September, 2014

Fokus pada Impian, Setia pada Proses, Bayar harga di Awal_ __Untukmu; Ayah, Ibu__ 090111/san

May 27, 2011

Dibalik Makna Kampus Madani



Kampus Madani. Tampaknya kata- kata itu sudah tidak asing lagi bagi kita,  Aktivis Dakwah Kampus. Kampus Madani. Itulah yang kita gaungkan selama ini. Kampus Madani. Itulah yang membuat kita tuk tetap eksis di sini. Kampus Madani. Itulah impian kita bersama. Kampus Madani, ya bukan hanya mimpi.

Mari melirik sejenak ke belakang dan tanyakan, seperti apakah konsep Kampus Madani yang ingin kita tuju? Tentu saja hal ini penting untuk memperjelas gerak langkah dan arah tujuan kita tuk merealisasikannya. Untuk itu di sini akan dipaparkan sedikit tentang bagaimana sebenarnya konsep Kampus Madani sehingga nanti ini bukan hanya sebuah slogan atau penggugah semangat para ADK namun lebih dari itu. Dengan demikian, kebertahanan kita dalam jalan dakwah ini akan terus hadir hingga ianya terwujud. 

Arya Sandhiyudha (2006:104-106) dalam bukunya Renovasi Dakwah Kampus mengkategorilkan setidaknya ada 9 point yang kemudian menjadi ciri sebuah kampus madani. Namun di sini cukup  dibahas 8 point dengan harapan semoga yang satu lagi akan terwujud ketika ke 8 ini sudah terlaksana.
1.      Religious
Artinya, dimudahkannya akses peningkatan pemahaman akan beragama dalam kampus tersebut. Kran – kran kemudahan memperoleh wawasan peningkatan ruhiyah melalui forum – forum kajian, konsultasi, taujih, bisa diakses dengan mudah, acceptable, terbuka, dan menyeluruh terhadap stakeholder (Mahasiswa, Dosen, Pegawai, Umum) sebuah kampus. Pada fase ini, kondisi masyarakat kampus adalah masyarakat yang mengenal dan memahami agama secara utuh dari teori sampai pelaksanaan nilai – nilainya. Fase ini ditandai dengan nuansa religius dari personal, lembaga, sarana, budaya, maupun kebijakan yang berlaku di kampus tesebut. 
Religious disini bukan hanya sekedar tugas dari Badan Otonom atau UKM kerohanian saja untuk mengaplikasikannya, namun kondisi dimana semua warga kampus menyadari atas urgensi kerohanian mereka sehingga terlaksana sebuah nuansa religious dalam sebuah kampus. Jika waktu sholat tiba, berbondong – bondonglah dosen, mahasiswa, pegawai kampus, sopir bis kampus, pegawai kantin, ke mushola – mushola terdekat untuk melaksanakan shalat berjama’ah. Demikian juga dengan kondisi kelas – kelas yang kosong pada jam – jam shalat wajib. Ini menjadi sebuah tolak ukur awal disebutnya sebuah kampus menjadi kampus madani.
2.      Institusional

Artinya, adanya institusi – institusi yang kredibel (proaktif, empatik, jujur, dan dialogis) dan professional sebagai penopang gerak dinamika kampus itu sendiri. Institusi – intitusi ini bisa berwujud institusi kemahasiswaan ( BEM, Maperwa, Himpunan, dll), maupun institusi mandiri, atau bahkan institusi – institusi yang secara langsung dikelola oleh pihak birokrasi kampus yang benar – benar kredibel dibidangnya masing – masing dan memberikan pelayanan terhadap kepentingan mahasiswa, serta stakeholder kampus lainnya.
3.                  Constitutional
Tahap ini tercermin dari aturan yang lengkap yang melingkupi dan menaungi seluruh aspirasi komponen kampus dan diinspirasi oleh nilai – nilai ruhani serta disepakati menjadi pilihan bersama dalam sebuah kampus. Pada tahap ini terjadi sebuah rule kampus yang jelas, teratur, berkesinambungan dan diterima oleh masyarakat kampus sehingga masyarakat kampus dapat memahami apa saja yang menjadi haknya, dan dapat memperjuangkan hak – haknya tersebut, dan melawan jika haknya dirampas. Konteks kemahasiswaan, ada sebuah undang – undang mengenai kemahasiswaan yang disepakati dan dilaksanakan secara bersama, sehingga yang melanggar akan mendapat sanksi dan seluruh element mahasiswa berkewajiban untuk melaksanakannya. Bukan malah element mahasiswa itu sendiri yang menjadi pelanggarnya. Kondisi paradoks terjadi di kampus kita. Wujud mahasiswa NATO (No Action Talk Only), atau bahkan action-nya kebalikan dari talk-nya harus segera diberantas dari kampus ini. Mereka lah yang kemudian akan menjadi bibit – bibit penyakit dari sebuah bangsa. Kampus madani tidak akan toleran terhadap sosok opportunis seperti ini. Demikian juga ditataran birokrasi kampus, keluarnya sebuah kebijakan – kebijakan yang bersifat constitute harapannya dapat disepakati bersama dan tidak memberatkan dan ada sebuah konsekwensi moral untuk mematuhi dan melaksanakannya.

