September, 2014

Fokus pada Impian, Setia pada Proses, Bayar harga di Awal_ __Untukmu; Ayah, Ibu__ 090111/san

Oct 7, 2012

pasca kampus

sedikit enggan untuk membicarakan ini di saat kondisi tidak memungkinkan untuk pulang terlalu sore seperti kebiasaan sehari- hari. benar bahwa akhir- akhir ini daerah saya sering mendapat kucuran rahmat yang tak terhingga padahal saya dan masyarakat belum begitu siap untuk menerimanya. curahan- curahan yang tercurah begitu curahnya menyebabkan kepanikan dan kehebohan yang amat sangat. pasalnya, alas kaki yang menjadi teman setia saya harus  direlakan untuk beristirahat setelah berlelah- lelah dan berbasah kuyup sehari- hari.  

tapi mau tidak mau, pasca kampus memang patut diceritakan karena ia akan membuat kita tertawa lepas disertai cengar- cengir dengan rancangan yang matang, sedih ditemani duka yang mendalam atas kebingungan melepas masa mahasiswa, dan bahkan galau sambil sedikit guling- guling setelah itu minum air satu galon lalu katakan waw akibat rancangan yang berbalik 180 derajat. tidak berapa lama saya memberanikan diri menyimpulkan bahwa, pasca kampus menyuguhkan sejuta warna.

siapapun pasti tersenyum menandakan setuju bukan pertanda lain, bahwa rancangan dibutuhkan untuk mewujudkan peradaban Islam. haaaaaaah. bukan, bukan ke sana maksudnya. ini masih tentang pasca kampus. ya, rancangan dibutuhkan dalam menyambut pasca kampus yang cerah merona. satu hal, rancangan itu baiknya dan bagusnya dibuat jauh- jauh hari hingga berbagai kemungkinan- kemungkinan dapat diatasi tanpa menambah kemungkinan lainnya yang akhirnya menimbulkan kebingungan dan kegusaran pada diri si pelaku sendiri sehingga tidak dipungkiri hal ini termasuk salah satu penyebab tingginya angka kemiskinan di negara kita. haaaaaaah, super sekali. 

lha, saya kan sudah berada di ambang jendela pasca kampus, saya rasanya tidak pantas lagi untuk merancang karena ini adalah pekerjaan mahasiswa semester tiga, empat, atau lima. lantas sekarang, saya hanya menunggu nasib baik dengan terus berhusnudzon dengan segala ketentuan Allah yang ditetapkan kepada saya. tampaknya jika itu yang saya lakukan maka itu artinya saya hanya menanti sebuah suguhan istimewa dari teman- teman terbaik seraya satu per satu menyemproti saya dengan berbagai siraman rohani yang menyejukkan hati dan membunuh penyakit hati. setelah itu saya akan layu dan perlahan pupus, bersembunyi di balik dedaunan yang berguguran dengan perasaan yang tak menentu akibat kesalahan tempat bersembunyi yang saya pilih.

rancangan yang telah dipersiapkan mau melakukan apa, dimana, dan bersama siapa pasca campus patut saatnya direalisasikan. di sinilah buah  rancangan yang matang itu kita petik dan siap untuk didistribusikan ke pasar masyarakat karena pasar buah sejatinya tidak menampung panen yang demikian. haaaaaaaah.

namun bagaimana kalau ternyata apa yang kita rancang jauh- jauh hari ternyata terbalik 180 derajat? saya akan sangat salut dan menepuk pundak mereka yang mengalami hal ini asalkan orangnya itu mau dan boleh untuk ditepuk pundaknya. mau artinya pundaknya sedang tidak sakit, dan mau artinya dia adalah mahram saya. kenapa saya begitu mengapresiasi orang ini? karena dia berani mengambil keputusan yang tepat di saat yang singkat. mmh, tidak perlu terlalu memusingkan rancangan awal yang rasanya kurang rasional yang menyebabkan kita hanya bisa tersenyum pilu lalu mengambil tisu dengan bersama lidah kelu. tidak perlu. juga tidak penting mendengar ocehan orang sekitar karena kita sendirilah yang paham akan kondisi kita. haaaaaaaaaaah, saya sedikit seperti motivator. sedikit.

berceloteh tentang pasca kampus, perlu sepertinya sedikit gambaran di lapangan. setidaknya ada 3 ranah yang akan menjadi pilihan.
pertama, sektor publik yang berkaitan dengan urusan pemerintahan atau birokrasi. biasanya diidentikkan dengan PNS, simbol kesejahteraan katanya. saya  percaya dengan statement itu karena sudah dibuktikan oleh ibu saya yang pada tulisan lain saya sebutkan bunda. sudahlah tidak perlu dipermasalahkan karena kalaupun dipermasalahkan pelakukanya adalah saya sendiri.
kedua, sektor privat yang lebihfamiliar disebut dengan sektor swasta. mereka adalah orang yang bergelut di perusahaan swasta, seperti wiraswasta.
ketiga, sektor ketiga yang identik dengan LSM, yayasan, maupun NGO.

sedikit tentang perkembangan ketiga sektor ini, berdasarkan literatur yang saya lihat dan baca, di awal sektor publik merupakan pilihan utama karena masa depannya terjamin (dana pensiun). namun seiring perkembangan zaman dan teknologi, demikian pula perkembangan pemikiran manusia dan saya juga. sektor publik dirasa kurang menjanjikan dengan berbagai kekangan dan kenyamanan yang dirasa melenakan. namun bagaimanapun, dimana- mana saya lebih menjunjung profesionalitas. haaaaaaaaaah.
ada satu sektor lagi ternyata, studi lanjut. namun izinkan saya tidak membicarakan hal ini sekarang karena sedikit grogi dan helaan nafas saya sedikit berat. belum berpengalaman.

dan akhirnya, tataplah masa depan hilangkan kegalauan. hidup terlalu indah untuk digalaukan. haaaaah, sedikit menghibur diri- diri yang menebar kegalauan pasca kampus di sekitar saya hingga saya memberikan sedikit saran yang mereka tampak lebih ceria setelah mendengar sarana saya. sebenarnya saran saya ini tidak begitu spektakuler dan waw seperti yang diharapkan, namun karena ia keluar dari hati saya yang paling terang, maka mereka juga terbuka menerimanya. maka saya usulkan mereka untuk segera menentramkan hati lewat ikatan suci, atau menghadirkan pendamping hidup. haaaaaaah, saya ternyata cerdas memberikan solusi dalam hal tentram menentramkan.

hidupkan hidup di pagi berseri, 081012/san







0 komentar:

Post a Comment

 
Baca Juga:
Langganan
Get It