September, 2014

Fokus pada Impian, Setia pada Proses, Bayar harga di Awal_ __Untukmu; Ayah, Ibu__ 090111/san

May 6, 2012

Tingkatkan Kualitas Diri, Dakwah Kampus Kokoh Berdiri


Semakin kau menuntut kesempurnaan dari diri seseorang, maka saat itu pula kau semakin menemukan banyak kekurangan pada dirinya.

Dalam organisasi berkumpul berbagai orang dengan membawa karakter masing- masing. Banyak hal yang akan kita pelajari dan pahami saat berinteraksi dengan satu sama lain hingga di akhir kita bisa menyimpulkan si A begini, si B begini, dan seterusnya. Namun itu bukanlah hal yang mudah, bukan sesuatu yang bisa kita putuskan dalam waktu singkat. Lama, hingga kita bisa menyimpulkan karakter seseorang.

Pun dalam dakwah kampus. Beraneka pendapat bersinggungan, berbagai keinginan menjejali, berbagai tingkah laku menuntut kesiapan hati. Walau namanya dakwah kampus, orang- orangnya tetaplah manusia normal. Punya rasa dan hati. ADK (aktivis dakwah kampus, nama keren dari personil dakwah kampus, wewwh) juga ada yang temperamen, cengeng, doyan pujian, senang nyuruh, minta pelayanan, dan sebagainya. Di balik itu juga ada ADK yang pengen kerja sendiri (kl diganggu jd berantakan katanya), yang seneng begadang, yang hobi makan, yang suka ngaret, yang bentar- bentar ngeluh, dan yang sampai sholatnya sedikit molor.

Ya, kita akan temukan sosok yang demikian di sekeliling atau mungkin diri kita sendiri. Pertanyaannya adalah patutkah kita bangga dengan sifat- sifat tersebut? Tidakkah kita ingin seperti Umar yang mampu menempatkan sikap temperamennya pada tempatnya, kelembutan dan kecengengan Aisyah pada waktunya? Berikut juga dengan komitmen Abu Thalhah tuk menghukum dirinya atas kelalaian dalam beribadah lewat bersedekah, juga kerja keras Fatimah dalam rumah tangga sebagai putri dari seorang Rasul? Mari kita posisikan sifat- sifat itu pada track yang tepat!

Siapapun kita tentu ingin lebih baik. Dan itu harusnya terlihat dalam keseharian kita, baik lewat ucapan, tindakan, maupun tatapan. Terlebih pada para ADK. Keseriusan tuk mengubah sikap masa bodoh menjadi lebih tanggap, kesanggupan menerima amanah, kebesaran hati dalam setiap situasi, kesediaan menjalankan perintah qiyadah, hingga kesabaran dalam menanti kemenangan dakwah sembari terus bergerak dan berbuat. Begitulah seharusnya.

Bukan saatnya lagi kita ingin selalu diperhatikan, ingin dihargai walau kita sendiri sulit menghargai orang lain (waktu syuro’ baca2 buku misalnya, acuh gak acuh). Bukan lagi menuntut kesempurnaan dari teman seperjuangan, namun cobalah berbuat yang terbaik yang kita mampu. Saat masing- masing sudah melaksanakan ini dari diri sendiri, insya Allah tidak akan ada waktu untuk mengeluh dan menuntut.
Tetap semangat dan ceria, mari nikmati tiap perjalanan hidup kita!(06/05san)

0 komentar:

Post a Comment

 
Baca Juga:
Langganan
Get It