September, 2014

Fokus pada Impian, Setia pada Proses, Bayar harga di Awal_ __Untukmu; Ayah, Ibu__ 090111/san

Jul 16, 2011

Manajemen Prioritas: Refleksi Dualisme Amanah

Mmmmh, gimana ya kak. Ana pun bingung sekarang. Di saat semangat dakwah menggebu- gebu, di saat itu pula dihadapkan pada dua pilihan yang sangat sulit. Ana tidak mau mengecewakan mereka dengan memilih salah satu, tapi apa ana sanggup menjalankan ini bersamaan??? (Kemudian sebuah helaan nafas panjang terdengar dari seberang).
Sebelum berbicara jauh tentang manajemen prioritas, ada baiknya kita terlebih dahulu membaca yang ini. Dalam tulisan ini sudah dijelaskan akan peran kita yang multi function. Jadi di awal persepsi kita sudah sama, OK!
Manajemen Prioritas: Refleksi Dualisme Amanah. Semua orang memiliki amanah. Namun belum tentu semua dapat menjalankan amanahnya dengan baik. Kadar amanah setiap orang berbeda- beda. Ada yang berat dan ada yang ringan. Begitu juga dengan kapasitasnya, ada yang benyak dan ada yang sedikit. Smua itu sudah diatur oleh Allah, Yang Maha Mengetahui Segala Sesuatu.Ketika konsep amanah sudah kita ketahui bersama, maka akan lebih mudah untuk kita berbcara tentang teknis pelaksanaan setiap amanah tersebut.

Dalam dunia dakwah, tentu hal ini juga berlaku. Berbagai amanah hadir seolah menghujani para aktivis dakwah. Semakin terasa bahwa jumlah amanah lebih banyak dari jumlah orang yang akan memikulnya. Menghadapi hal ini, acap kali satu orang kader memikul dua amanah yang familiar kita katakan 'dualisme amanah'. Namun tidak jarang juga ternyata kita menemukan kader yang 'poli-amanah'. Selanjutnya, apa yang harus kita lakukan? Efektifkah keputusan memberikan amanah kepada satu orang dengan jumlah yang lebih?

Tidak bisa dipungkiri, bukan saatnya lagi mengelak dari situasi seperti ini. Semakin hari, semakin banyak hal yag harus dikerjakan sementara pertumbuhan kader masih dalam proses.Untuk itu diperlukan kesiapan para kader untuk berbuat lebih. I'malu fauqa ma'amilu (berbuat lebih dari apa yang dibuat orang lain). Sebelum mengiyakan untuk sebuah amanah, ada baiknya seorang kader memahami dirinya terlebih dahulu. Ada saatnya menerima amanah karena kita yakin Allah akan membantu dan kita sanggup, namun ada kalanya suatu amanah kita tolak jka memang benar- benar yakin tidak dapat menjalankannya dengan alasan yang syar'i tentu. Untuk yang kedua ini, seorang kader hendaknya memilih satu: menolak amanah atau menerima namun tetap berusaha untuk melayakkan diri dan mampu bekerja optimal (ini yang kita harapkan).

Well, ketika kita sudah menerima amanah lebih dari satu: Sekretaris Departemen Syiar di LDK (Lembaga Dakwah Kampus), Ketua Departemen Humas di HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan), dan Staff Departemen Keputrian di LDF (Lembaga Dakwah Fakultas). Ketiga amanah ini bisa saja dipegang oleh satu orang, ditambah satu amanah lagi: menjadi murabbi. Untuk menjalankan ini semua tentu dibutuhkan kebijakan dan pikiran yang cerdas dari si pelaku. Pada saat inilah peran manajemen prioritas itu teraplikasikan.

Manajemen prioritas ditengah amanah yang 'bejibun' tentu juga perlu dipahami dengan benar. Prioritas di sini bukan berarti seseorang itu membuat tingkatan- tingkatan untuk setiap amanah. Misalnya, 1. Mengisi LQ, 2. LDK, 3. HMJ, 4. LDF. Bukan prioritas secara vertikal seperti ini yang kita maksudkan, karena jika hal ini terjadi maka besar kemungkinan akan banyak saudara yang tersakiti. Bisa saja nanti dia sekalil dua kali berkontribusi di HMJ, dan bahkan nyaris tidak pernah berkontribusi di LDF. Akibatnya, akan timbul berbagai masalah yanglebih besar dari ketika dia memilih untuk menolak salah satu dari amanah itu sejak awal.  Namun ternyata amanah itu dapat kita laksanakan dengan baik ketika kita berusaha membuat prioritas secara horizontal. Artinya, seorang kader harus memahami setiap kondisi yang dialaminya. Ada satu ketika dia harus mendahulukan LDF jika memang kebaikan di sana lebih banyak. Misalnya, pada hari Jum'at pukul 12.00 Wib biasanya diadakan Keputrian di fakultas. Pada saat itu, koordinator berhalangan hadir sehingga dia diamanahi untuk mengkoordinir keputrian pada hari itu. Di sisi lain, ada sebuah syuro' mendadak durasi 20 menit terkait acara 'Gebyar Muharram' dimana saat itu selaku sekretaris kehadirannya sangat diperlukan. Pada kasus yang kedua ini, ternyata ada beberapa pengurus yang hadir dan memenuhi adab syuro'. Tentu saja orang tersebut baiknya memilih untuk mengkoordinir keputrian. Bayangkan jika prioritas vertikal yang kita gunakan. Berbagai program kerja mungkin tidak akan berjalan, dan parahnya lagi terjadi keretakan ukhuwah antar sesama kader.

Kembali pada pertanyaan yang ada di awal tulisan ini. Kondisi ini hanya satu dari berbagai problematika dalam dunia dakwah. Dibutuhkan azzam yang kuat untuk bisa tetap istiqomah menghadapi segala permasalahan.Bagaimanapun, kemampuan membaca situasi adalah kekuatan dahsyat yang harus dimiliki oleh setiap pribadi, baik dalam dunia dakwah maupun dalam peran kita di bidang lain. Silahkan baca di sini.
Akhirnya, dualisme amanah atau bahkan poli- amanah bukan lagi menjadi permasalahan yang menuntut kita untuk tetap berkutat di sana. Satu hal lagi, diharapkan kepada semua kader untuk tidak melemahkan potensi yag ada dalam dirinya seolah menganggap tidak mampu. Let's just do it and have a desire to grow up.(17/07san)


*Barakallah Kepada seluruh Pengurus UKMI Ar- Rahman Unimed Periode 2011- 2012. Wherever, let's just do our best. Saatnya mengumpulkan banyak amal kebaikan lewat wadah ini, hingga akhirnya kita kan menemukan pribadi- pribadi yang cerdas dan soleh dalam kampus hijau. Yakinkan diri kita menjadi bagian dari mereka yang berbuat..
Hmm, semangat saja tidak cukup kawan. Let's take action :)

0 komentar:

Post a Comment

 
Baca Juga:
Langganan
Get It