September, 2014

Fokus pada Impian, Setia pada Proses, Bayar harga di Awal_ __Untukmu; Ayah, Ibu__ 090111/san

Oct 2, 2012

bahagia

setiap orang ingin bahagia. lalu saya juga ingin bahagia karena saya adalah bagian dari orang. hingga selalu saya mencari, menjemput bahkan menciptakan sendiri kebahagiaan itu. karena prinsip saya kita tidak akan bisa bahagia kalau kita tidak mau bahagia, setuju pasti.

alkisah, pada suatu waktu saya sedang berusaha keras menciptakan kebahagiaan di tengah kegalauan yang terjadi di sekitar. saya sedikit terkontaminasi dengan suasana itu, nyaris terikut. tapi maaf, saya ingin bahagia. maka jadilah saya orang yang super cuek dengan apa yang terjadi. saat orang sudah uring- uringan, saya malah tersenyum. tapi bukan di depan orang tadi (bisa kena siram saya jika itu terjadi), namun dalam hati yang paling pelosok. ukiran senyum itu menenangkan hati saya hingga mampu mengeluarkan ide- ide cerdas untuk membantu menyelesaikan permasalahan internal maupun eksternal dan kegalauan tidak ada lagi di sana sini hingga saya dinobatkan sebagai wanita super enjoy seantero lingkaran kecil dan besar. bukan apa- apa, saya hanya tidak ingin tua sebelum tiba masa yang tepat. apalagi saya belum punya teman sehati. gitu deh.

bahagia menjadi komponen penting dalam hidup saya hingga saya rela untuk menunggu cukup lama untuk mendapatkan secangkir es krim di bawah teriknya matahari. ya, saya bahagia jika minum es krim maka saya harus membayar harga kebahagiaan itu dengan harga yang pantas. menunggu. kemudian saya juga bahagia jika makan kerupuk maka saya harus cukup bersabar dengan batuk yang semakin menjadi dengan kunyahan- kunyahan kerupuk di malam hari. namun ajaibnya, esok hari batuk saya membaik. pikiran positif dan kebahagiaan dalam menjalankan sesuatu pasti akan berbuah manis. berbeda dengan ketika kita terlalu banyak mencaci atau  menggerutu dengan apa yang kita lakukan. buktikan sendiri.

bahagia sejati hanya akan diperoleh lewat aktivitas bermanfaat. saya sangat terkesan dengan konsep bahagia yang ditampilkan oleh sosok terbaik sepanjang sejarah. adalah  Bilal bin Rabah yang bahagia mempertahankan keimanannya di tengah siksaan yang diterima, Imam Abu Hanifah bahagia dengan keyakinan yang dimilikinya walau harus dijebloskan ke penjara akibat ketidakengganannya menjadi hakim negara, para sahabat nabi yang bahagia meninggalkan kampung halaman dan orang- orang- orang dicintai demi terjaganya keimanan mereka.

demikianlah konsep bahagia yang sejati, bahagia yang dilandasi iman dan taqwa. tentu ini sangat jauh berbeda dengan konsep bahagia yang saya utarakan sebelumnya, bahagia dengan eskrim dan kerupuk. namun tidak masalah, asalkan dalam hati tetap tertanam bahwa lebih baik tidak minum eskrim atau makan kerupuk daripada harus menggadaikan keimanan. na'udzubillah...

di persimpangan menciptakan kebahagiaan, 031012/san

0 komentar:

Post a Comment

 
Baca Juga:
Langganan
Get It