"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang
kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah "Sesungguhnya
petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan Sesungguhnya jika kamu
mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak
akan menjadi pelindung dan penolong bagimu" (Al-Baqarah:120)
Di dalam ayat yang mulia ini, Allah
menyingkap apa yang terdapat di dalam hati orang-orang kafir dari kalangan
Yahudi dan Nasrani berupa ketidaksenangan mereka terhadap Islam yang dibawa
oleh Rasulullah dan para pengikutnya.
Sehingga seluruh kemampuan yang mereka miliki, mereka gunakan untuk menggiring
kaum muslimin agar mengikuti agama dan keyakinan mereka yang batil. Mereka
jalankan makar tersebut sedikit demi sedikit, hingga akhirnya seorang muslim
keluar dari Islam dan condong kepada agama mereka. Na’udzubillah.
Terbukti,
kebenaran Al Qur’an tidak dapat disanggah.
Setelah
jelasnya kebencian mereka terhadap kaum muslim lewat kezholiman yang terjadi di
Palestina, kini muncul lagi di tempat yang berbeda. Ya, Rohingnya adalah satu
dari sekian banyak bukti atas ketidaksengan kaum kafir kepada umat Islam. Tidak
bisa dielakkan, memang atas dasar itulah memang kaum Buddha Myanmar serta
didukung oleh militer dan pemerintah yang juga kaum kafir membantai umat Muslim
Rohingya.
Membantu Muslim di Rohingya?
Padahal,
Negara kita bukannya kurang dari masalah,
negara kita bukannya kurang dari konflik di sana, negara kita bukan terbebas
dari berbagai kekerasan, dan negara kita juga belum mampu mengatasi itu semua.
Why Rohingnya?
Padahal,
Bukankah ada Padang yang harus kita bantu,
Poso yang masih ada konflik, Aceh yang nyatanya belum aman, larangan beribadah
bagi saudara kita di Manokwari?
Why Rohingya?
Padahal,
Bukankah petinggi negara kita pun tampaknya
tidak pandang serius? Coba kita dengarkan pendapat mereka:
Presiden menyatakan bahwa konflik Myanmar
hampir sama dengan konflik yang terjadi Indonesia, ketia=ka Poso dan Ambon
mengalami sengketa. Lebih lanjut, wakil DPR Priyo Budi Santoso menyatakan bahwa
konflik Myanmar belum seberapa dibandingkan dengan sengkta di Aceh dimana GAM
ingin melepaskan diri.
Bagaimana para petinggi negara ini dengan
mudah saja mengatakan demikian? Walaupun mereka tetap bergerak, namun sedikit
banyaknya argument yang demikian cukup mengurangi homat kita pada
mereka. Dan bahkan keinginan untuk berbuat untuk saudara di Myanmar juga ciut. Itu
secara tidak langsung meminta kita untuk tidak terlalu ambil pusing.
Why Rohingya?
Padahal,
Bukankah kemacetan lalu lintas pun tak kunjung
selesai, banjir yang masih terjadi di ibukota negara, meninggalnya ibu melahirkan
masih terus menyisakan duka, dan banyak siswa putus sekolah.
So, Why Rohingya?
Kenapa harus Rohingya yang kita bantu?
Ya, kita WAJIB membantu mereka. Permasalahan
di negara kita yang tak kunjung selesai bukan kemudian membenarkan kita
bersembunyi di baliknya dan kemudian membela diri sendiri. Ada banyak alasan
kenapa kita harus membantu mereka.
Pertama, FAKTAnya
kita masih satu regional, Asia Tenggara dan lebih meyakinkan lagi bahwa kita
dan muslim Rohingya yang terzalimi itu dipersatukan dalam satu bingkai, yaitu AKIDAH.
