September, 2014

Fokus pada Impian, Setia pada Proses, Bayar harga di Awal_ __Untukmu; Ayah, Ibu__ 090111/san

Oct 4, 2012

istimewa

syahdan, saya menghampiri diri sendiri dan berbisik lirih di tengah hujan lebat. alhasil diri sendiri tidak bisa menangkap apa yang saya katakan hingga akhirnya saya putuskan untuk berbicara kepada orang lain agar maksud saya bisa tersampaikan. saya tergila- gila pada kuasa Allah, Rabb semesta alam.

saya sesekali menoleh pada masa lalu saya dan orang- orang di sekitar karena saya merasa tidak begitu tersentuh dengan masa lalu orang- orang yang jauh secara emosi. adalah seorang teman yang usianya tidak terpaut jauh dengan saya. jika saya lahir pada bulan Januari maka dia juga di bulan Januari tapi bedanya saya di awal bulan sedangkan dia pada pertengahan bulan. begitulah jika kita ingin mengumpamakan tautan usia kami. melirik masa lalu dia, tidak secerah masa lalu saya. tapi menemukan masa depan dia kini, saya juga tidak menemukan perbedaan yang amat sangat. dia bisa menyelesaikan urusannya tepat waktu dan saya juga walau saya selalu berada di puncak- puncak kekritisan. jadi intinya?? haaaah, kami sama. sama- sama baik dan gemar tersenyum. lalu?? di paragraf berikutnya akan saya terangkan.

sedikit membuka diri, saya fitrahnya adalah orang yang selalu ingin tahu apalagi jika sesuatu itu ada di sekitar saya. tapi jangan salah saya juga punya perhatian terhadap dunia luar, jadi jangan salahkan saya jika suatu saat nanti saya akan memberikan kamu informasi tentang para mujahid Palestina, tentara Allah di Bosnia, dan di bumi lainnya. kembali pada teman saya tadi.  saya penasaran dengan berbagai kemudahan yang dia peroleh dalam perjalanan hidupnya. jika dilihat wajah, wajah saya juga tidak terlalu jauh berbeda kecantikannya dengan dia. namun kemudahan dan kemulusan jalan yang dilaluinya berbeda dengan jalan yang kulalui. hingga kusimpulkan wajah hanya sekian persen dari kemulusan jalan, walau katanya wajah kamu mulus tak berjerawat.

jadilah saya semacam intelijen, atau di negeri kita familiar dengan kata densus 88. demi mengungkap sebuah misteri besar, saya rela untuk mengikutinya kemanapun ia berada pada hari itu. ya, hari itu saja karena kalau tiap hari saya tidak sanggup dan diapun pasti terbebani jika harus menyediakan makan siang saya setiap harinya. teringat dengan sebuah kisah yang dikisahkan pada zaman  Rasulullah,
 Pada suatu ketika Rasulullah  menyampaikan pada para sahabat:
wahai sahabatku hari ini kita akan kedatangan seorang penduduk syurga, sahabat menunggu orang tersebut, ketika orang itu datang sahabat mengamati amalan istimewa yang ada pada orang tua tersebut, hari ke 2 Rasulullah  mengatakan lagi hari ini kita akan kedatangan seorang penduduk syurga, sahabatpun mengamati orang tua yang di maksud Rasulullah  sampai hari ke 3 Rasulullah juga mengatakan seperti itu lagi. Ketika orang tua itu pulang sahabat mengikuti sampai ke rumahnya, sahabat mengetuk pintu rumah orang tua tersebut, wahai orang tua bolehkah aku bermalam dirumahmu? Orang tua itupun membolehkan.
Sahabat mengamati dari hari pertama sampai hari ke 3 tidak ada amalan istimewa dari orang tua tersebut, Hingga sahabatpun menanyakan. Wahai orang tua apakah amalan istimewa sehingga Rasulullah menyebut engkau sebagai Penduduk Syurga, orang tua itupun menjawab. Wahai sahabat aku tidak memiliki amalan istimewa, hanya saja aku memiliki Hati, aku senang apabila orang bahagia memiliki sesuatu, aku senang ketika melihat Tetangga senang, senang ketika orang memiliki barang baru, senang ketika tetangga membeli sesuatu, bukan sebaliknya... nnnyyyeeeesssssssss. Subhanallah.


jika dikaitkan dengan kisah tadi maka saya adalah orang yang mencari jawaban itu dan punya antusiasme yang luarbiasa untuk mengikuti apa yang dilakukan teman tadi. malangnya saya tidak menemukan apa- apa di hari itu. lalu? saya tidak mungkin mengikutinya terus, bisa- bisa misi saya tercium olehnya seblum saya menemukan jawaban. maka jadilah saya seorang pengungkap rahasia. untuk menanyakan langsung saya kerkesan canggung. dan seperti biasanya saya selalu punya ego yang tinggi dan harga diri yang matang siap saji. lebih baik saya menemukan sendiri. berhari- hari saya tanyakan pada orang terdekatnya. belum juga terungkap, namun akhirnya saya mendapat jawaban. 

sedekah, ya sedekah rahasianya. itu yang istimewa dari teman saya ini. saya sedikit tertohok dengan ini karena bagaimanapun saya termasuk golongan orang- orang yang sangat sulit sekali mengeluarkan uang. bahkan untuk makan saja saya perlu berpikir keras untuk merogoh saku. hingga tak jarang saya kena ultimatum dari orang- orang hebat di sekitar yang luarbiasa menafkahkan hartanya untuk kesehatan dan kebahagiaan.
sekian amalan istimewa teman saya, semoga saya dan teman- teman dapat mengamalkannya di tengah hiruk pikuk dunia.

dalam pagi ramai, 051012/san

0 komentar:

Post a Comment

 
Baca Juga:
Langganan
Get It