4.      Intellectual
Kampus madani adalah kampus yang warga kampusnya bersemangat tinggi dalam menuntut ilmu, mengamalkannya, dan menyerukannya kepada yang lain. Masyarakat kampus inilah yang akan menghasilkan sebuah model dan sarana peningkatan kredibilitas professional (core competence, management, and strategic thinking), kredibilitas moral (komitmen dan nilai), dan kredibilitas sosial ( human relation). Intellectual menjadi sebuah tradisi dalam dunia akademisi dan menjadi tuntutan.

5.      Peaceful Oriented
Berorientasi kepada kedamaian. Artinya, kondisi aman dan harmonis, serta Lima Es (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun) selalu teraplikasi. Ketika memasuki kampus ini, entah itu masyarakat lama ataupun pendatang akan merasakan suasana aman dan nyamannya. 
Dikampus yang seperti ini, segala bentuk kejahatan, anarkisme, diktatorisme, rasialisme, egoisme, terorisme, dll. adalah menjadi musuh bersama untuk ditumpas.
6.      Egalitarian
Artinya warga kampus madani ini tidak mengenal pembedaan atas simbol – simbol duniawi. Merdeka dari senioritas dan pengkastaan. Dikampus ini, tidak akan ada cerita mahasiswa junior ditindas oleh senior, atau mahasiswa diperas oleh dosen untuk memberi nilai. Bebas dari kekerdilan intelektual seperti itu.

7.      Justice
Berkeadilan. Kampus ini memiliki warga yang memiliki kesamaan etika dalam menjaga hak agama, harta, akal, jiwa, keturunan. Semua dapat membela haknya dan mendapatkan funishment atas pelanggaran yang dibuatnya. Pihak birokrat kampus tidak membedakan status ketika penerimaan mahasiswa baru, dan memberikan hak yang sesuai terhadap kebutuhan mahasiswanya. Dalam hal distribusi beasiswa misalnya, berkeadilan disini adalah sesuatu yang proporsional. Sehingga yang layak menerimalah yang sepatutnya menerima bantuan tersebut. Bukan malah mereka yang memiliki koneksi dengan kolusinya, terlepas dari mereka berada dan berkelas menengah keatas. Pada tahap ini, semua legowo atas keadilan yang terlaksana.

8.      Technology Oriented
Artinya, bahwa kampus pada fase madani ini memiliki warga masyarakat yang menguasai teknologi dan mengerahkan segala kemampuan dan sarananya untuk kebaikan. Tidak ada lagi istilah gaptek (gagap IPTEK) dikampus madani ini. Kemudahan menggunakan piranti yang berhubungan dengan teknologi pun bisa diakses dengan mudah dan fleksibel oleh masyarakat kampus. 
Hotspot misalnya, warnet gratis, perpustakaan maya, dll. yang kesemuanya memicu kampus untuk berangkat menuju ke-madanian-nya.


Dimaknai dari Buku Renovasi Dakwah Kampus oleh akhuna Ardiabara Ihsan (Unsri)
Top of Form
Bottom of Form

0 komentar:

Post a Comment

 
Baca Juga:
Langganan
Get It