September, 2014

Fokus pada Impian, Setia pada Proses, Bayar harga di Awal_ __Untukmu; Ayah, Ibu__ 090111/san

May 13, 2011

Mengembalikan Fungsi Masjid


Masjid merupakan tempat peribadatan bagi umat Islam seduania. Masjid juga merupakan bangunan pertama yang dibangun oleh Rasulullah sesampainya beliau di Madinah. Selain itu, masjid juga merupakan bangunan yang disucikan dan diagungkan. Sedemikian besarnya perhatian Rasulullah terhadap bangunan ini, hingga banyak peristiwa- peristiwa bersejarah yang diabadikan di sana.

Bahkan Allah juga memberikan perhatian yang khusus terhadap bangunan ini hingga menyebutkannya khusus dalam Al Qur'an:
“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seorang pun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.” (Al-Jinn: 18).
“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat ibadah) manusia, ialah baitullah di Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.” (Ali Imran: 96).

Masjid Quba adalah masjid pertama yang dibangun oleh Rasulullah saw. pada tahun 1 Hijriyah atau 622 Masehi di Quba. Quba adalah suatu tempat pinggiran kota Madinah atau berjarak  sekitar 5 km di sebelah tenggara kota Madinah. Dalam Al Qur’an disebutkan bahwa masjid Quba adalah mesjid yang dibangun atas dasar takwa:
Jangan engkau sembahyang di masjid itu selama- lamanya, kerana sesungguhnya masjid (Qubaa' yang engkau bina wahai Muhammad), yang telah didirikan di atas dasar taqwa dari mula (wujudnya), sudah sepatutnya engkau sembahyang padanya. Di dalam masjid itu ada orang-orang lelaki yang suka (mengambil berat) membersihkan (mensucikan) dirinya dan Allah Mengasihi orang-orang yang membersihkan diri mereka (zahir dan batin).
(Surat At Taubah:108).
Masjid memiliki banyak fungsi, bukan hanya sebagai tempat ibadah namun juga fungsi lainnya yang dirasakan sejak zaman Rasulullah. Berikut beberapa fungsi masjid yang terjadi di zaman Rasulullah:
1. Tempat Latihan Perang. Rasulullah saw mengizinkan `Aisyah menyaksikan dari belakang beliau orang-orang Habasyah (Ethiopia) berlatih menggunakan tombak mereka di Masjid Rasulullah pada hari raya. (HR. Al-Bukhari).
Balai Pengobatan Tentara Muslim. Sa`d bin Mu`adz terluka ketika perang Khandaq, maka Rasulullah mendirikan kemah di masjid. (HR. Al-Bukhari).
2. Tempat Menerima Tamu. Ketika utusan kaum Tsaqif datang kepada Nabi saw, beliau menyuruh sahabatnya untuk membuat kemah sebagai tempat perjamuan mereka. (HR. Al-Baihaqi).
3. Tempat Penahanan Tawanan Perang. Tsumamah bin Utsalah seorang tawanan perang dari Bani Hanifah diikat di salah satu tiang masjid sebelum perkaranya diputuskan. (HR. Al-Bukhari).
4. Pengadilan. Rasulullah menggunakan masjid sebagai tempat penyelesaian perselisihan di antara para sahabatnya.
Selain hal-hal di atas, masjid juga merupakan tempat bernaungnya orang asing, musafir dan tunawisma. Di masjid mereka mendapatkan makan, minum, pakaian dan kebutuhan lainnya. Di masjid, Rasulullah menyediakan pekerjaan bagi penganggur, mengajari yang tidak tahu, menolong orang miskin, mengajari tentang kesehatan dan kemasyarakatan, menginformasikan perkara yang dibutuhkan umat, menerima utusan suku-suku dan negara-negara, menyiapkan tentara dan mengutus para da`i ke pelosok-pelosok negeri.(http://masjiddarulizzah.wordpress.com).

Peran masjid yang ditunjukkan di zaman Rasulullah tntu sangat bertolak belakang dengan apa yang kita lihat saat ini. Jumlah masjid yang setiap tahunnya bertambah ternyat belum berfungsi secara optimal. Masjid yang hari ini hampir kita temukan di setiap lorong rumah, hingga suara azan bersahut- sahutan ternyata tidak lebih baik dari apa yang ada pada zaman Rasulullah walau dengan jumlah yang sangat sedikit, terhitung dengan jari.
Namun lantas, apakah kita patut menyalahkan keberadaan masjid- masjid tersebut??
Tidak ada yang salah denganjumlah masjid yang banyak, hanya tinggal bagaimana kita kaum muslimin memberikan sedikit kontribusi untuk kemakmuran masjid di sekitar kita. Tidak perlu terlalu sibuk untuk memikirkan masjid di seberang sana, amankan masjid di samping kita. Ketika semua muslim berpikir demikian, maka tidak akan lagi kita temukan masjid yang tidak terurus, masjid yang di setiap solat subuhnya hanya ada satu orang yang merangkap makna ganda, masjid yang disalahfungsikan oleh mereka yang tidak faham akan hakikat masjid, atau bahkan masjid yang dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi atau goongan.

Kekhawatiran akan keberadaan masjid yang kian hari kian tidak terurus pastinya hadir di setiap benak kita, orang- oranng yang memahami betapa murninya keberadaan masjid itu sendiri. Untuk itu, hadirnya kita di tengah situasi seperti ini, diharapakn bisa menjadi angin segar bagi perkembangan kualitas masjid yang kian hari kian bertambah jumlahnya.
Membiasakan diri untuk solat di masjid bagi laki- laki merupakan salah satu bukti nyata bahwa kita mengambil peran dalam mengembalikan fungsi masjid.

Ibnu Mas`udz berkata: “… Dan tidaklah seorang laki-laki berwudhu kemudian ia membaikkan wudhunya lalu menuju ke masjid di antara masjid-masjid ini kecuali Allah menulis setiap langkah yang ia langkahkan satu kebaikan untuknya dan Allah meninggikannya satu derajat serta menghapuskan satu keburukannya karenanya. Dan sesungguhnya kita telah menyaksikan bahwa tidaklah meninggalkan (shalat berjamaah) kecuali seorang munafik yang tampak jelas kemunafikannya. Dan sesungguhnya dahulu (sampai terjadi) ada seorang laki-laki yang dipapah oleh dua orang kemudian ia diberdirikan di dalam shaf (agar bisa shalat berjamaah).” Dari sini, lalu dirutinkan kegiatan ta`lim dan kegiatan-kegiatan sosial lainnya sehingga lambat laun masjid kembali menjadi pusat pembinaan masyarakat Islam.” (Asri Al-Ibnu Ats-Tsani).


0 komentar:

Post a Comment

 
Baca Juga:
Langganan
Get It