Dakwah Rasulullah periode Mekah merupakan awal
perjuangan beliau untuk mensyiarkan Risalah Islam. Dengan mengamati perjalanan
dakwah di Mekah, akan dapat dipahami bahwa Rasulullah berdakwah melalui dua
tahap (marhalah).
- Tahap
Pembinaan dan Pembentukan
- Tahap penyebaran dakwah secara terang-terangan
dan melakukan perjuangan untuk membentuk sebuah masyarakat yang baru (dari segi
pemikiran dan perbuatan).
pemikiran dan perbuatan).
Berikut perjalanan dakwah Rasulullah periode Mekah.
(silahkan klik di sini untuk dakwah Rasulullah periode Madinah)
1. Masyarakat Arab Jahiliyah Periode Mekah
Objek
dakwah Rasulullah pada awal kenabian adalah masyarakat Arab Jahiliyah, atau
masyarakat yang masih berada dalam kebodohan. Dalam bidang agama, umumnya
masyarakat Arab waktu itu sudah menyimpang jauh dari ajaran agama tauhid, yang
telah diajarkan oleh para rasul terdahulu, seperti Nabi Adam Mereka umumnya
beragama watsani atau agama penyembah berhala. Berhala-berhala yang
mereka puja itu mereka letakkan di Ka’bah (Baitullah = rumah Allah). Di
antara berhala-berhala yang termahsyur bernama: Ma’abi, Hubai, Khuza’ah, Lata,
Uzza dan Manar. Selain itu ada pula sebagian masyarakat Arab Jahiliyah yang
menyembah malaikat dan bintang yang dilakukan kaum Sabi’in.
2. Pengangkatan Nabi Muhammad sebagai Rasul
Pengangkatan
Muhammad sebagai rasul, terjadi pada tanggal 17 Ramadan, 13 tahun sebelum
hijrah (610 M) tatkala beliau sedang bertahannus di Gua Hira, waktu itu beliau
genap berusia 40 tahun. Gua Hira terletak di Jabal Nur, beberapa kilo meter
sebelah utara kota Mekah.
Muhamad
diangkat Allah , sebagai nabi atau rasul-Nya ditandai dengan turunnya Malaikat
Jibril untuk menyampaikan wahyu yang pertama kali yakni Al-Qur’an Surah
Al-‘Alaq, 96: 1-5. Turunnya ayat Al-Qur’an pertama tersebut, dalam sejarah
Islam dinamakan Nuzul Al-Qur’an.
Menurut
sebagian ulama, setelah turun wahyu pertama (Q.S. Al-‘Alaq: 1-5) turun pula
Surah Al-Mudassir: 1-7, yang berisi perintah Allah agar Nabi Muhammad berdakwah
menyiarkan ajaran Islam kepada umat manusia.
Setelah
itu, tatkala Nabi Muhammad berada di Mekah (periode Mekah) selama 13 tahun
(610-622 M), secara berangsur-angsur telah diturunkan kepada beliau, wahyu
berupa Al-Qur’an sebanyak 4726 ayat, yang meliputi 89 surah. Surah-surah yang
diturunkan pada periode Mekah dinamakan Surah Makkiyyah.
