
'Bismillahir-rahmanir-rahim. Ini adalah surat wasiat dari Abu Bakar pada akhir hayatnya di dunia, yang bersiap-siap hendak keluar dari dunia, yang merupakan awal masanya menuju ke akhirat dan yang bersiap-siap untuk memasuki akhirat, yang pada saat-saat seperti inilah orang kafir mau beriman, orang durhaka mau bertakwa dan pendusta mau menjadi jujur, aku telah memilih pengganti sesudahku, yaitu Umar bin Al-Khaththab. Kalau dia berbuat adil, maka memang itulah yang kuharapkan darinya. Namun jika dia semena-mena dan berubah, maka kebaikanlah yang kuinginkan dan aku tidak mengetahui yang gaib. Adapun orang-orang yang berbuat aniaya akan mengetahui di mana mereka akan dibalikkan.'
Begitulah yang disebutkan di dalam Al-Kanzu, 3:146. Ibnul-Mubarak, Ibnu Abi Syaibah, Ibnu Jarir dan Abu Nu'aim meneluarkan dari Abdurrahman bin Sabith, dia berkata, Sebelum ajal tiba, Abu Bakar memanggil Umar, lalu dia berkata kepadanya,
"Wahai Umar, bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah bahwa Allah telah menetapkan amalan yang harus dikerjakan pada siang hari, dan Dia tidak menerimanya jika dikerjakan malam hari, dan Allah telah menetapkan amalan yang harus dikeriakan pada malam hari, dan Dia tidak menerimanya jika dikerjakan pada siang hari. Sesungguhnya Allah juga tidak nienerima yang sunat sebelum yang wajib dikerjakan."
Begitulah yang disebutkan di dalarn Al-Kanzu, 4:363. Ibnu Sa'd mentakhrij dari AI-Muththalib bin As-Sa'ib bin Abu Wada'ah Radhiyallahu Anhu, dia berkata, "Abu Bakar menulis surat kepada Arw bin Al-Ash, yang isinya: 'Aku sudah menulis surat kepada Khalid bin AI-Walid agar dia bergabung ke pasukanmu dan mernbantumu. Jika dia sudah datang, maka bergaullah yang baik, jangan merasa lebih tinggi darinya, jangan memutuskan perkara sendirian karena engkau merasa lebih tinggi darinya dan dari yang lain, berrnusyawarahlah dan janganlah berselisih dengan mereka. Begitulah yang disebutkan di dalam AI-Kanzu, 31133.
2. Wasiat Umar kepada khalifah sesudahnya
Ibnu Abi Syaibah, Abu Ubaidah, An-Nasa'y, Abu Ya'la, Al-Baihaqy dan Ibnu Hibban mentakhrij dari Umar bin Al-Khaththab ra., dia berkata,
"Aku berwasiat kepada khalifah sesudahku agar mengetahui hak orang-orang Muhajirin golongan yang pertama dan agar menjaga kehormatan mereka. Aku juga berwasiat kepadanya untuk memperhatikan orang-orang Anshar yang telah menyediakan tempat tinggal dan beriman sejak sebelum kedatangan orang-orang Muhajirin, hendaklah dia menerima kebaikan mereka dan memaafkan kesalahan-kesalahan mereka.
Aku juga berwasiat kepadanya untuk berbuat baik kepada penduduk berbagai kota, karena mereka merupakan penolong bagi Islam, penyokong dana dan penghadang musuh. Janganlah dia mengambil harta pun dari mereka kecuali harta yang berlebih dan menurut kerelaan mereka. Aku juga berwasiat agar dia berbuat baik kepada orang-orang badui, karena mereka meruipakan asal mula bangsa Arab dan sumber Islam. Dia harus mengambil shadaqah dari orang-orang yang kaya dan membagikannya kepada orang-orang yang miskin.
Aku juga berwasiat kepadanya agar memenuhi hak Ahli Dzhimmi seperti yang ditetapkan Allah dan Rasul-Nya, sesuai dengan perjanjian dengan mereka. Dia boleh memerangi orang-orang selain mereka, dan tidak membebankan kepada mereka kecuali menurut kesanggupan mereka."
Begitulah yang disebutkan di dalam Al-Muntakhab, 4:439.
3. Wasiat kepada Umar
Abu Nu'am mengeluarkan dari Muhammad bin Suqah, dia berkata, "Aku menemui Nu'aim bin Abu Hindun, yang kemudian dia mengeluarkan selembar kertas, yang di atasnya tertulis:
"Dari Abu Ubaidah bin Al-Jarrah dan Mu'adz bin Jabal, kepada Umar bin Al-Khaththab. Kesejahteraan semoga dilirnpahkan kepadamu. Amma ba'd.
Kami nasihatkan kepadamu, sehubungan dengan tugasmu yang amat penting ini. Kini engkau sudah menjadi pemimpin ummat ini, apa pun warna kulitnya. Di hadapanmu akan duduk orang yang mulia dan yang hina, musuh dan teman. Masing-masing harus engkau perlakukan secara adil. Maka pikirkan kedudukanmu dalam hal ini wahai Umar. Kami ingin mengingatkan kepadamu tentang suatu hari yang pada saat itu wajah-wahaj manusia akan mengisut, wajah mengering dan hujjah-hujjah akan terputus karena ada hujjah Sang Penguasa yang memaksa mereka dengan kekuasaan-Nya. Semua makhluk akan dihimpun di hadapan-Nya, mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan siksa-Nya.
Kami juga ingin memberitahukan bahwa keadaan umat ini akan muncul kembali pada akhir zaman, yang boleh jadi mereka akan menjadi saudara di luarnya saja, padahal mereka adalah musuh dalam selimut. Kami berlindung kepada Allah agar surat kami ini tiba di tanganmu bukan di suatu tempat seperti yang turun pada hati kami. Kami perlu menulis surat ini sekedar untuk memberikan nasihat kepadamu. wassalamu alaika."
(Al-Hilyah, 1:238, Ibnu Abi Syaibah juga mengeluarkannya, seperti yang disebutkan di dalam Al-Kanzu, 8:209, Ath-Thabrany seperti di dalam Al-Majma', 5:214, dan menurutnya, rijalnya tsiqat).
(17/06san dari berbagai sumber)
*
0 komentar:
Post a Comment