September, 2014

Fokus pada Impian, Setia pada Proses, Bayar harga di Awal_ __Untukmu; Ayah, Ibu__ 090111/san

Oct 14, 2012

teman

semenjak hari itu, saya tidak lagi membicarakan tentang keengganannya untuk menemani saya ke tempat itu. serasa bersalah, saya pun mencari mangsa lain untuk diajak berburu ke sana. bukan berburu rusa atau orang utan atau sejenisnya yang dirasa teman- teman akrab hewan- hewan yang saya sebutkan sebelumnya. sampai lelah tapi tidak juga kunjung menemukan sosok yang sehati untuk merealisasikan mimpi besar saya ini. selanjutnya, pertanyaannya adalah, apakah mimpi saya? ok, tidak perlu disebutkan di sini.
menemani perjalanan hidup seseorang tidak selalu baik. ada kalanya ia hanya akan menyulutkan langkah si peneman menjalani perjalanannya sendiri alias dia lupa bahwa ada jalan yang harus ditempuhnya sebelum menyelesaikan perjalanan temannya. memahami hal ini adalah sebuah kebutuhan hingga mengantarkan seseorang pada tujuannya sendiri tanpa menyikut tujuan orang lain.

berbicara tentang teman- menemani, saya sedikit kurang profesional mengingat latar belakang saya sebagai mahasiswa bahasa inggris yang kesehariannya ditemani berbagai musik- musik aneh mengguncang daun telinga. dari satu kalimat itu, sejujurnya saya tidak begitu lihai untuk  menemukan korelasi antara musik dan teman- menemani. namun saya sedang mencari- cari kata yang tepat untuk membuat tulisan ini sedikit panjang. begitu lama sepertinya jari- jari ini menunggu perintah, makanya saya putuskan untuk menulis apa yang berkeliaran. mencoba dengan sangat mengumpulkan serpihan- serpihaya walau saya sebenarnya kala SD menjadi juara kelas dan paham benar bahwa serpihan itu bukanlah ditujukan pada huruf/ angka, namun pada batu atau air. atau bisa juga tidak keduanya, silahkan saja siapa yang ingin menanggapi.

sejenak saya berpikir, itupun karena didesak untuk mengakhiri memikirkan, maka ia cukup sejenak. padahal sebenarnya fitrah saya, kalau berpikir itu sangat lama dan prosesnya panjang. bahkan kadang sampai tertidur dan mengakhiri aktivitas memikirkan itu dalam mimpi. haaaaaaaaaah. saya berpikir bahwa teman itu bak permata. ya, dia sangat berharga namun bedanya teman tidak bisa dibeli tapi permata bisa. apalagi jika orangtua kita adalah konglomerat. sesuatu yang berharga pastilah akan dijaga dengan baik. pun dengan teman seharusnya. hindari menyepelekan sedikitpun kebaikannya. beri perhatian walau hanya menanyakan apakah sudah makan atau belum.

saya rasa, saya punya teman yang sangat baik dan perhatian pada saya. hingga hari ini saya merasakan semua energi kebaikannya yang selalu memberi pencerahan. tidak dipungkiri, hadirnya teman di samping adalah satu pertolongan dari Allah yang tidak terhingga. tidak salah jika membayangkan kondisi dimana tidak ada orang lain yang merasa nyantai komunikasi dengan kita. apalagi saat itu kita yang butuh, haaaaaaaaaaaaaah. gak kebayang. sayangi teman maka Allah akan menyayangi kita. itu sebenarnya inti dari tulisan ini, tidak lain. adapun berbagai tragedi dan luncuran- luncuran kalimat yang di atas hanyalah bumbu yang tidak jadi seperti yang diharapkan. 

berteman dalam diam hening malam, 141012/san


0 komentar:

Post a Comment

 
Baca Juga:
Langganan
Get It