3. Ajaran Islam Periode Mekah
Ajaran
Islam periode Mekah, yang harus didakwahkan Rasulullah SAW di awal kenabiannya
adalah sebagai berikut:
a. Keesaan
Allah SWT
b. Hari Kiamat sebagai hari pembalasan
c. Kesucian jiwa
d. Persaudaraan dan Persatuan
b. Hari Kiamat sebagai hari pembalasan
c. Kesucian jiwa
d. Persaudaraan dan Persatuan
STRATEGI DAKWAH RASULULLAH PERIODE
MEKAH
Tujuan
dakwah Rasulullah pada periode Mekah adalah agar masyarakat Arab meninggalkan
kejahiliyahannya di bidang agama, moral dan hokum, sehingga menjadi umat yang
meyakini kebenaran kerasulan nabi Muhammad dan ajaran Islam yang
disampaikannya, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Strategi
dakwah Rasulullah dalam berusaha mencapai tujuan yang luhur tersebut sebagai
berikut:
1. Dakwah secara Sembunyi-sembunyi Selama 3-4 Tahun
Pada
masa dakwah secara sembunyi-sembunyi ini, Rasulullah menyeru untuk masuk Islam,
orang-orang yang berada di lingkungan rumah tangganya sendiri dan kerabat serta
sahabat dekatnya. Mengenai orang-orang yang telah memenuhi seruan dakwah
Rasulullah tersebut adalah: Khadijah binti Khuwailid (istri Rasulullah, wafat
tahun ke-10 dari kenabian), Ali bin Abu Thalib (saudara sepupu Rasulullah yang
tinggal serumah dengannya), Zaid bin Haritsah (anak angkat Rasulullah), Abu
Bakar Ash-Shiddiq (sahabat dekat Rasulullah) dan Ummu Aiman (pengasuh
Rasulullah pada waktu kecil).
Abu
Bakar Ash-Shiddiq juga berdakwah ajaran Islam sehingga ternyata beberapa orang
kawan dekatnya menyatakan diri masuk Islam, mereka adalah:
- Abdul Amar dari
Bani Zuhrah
- Abu Ubaidah bin
Jarrah dari Bani Haris
- Utsman bin Affan
- Zubair bin Awam
- Sa’ad bin Abu
Waqqas
- Thalhah bin
Ubaidillah.
Orang-orang
yang masuk Islam, pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi, yang namanya sudah
disebutkan d atas disebut Assabiqunal Awwalun (pemeluk Islam generasi
awal).
2. Dakwah secara terang-terangan
Dakwah
secara terang-terangan ini dimulai sejak tahun ke-4 dari kenabian, yakni
setelah turunnya wahyu yang berisi perintah Allah agar dakwah itu dilaksanakan
secara terang-terangan. Wahyu tersebut berupa ayat Al-Qur’an Surah 26: 214-216.
Tahap-tahap
dakwah Rasulullah secara terang-terangan ini antara lain sebaga berikut:
- Mengundang kaum kerabat keturunan dari Bani Hasyim, untuk menghadiri jamuan makan dan mengajak agar masuk Islam. Walau banyak yang belum menerima agama Islam, ada 3 orang kerabat dari kalangan Bani Hasyim yang sudah masuk Islam, tetapi merahasiakannya. Mereka adalah Ali bin Abu Thalib, Ja’far bin Abu Thalib, dan Zaid bin Haritsah.
- Rasulullah mengumpulkan para penduduk kota Mekah, terutama yang berada dan bertempat tinggal di sekitar Ka’bah untuk berkumpul di Bukit Shafa.
Pada
periode dakwah secara terang-terangan ini juga telah menyatakan diri masuk
Islam dari kalangan kaum kafir Quraisy, yaitu: Hamzah bin Abdul Muthalib (paman
Nabi) dan Umar bin Khattab. Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam pada tahun
ke-6 dari kenabian, sedangkan Umar bin Khattab (581-644 M).
Rasulullah
menyampaikan seruan dakwahnya kepada para penduduk di luar kota Mekah. Sejarah
mencatat bahwa penduduk di luar kota Mekah yang masuk Islam antara lain:
- Abu Zar Al-Giffari, seorang tokoh
dari kaum Giffar.
- Tufail bin Amr Ad-Dausi, seorang
penyair terpandang dari kaum Daus.
- Dakwah Rasulullah SAW terhadap
penduduk Yastrib (Madinah). Gelombang pertama tahun 620 M, telah masuk Islam
dari suku Aus dan Khazraj sebanyak 6 orang. Gelombang kedua tahun 621 M,
sebanyak 13 orang, dan pada gelombang ketiga tahun berikutnya lebih banyak
lagi. Diantaranya Abu Jabir Abdullah bin Amr, pimpinan kaum Salamah.
