Menghakimi, Pantaskah? Entah kenapa, kedua kata ini semakin hari semakin mengusik pikiran. Pertanyaan yag dilontarkan oleh salah seorang adik di fakultas sekitar seminggu yang lalu membuatku terdiam beberapa saat. Jujur, ini pertanyaan yang belu pernah kutanyakan sekalipun kepada 'guru'ku. Dan sekarang aku ditanya seperti itu??? wuaaaaa, pusing 8 keliling. Namun kucoba untuk bersikap tenang dan menjawab semampuku. Alhamdulillah, dia kelihatan cerah..
Dan sejak itu, kucoba mencari- cari kembali jawaban untuk pertanyaan ini. Hingga seorang adik bertanya juga kepadaku dengan pertanyaan yang sama walau konteks permasalahan yang berbeda. Kemarin berbicara tentang penghakiman kepada orangtua atas tindakannya, dan layakkah kita menghakimi beliau sebagai orangtua yang tidak bertanggungjawab?Dan kisah yang kedua ini lebih rumit lagi, lagi dan lagi tentang VMJ. Ahhh, tak kuasa aku. (agak2 sensitif tentang yang ini, kataku dalam hati). Pantaskah kita menghakimi mereka dan memberikan hukuman? Apalagi mereka itu adalah para aktivis dakwah kampus yang tarbiyahnya lancar dan hijabnya terjaga.
Lama aku termenung. Mencari berbagai referensi, namun nihil.Ilmu yang kusampaikan pada adikku yang bercerita tentang orangtuanya itu sangat tidak kuat untuk dijadikan jawaban atas pertanyaan yang kedua ini. Akhirnya, dengan sedikit khawatir akan jawaban yang salah, kukatakan bahwa tidak ada hak bagi kita untuk menghakimi orang lain. Titik. Itu saja.Puas tidak puas, aku harus terima. Dan kulihat dia manggut- manggut tanpa meminta penjelasan.
"Baik Kak, tuk sementara dapat diterima.Aku dapat membaca pikran kakak (lebaay). Bersiap- siap untuk menjelaskannya lebih detail, Ok!".
Menyusuri kembali perjalanan. Ahh, kenapa sekarang semua pada 'demam' hakim- menghakimi?? Apakah mereka paham benar akan makna kata menghakimi??Apakah mungkin hal yang selama ini mereka terima, perlakuan yang mereka dapatkan dari yang lain adalah satu bentuk penghakiman? Ohh, tentu saja tidak semudah itu memaknai kata 'menghakimi'.
Mari sedikit berbicara tentang kata ini dan kemudian membedakannya dengan kata mengatakan yang sebenarnya. Ya, mengatakan yang sebenarnya. Anggap saja kita dalam situasi bersalah, kita lupa untuk mengembalikan buku teman yang kita pinjam dan akhirnya teman dengan berat hati memintanya. Pada saat itu dia mengatakan bahwa kita adalah seorang pelupa. Nah, dalam konteks ini apakah dia menghakimi kita? Atau hanya mengatakan sesuatu yang benar tentang diri kita? Apa reaksi kita kala itu?
Demikian juga dengan pertanyaan yang kedua tadi. Kadang sesuatu yang benar tentang diri kita yang diungkapkan oleh orang lain menjadikan kita sedikit ciut dan menganggap orang lain telah menghakimi kita dengan kesalahan yang kita perbuat. Sebenarnya kita yakn bahwa diri kita memang bersalah, namun cara kita menangkap kebenaran yang mereka sampaikan tidak benar. Perlu diyakinkan kembali, Mereka hanya mengatakan yang sebenarnya, tidak lebih. Tidak untuk tujuan menuduh, apalagi menghakimi. Karena sesungguhnya Allah lah Zat yang layak menghakimi seseorang.
Semoga dapat dimengerti dengan kosakata yang pas- pasan dan bahasa yang tidak rapi (walau sebenarnya anak bahasa, he). (17/07san)
Hmm, sudilah kiranya membagikan ilmu di sini. Menghakimi, Pantaskah????
5 komentar:
:)
ehemmm hem....
'afwan, agak batuk sedikit bacanya (beneran kak) mungkin krn disentil "lagi" nih.
intinya,
karena kita bukan sang hakim...
nanti kita buka kelas "hakim" ya kak, 2 sks aj.
kakak dosennya, qori assistennya.
wokeh...
bener2 gak paham ni kakak ttg yg satu ni.
nanti jadi sesat pula, apalagi kl qr asstennya..
wuaaaah, jadi apa mhsiswanya???
eh, emang kakak tukang sentil???
mmm, yang jelas kita gak bisa langsung men-judge seseorg krn satu kslhn yang dibuat..
satu lagi, kakak ppl di siantar... jauuuuuuh kaliiii :)
keren ceritanya ,,,,,,,,,,,,,,
cerita bukan sembarang cerita...
itu ceritaku, apa ceritamu???
karena kita bukan sang hakim...(quoted from maidany lyrics)
Post a Comment