“Yaaah,
Why So Serious? Toh hidup ini cuman sekali, santai aja kawan!”
“Yeee, sapa pula yang
tertekan. Saya sih cukup bahagia dengan gaya hidup beginian.”
“Emmmmh,
Nampak tuh yang kamu lagi banyak pikiran. Kita masih muda sob, gak usah
serius- serius kali lah. Ntar nyeselll.”
“Lho__ Lho, apa2an ini?
Gue baik- baik aja lho. Kamu tuh perlu dipertanyakan seharusnya.“
“Lha,
kok jadi gue pula yang kena?”
“Beeegh, gak pernah
serius. Liat tuh PR, kesentuh Jam- 1; Solat, ngasal; Ngesms, lebay; Becakap;
berantakan; Jalan; nyorot semua. Halaaaah… pasti ada yang salah.”
“Opppzzz….”(ah, masak iya sih. Kan yang
begituan model anak muda sekarang, dalam
hati)
Yup, mari kita serius!
Serius
dengan hidup ini, karna ia hanya sekali, maka harus hidup yang berarti.
1.
Serius
dalam Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Ibadah
Selalu ada semangat tuk sebuah
perbaikan. Ini adalah jargon teman- teman yang cukup serius menjalani hidup
ini.
Kita tidak tahu raka’at sholat yang mana
yang diterima Allah, baris tilawah yang mana yang bernilai pahala terbesar,
puasa mana yang paling berkualitas. Kita tidak tahu. Oleh karena itu, kewajiban
kitalah untuk terus meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah.
Kita patut khawatir dengan ibadah-
ibadah yang selama ini kita kerjakan. Tidak ada jaminana yang bisa kita buat bahwa ia diterima oleh Allah. Bisa jadi
masih ada sedikit riya dalam sholat kita, kecamuknya pikiran ketika sholat,
atau masih ada rasa bahwa ibadah- ibadah itu hanya sekadar rutinitas.
Heiii, kita harus
serius mengevaluasi ini!
Pantaskah kita berbangga dengan tilawah
2 juz perhari, rawatib 6 kali rawatib, puasa Senin Kamis rutin?
Tidak, tidak pantas
kawan!
Yaaah, wajar dong jika
kita cukup serius mikirin ini.
Perlu Selalu ada HARAP
dan TAKUT .
“Sesungguhnya mereka adalah
orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan perbuatan yang
baik dan mereka (selalu) berdoa kepada Kami dengan (perasaan) harap dan takut.
Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu‘” (QS al-Anbiyaa’:90).
Imam Ibnu Hajar al-‘Asqalani berkata,
“Yang dimaksud dengan ar-raja’ (berharap) adalah bahwa jika seorang
hamba melakukan kesalahan (dosa atau kurang dalam melaksanakan perintah Allah)
maka hendaknya dia bersangka baik
kepada-Nya dan berharap agar Dia menghapuskan (mengampuni) dosanya,
demikian pula ketika dia melakukan ketaatan (kepada-Nya) dia berharap agar
Allah menerimanya. Adapun orang yang bergelimang dalam kemaksiatan kemudian dia
berharap Allah tidak menyiksanya (pada hari kiamat) tanpa ada rasa penyesalan
dan (kesadaran untuk) meninggalkan perbuatan maksiat (tanpa melakukan taubat
yang benar kepada Allah), maka ini adalah orang yang tertipu (oleh setan)” .
Imam Hasan al-Bashri berkata, “Orang mukmin bersangka baik kepada Rabb-nya (Allah Ta’ala) maka dia pun memperbaiki amal perbuatannya, sedangkan orang orang kafir dan munafik bersangka buruk kepada Allah maka mereka pun memperburuk amal perbuatan mereka” .
2.
Serius
dalam Peningkatan Profesionalitas
Setiap muslim wajib menuntut ilmu.
Rasulullah bersabda: “Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim
laki-laki dan perempuan”. Allah memberikan keutamaan dan kemuliaan bagi
orang-orang yang berilmu dalam firman-Nya dalam Al-Qur`an surat Al-Mujaadilah
ayat 11 :
“Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”.
Satu keharusan bagi kita tuk selalu
mengevaluasi diri sendiri atas keprofesionalan. Komitmen untuk mengerjakan
tugas kuliah tepat waktu serta melayakkan diri sesuai dengan post- post kita,
semua itu perlu keseriusan.
Kalau kita tidak
serius, apa yang bakal terjadi?
3. Serius
dalam Perbaikan Karakter
Maaf jika sikap kami seperti ini. Yah,
kami hanya ingin menjaga diri dan iman kami. Perlu kalian tahu, kami pun punya
perasaan yang sama dengan kalian. Namun itu tidak serta merta menjadikan diri
kami rela hina sendiri di hadapanNya. Siapa sih yang tidak ingin selalu
diperhatikan, wow semua juga ingin. Kita- kita masih normal kok.
Inilah cara kami dalam menjaga sesuatu
yang sangat berharga yang telah diberikan Rabb kami pada kami. Hidayah. Yah, ini satu barang mahal
yang dititipkan pada kami. Jika demikian, berlebihan kah jika kami sangat protektif menjaganya? Ibarat harta
berharga yang kalian miliki, tentu selalu ada perasaan was- was jika ia hilang.
Maka upaya apapun akan kalian lakukan tuk memastikan ia aman pada diri kalian. Pun
kami.
Komunikasi kami, sikap kami, perbuatan
kami, maaf jika risih. Tidak ada maksud yang lain, kecuali ingin menjaga diri
dan barang termahal ini.
Keseriusan ini, semata- mata ingin memastikan
diri tetap terjaga. Perubahan yang mungkin kalian rasakan dari kami pada waktu
dulu dan sekarang, kami akui. Kami harus benar- benar harus menjaga ini, tapi
tenang HAK kalian atas diri kami akan tetap dipenuhi.
Boleh lah kita sama- sama serius sejak
sekarang. Asik lhooo ^_<
___Serious?
Here We are___
Yaaah, kita akan serius beribadah,
serius belajar, serius berkomunikasi.
Toh, beda- beda kan ekspresi keseriusan
kita.
Satu hal yang perlu kita pahami bersama,
serius tidak harus dilihat dari raut wajah. Kerutan di daki, eh dahi atau
keseringan kita memejamkan mata saat berbicara (ini mah ngantuk namanya ). Namun serius lebih pada perbuatan kita.
“Sesungguhnya
mereka yang berkata: “Rabb kami adalah Allah”, kemudian mereka beristiqomah,
maka tak ada baginya rasa takut dan duka cita. Meraka adalah penghuni syurga
kekal di dalamnya sebagai balasan atas apa-apa yang mereka perbuat”. (Qs.
Al Ahqaaf: 13-14).
Yap, keseriusan adalah satu bukti upaya keistiqomahan kita. Yuk,
mari…. (25/05san)
0 komentar:
Post a Comment