September, 2014

Fokus pada Impian, Setia pada Proses, Bayar harga di Awal_ __Untukmu; Ayah, Ibu__ 090111/san

May 8, 2012

Kecewa, Syukurilah









Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran. (QS. Al Ashr: 1-3)

Ya, mencoba membaca situasi. 

Akhir- akhir ini ada satu fenomena klasik di kalangan aktivis, khususnya aktivis dakwah kampus. Ini bukan tren yang dibuat- buat namun ia hadir apa adanya, sedia kala. Fenomena yang tidak bisa dianggap remeh karena luarbiasa pengaruhnya bagi perkembangan dakwah kampus. Yup, kecewa.

Akhi wa ukhti fillah yang dirahmati Allah,
Bersyukurlah jika kita pernah kecewa dalam dakwah ini. Ya, karena itu artinya kita bergerak, kita berbuat. Jika kita tidak pernah bergerak dan berbuat sama sekali, bagaimana kita bisa kecewa?

Kecewa bisa jadi pada diri sendiri, saat kita terlambat bangun. Kecewa pada teman dekat, membiarkan kita melakukan kesalahan yang sama berulang kali. Kecewa pada saudara, terlalu banyak menuntut. Kecewa pada orangtua, tidak mendirikan shalat tepat waktu. Kecewa pada dosen pembimbing, perfeksionis. Kecewa pada orang- orang sekitar, membuang sampah sembarangan. Hingga bisa kita simpulkan, kekecewaan ada di mana- mana dan bersama siapa saja.

Sejatinya, kecewa bermula dari sebuah harapan. Jika diibaratkan ketika  kita menanam bunga, memberi pupuk, menyiram dan merawatnya dengan baik.  Namun kenyataannya kita tidak melihat bunga yang tumbuh subur dengan indahnya bunga yang dihasilkan. Ada ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan. Wajar dong kecewa!

Dalam hiruk- pikuk dakwah kampus pun demikian. Kita menaruh harapan kepada saudara kita dimana kita sangat yakin dia akan mampu seperti yang kita harapkan. Misalnya dalam satu acara besar dimana kita terlibat dalam kepanitiaan (hmm, dari sini nih seringnya kasus bermula), beberapa dengan semangat memberikan berbagai argumentasi dan wacana jitu untuk kesuksesan acara. Tepat ketika wacana itu hendak diaplikasikan, gelap (beberapa gak tau pergi kemana). Akhirnya kita juga yang sibuk. Kecewa? Sangat wajar (saya dukung 100%)!

Namun apakah tindak lanjut dari rasa kecewa ini?
Haruskah kita keluar dari komunitas dakwah ini dan membentuk komunitas baru?
Wow, tentu saja tidak. Karena akhirnya kita  juga akan menemukan kekecewaan di arena baru itu.

Akhi wa ukhti fillah,
Saat kekecewaan muncul, saat itulah kita dibutuhkan. Artinya, hanya orang yang kecewalah yang peka dan mampu menterjemahkan satu keadaan. Maka peran kita hendaknya lebih besar menangkal fenomena itu.
Jelas, dibutuhkan nasihat kebenaran dari kita.
Saat yang lain tidak memperhatikan penampilan yang akhirnya tampil dengan wajah kusut, kita kecewa. Beginikah seorang ADK? Siapa yang bakal berani curhat dan meminta pendapatnya saat orang lain ada masalah?
Saat yang lain hanya cerdas dalam teori namun aksi sangat minim, kita kecewa. Bukankah Allah sangat murka kepada orang yang mengatakan apa yang tidak ia kerjakan? Siapa yang akan mau mendengarkan nasihat yang kita berikan? Kebenaran yang akan kita sampaikan?

Ya, sosok kecewa harapannya bisa menjadi pencerah bagi yang lain.
Mari renungkan kembali.
Ketika ada kelemahan dan kesalahan saudara kita, cobalah untuk menutupinya dengan kebaikan dan kontribusi yang telah ia berikan untuk dakwah ini. Sebagaimana Allah mengampunkan dosa- dosa manusia dengan amalan yang mereka perbuat.
Kita adalah da’i. Bukan mahasiswa yang tiba- tiba tanpa sengaja bergabung di barisan ini. Berbuatlah dengan ikhlas, berikanlah nasihat kepada saudara kita dengan cara yang ahsan.(09/05san)


0 komentar:

Post a Comment

 
Baca Juga:
Langganan
Get It