Kaum muslimin sedunia adalah saudara seiman, seperti yang termaktub dalam
firman Allah, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman tak lain adalah
saudara.”(QS Al-Hujurat: 10) Dalam ayat tersebut, Allah menyatakan bahwa ikatan
persaudaraan itu ada dalam bingkai keimanan, bukan nasab (keturunan), bukan
suku dan adat istiadat, bukan pula kesamaan nasib dalam riwayat sejarah. Selanjutnya,
peryataan yang mendukung ayat di atas disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam dalam sabdanya, “Setiap Muslim adalah saudara bagi Muslim
lainnya. Ia tidak berbuat zalim kepadanya juga tidak membiarkannya tersakiti
ataupun terzalimi.” (HR Bukhari No.: 2262 dan Muslim No.: 4650) Dalam hadits
lain, beliau juga bersabda, “Tolonglah saudaramu dalam kondisi zalim maupun
dizalimi.” (HR. Bukhari No.: 2263) Dalam shahih Muslim, diterangkan tentang
maksud hadis tersebut; Nabi bersabda: “Jika dia berbuat zalim, maka kau cegah
dia dari kezalimannya itu, itulah yang disebut menolongnya. Tetapi bila ia
dizalimi maka wajib pula bagi yang lain untuk menolongnya terbebas dari
kezaliman itu.” (HR. Muslim, No.: 4681) Oleh karena itu, alasan pertama yang
menjadi landasan bagi tindakan kita mendukung Palestina adalah keimanan yang
mempersaudarakan kita dengan mereka. Dengan demikian, kita telah menjalankan
apa yang diwajibkan bagi kita terhadap saudara-saudara seiman, dan tiada amalan
yang lebih dicintai Allah daripada amalan-amalan wajib.
Kedua,
mencegah kemungkaran adalah kewajiban. Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam
bersabda, “Barang siapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka ubahlah
dengan tangan atau kekuasaan. Jika tidak mampu, maka dengan lisan dan bila
tidak bisa, maka dengan hatinya dan yang demikian adalah (indikasi) selemah-lemahnya
iman.” (HR. Muslim No.: 70) Kita telah mengetahui, bahwa yang dilakukan militer
Myanmar kepada saudara-saudara kita muslim
Rohingya lebih dari sekadar kemungkaran biasa, yakni merupakan kekejian
(fahisyah). Oleh karena itu, mencegahnya sesuai dengan kemampuan kita adalah
wajib.
Ketiga, kita
mampu membantu. Rezeki yang Allah titipkan pada kita harusnya menjadi kemudahan
bagi kita untuk menunjukkan bentuk kontribusi kepada muslim yang embutuhkan.
membiasakan diri untuk bersedekah akan menumbuhkan rasa bersyukur yang
mendalam. Ya, kita patut bersyukur atas kenyamanan dalam beribadah di bula
Ramadhan seperti shalat tarawih yeng ditemani oleh hembusan kipas angin, serta
kenikmatan berpuasa denngan bahan makanan yang enak dan bergizi. Tapi mereka di
sana? Kita bahksan sepatutnya malu dengan jumlah pengeluaran kita yang kian
hari kian membludak dan bahkan tidak jarang kita menuntut akan menu
sahur yang lebih istimewa lagi. Dan bahkan kita dengan bangganya mengadakan
buka puasa bersama denngan paket Ramadhan yang sebenarnya jika itu kita sedikit
berpikir, kita tidak pantas untuk itu. Ya, tidak pantas. Kita yang dengan jumlah
tilawah yang pas- pasan, shalat tarawih setengah hati, tahajud yang
mulai terlewat, dan bahkan dengan shalat kita yang masih sering molor. Kita
tidak pantas untuk semua kenikmatan itu.
Keempat, kita
masih mampu berdo’a dengan tenang. Kita jauh dari dentuman peluru, jauh dari
longsor, jauh dari pembantaian, dan jauh dari banjir. Kita hidup ditengah
kenyamanan yang amat sangat. Bukankah do’a adalah senjata orang mukmin? Mari mendoakan
mereka.
Keempat hal di
atas merupakan alasan kita sebagai seorang Muslim dan Mukmin untuk membantu muslim
Rohingya. Ketiga hal di atas cukup untuk menjawab pertanyaan mengapa kita harus
mendukung kejelasan status mereka. Selebihnya, dunia pun menyaksikan bahwa yang
dilakukan militer Myanmar beserta kaum Budha merupakan sesuatu yang amat keji
dan pelanggaran HAM. Siapa pun yang masih memiliki hati nurani akan terpanggil
untuk bertindak, terlebih di tengah kondisi dimana dunia masih bellum memberi
perhatian penuhnya untuk hal yang sangat urgen ini dan PBB bahkan sepertinya “kehilangan
wibawa” di hadapan penguasa. Patutlah kita mengapresiasi dan memberikan
dukungan penuh terhadap rekan-rekan yang telah mengambil langkah nyata untuk
membantu Muslim Rohingya, seperti dengan mengirimkan tim relawan ke lokasi
konflik lewat berbagai media serta pennggalangan dana yang massive
dilaksanakan.
Semoga Allah selalu menghadirkan rasa peduli
dalam diri kita. Wallahua’lam.