Pertemuan
umat Islam Yatsrib dengan Rasulullah pada gelombang ketiga ini, terjadi pada
tahun ke-13 dari kenabian dan menghasilkan Bai’atul Aqabah. Isi Bai’atul
Aqabah tersebut merupakan pernyataan umat Islam Yatsrib bahwa mereka akan
melindungi dan membela Rasulullah. Selain itu, mereka memohon kepada Rasulullah
dan para pengikutnya agar berhijrah ke Yatsrib.
3. Reaksi Kaum Kafir Quraisy terhadap Dakwah Rasulullah
Prof.
Dr. A. Shalaby dalam bukunya Sejarah Kebudayaan Islam, telah menjelaskan
sebab-sebab kaum Quraisy menentang dakwah Rasulullah, yakni:
- Kaum kafir Quraisy, terutama para
bangsawannya sangat keberatan dengan ajaran persamaan hak dan kedudukan antara
semua orang. Mereka mempertahankan tradisi hidup berkasta-kasta dalam
masyarakat. Mereka juga ingin mempertahankan perbudakan, sedangkan ajaran Rasulullah
(Islam) melarangnya.
- Kaum kafir Quraisy menolak dengan
keras ajaran Islam yang adanya kehidupan sesudah mati yakni hidup di alam kubur
dan alam akhirat, karena mereka merasa ngeri dengan siksa kubur dan azab
neraka.
- Kaum kafir Quraisy menolak ajaran
Islam karena mereka merasa berat meninggalkan agama dan tradisi hidupa
bermasyarakat warisan leluhur mereka.
- Dan, kaum kafir Quraisy menentang
keras dan berusaha menghentikan dakwah Rasulullah karena Islam melarang
menyembah berhala.
Usaha-usaha
kaum kafir Quraisy untuk menolak dan menghentikan dakwah Rasulullah bermacam-macam
antara lain:
- Para budak yang telah masuk Islam,
seperti: Bilal, Amr bin Fuhairah, Ummu Ubais an-Nahdiyah, dan anaknya
al-Muammil dan Az-Zanirah, disiksa oleh para pemiliknya (kaum kafir Quraisy) di
luar batas perikemanusiaan.
- Kaum kafir Quraisy mengusulkan pada
Nabi Muhammad SAW agar permusuhan di antara mereka dihentikan. Caranya suatu
saat kaum kafir Quraisy menganut Islam dan melaksanakan ajarannya. Di saat lain
umat Islam menganut agama kamu kafir Quraisy dan melakukan penyembahan terhadap
berhala.
Dalam
menghadapi tantangan dari kaum kafir Quraisy, salah satunya Nabi Muhammad menyuruh
16 orang sahabatnya, termasuk ke dalamnya Utsman bin Affan dan 4 orang wanita
untuk berhijrah ke Habasyah (Ethiopia), karena Raja Negus di negeri itu
memberikan jaminan keamanan. Peristiwa hijrah yang pertama ke Habasyah terjadi
pada tahun 615 M.
Suatu
saat keenam belas orang tersebut kembali ke Mekah, karena menduga keadaan di
Mekah sudah normal dengan masuk Islamnya salah satu kaum kafir Quraisy, yaitu
Umar bin Khattab. Namun, dugaan mereka meleset, karena ternyata Abu Jahal labih
kejam lagi.
Akhirnya,
Rasulullah menyuruh sahabatnya kembali ke Habasyah yang kedua kalinya. Saat
itu, dipimpin oleh Ja’far bin Abu Thalib.
Pada
tahun ke-10 dari kenabian (619 M) Abu Thalib, paman Rasulullah dan pelindungnya
wafat. Empat hari setelah itu istri Nabi Muhammad juga telah wafat. Dalam
sejarah Islam tahun wafatnya Abu Thalib dan Khadijah disebut ‘amul huzni
(tahun duka cita).
0 komentar:
Post a Comment