September, 2014

Fokus pada Impian, Setia pada Proses, Bayar harga di Awal_ __Untukmu; Ayah, Ibu__ 090111/san

Oct 6, 2012

rumah kedua (sesuatu)

pernah saya serasa dihadapkan pada sesuatu yang menurut saya tidak sanggup untuk menghadapinya lalu saya tunduk seraya mundur sambil angkat tangan menjauh dari sesuatu itu berharap besar bahwa seseorang akan menggantikan saya mengambil sesuatu itu. namun akhirnya tak seorangpun yang merelakan dirinya menerima sesuatu itu walaupun ganjaran yang diberikan sangat besar. pelan- pelan saya terima sesuatu itu sambil menghadirkan hati yang sabar, ikhlas, senyum, ceria, dan cengar- cengir. saya mendeklarasikan bahwa sesuatu itu pastilah sudah disesuaikan dengan kapasitas kita. 

lalu saya melihat apa yang selanjutnya terjadi pada diri saya dan teman- teman yang memiliki nasib yang tidak jauh berbeda dengan saya namun pastinya ada perbedaannya. saya dengan senang hati menjalankan kewajiban saya disertai dengan garuk- garuk kepala yang menandakan saya tidak ahli dan cerah menyelesaikannya. sambil sesekali saya melihat tanggal di kalender haji yang merupakan souvenir dari lembaga manasik haji bunda saya. alhamdulillah beliau dan ayah sudah menjalankan ibadah haji dengan perjuangan yang tak terkisahkan di sini. ya, karena memang tulisan ini bukan untuk mengisahkan tentang hal itu. haaaaaaah.

di paragraf sebelumnya tentang kalender yang sering saya perhatikan. mata saya tertuju pada angka 7 dan 8, atau 14 dan 15, atau tanggal berapapun itu yang tepat di hari sabtu dan ahad. jangan heran jika saya yang bisa dikatakan mahasiswa yang rajin dan gemar belajar di kampus, namun saya lebih sering memikirkan kedua hari itu dibandingkan hari- hari aktif kuliah. maka jadilah saya seperti dikejar- kejar sesuatu jika kedua hari itu sudah di depan alis mata. selalu saja ada program besar di sana, ya masih terkait sesuatu tadi yang saya jelaskan di paragraf pertama. jadilah saya orang yang paling ramah dan baik hati untuk menghubungi teman- teman, adik- adik, dan kakak- kakak menanyakan kabar mereka dan sekaligus promosi acara- acara yang bakal kami suguhkan untuk mereka di kedua hari itu. saya yang sebenarnya tidak begitu lihai berbasa- basi, karena menurut saya itu gak gue banget, namun mau tidak mau saya harus mau. menyangkut masa depan umat bung! haaaaaaaah.

menurut saya, dari kotak hati yang paling dalam, sesuatu itu bakal dipertanggungjawabkan. kalau tidak paham akan hal ini tentu saya akan lebih memilih untuk nongkrong diri di bawah pohon sawo tetangga sambil bercerita dengan sang nenek yang begitu perhatian. namun ada dorongan kuat yang membuat saya tidak ingin bersenang- senang di saat umat membutuhkan. haaaaaaaah, lagi lagi saya serasa ingin menghibur diri. maaf. 

untuk menjalankan sesuatu itu saya benar- benar harus menguasai perasaan dan memanajemen gesekan- gesakan hati yang mudah saja menjelma dalam berbagai bentuk dan saat- saat yang tak menentu. saya jujur sekali tidak bisa menghindari konflik- konflik dalam jejak langkah menyelesaikan sesuatu itu. saya terus saja melangkah karena bisa jadi puncak itu sudah semakin dekat. dan ketika saya nikmati perjalanan menjalankan sesuatu itu, ternyata indah sekali. saya semakin memahami diri sendiri, orang lain dan sekitarnya. saya semakin sadar diri akan kekurangan dan keterbatasan diri. tapi saya juga semakin menemukan potensi dan kelebihan diri yang bisa diandalkan untuk kemaslahatan umat, haaaaah lagi- lagi saya minta maaf. saya memang ingin sedikit membiasakan diri mengenal diri dan melejitkan potensi hingga manfaat itu bisa saya berikan sebesar- besarnya.

terselip harapan dalam diam bahwa saya harus mampu menjalankan sesuatu itu dengan baik hingga berakhir dan diberikan kepada orang yang lebih baik di generasi berikutnya.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui” (QS Al-Anfaal 27).
saat dia berkata, berat
061012/san


0 komentar:

Post a Comment

 
Baca Juga:
Langganan
Get It