September, 2014

Fokus pada Impian, Setia pada Proses, Bayar harga di Awal_ __Untukmu; Ayah, Ibu__ 090111/san

Jul 31, 2012

Rumah Kedua





Jika  mereka bilang ada rumah kedua, maka UKMI Ar- Rahman adalah rumah keduaku

UKMI Ar- Rahman menerimaku apa adanya. Ya, tidak berlebihan. Saat aku belum bisa membuat surat, aku tidak langsung dipecat sebagai panitia sie Adm. Kesek. Pun ketika LPJ kepanitiaan perdanaku hancur berkeping- keping Aku dibimbing hingga aku mampu dan memutuskan bahwa indahnya ukhuwah yang ada di rumah ini. Hangat dan bersahabat.

Hingga suatu saat aku diberi amanah untuk mendesain sebuah spanduk, apaan? Aku yang tidak punya track record yang baik di bidang ini malah diminta untuk mendesain. Parahnya, ini adalah desain pertamaku dan untuk acara besar. Kebayang kan gimana? Aku sibuk mencari kakak/ abang yang bisa membantuku. Satu hal yang luarbiasa dariku saat itu (hehe), aku ingin kasih karya terbaikku. Ke sana kemari hingga aku bertemu dengan kakak/ abang yang t-o-p banget di sana. Haah, indah sekali. Baru ini kudapati sosok penyabar yang mau membimbingku. Dia? Dibilang saudara sekampung, gak. Teman baik kakakku, juga tidak. Anak kenalan ortuku, ah jauh sekali. Mmmh, kenalan lama? Wah, aku baru saja dapatkan no HP nya dari murobbi ku malam lalu. Tapi sampai begini dia melayaniku aku? Dengan setia mengajariku yang tidak ikut TK hingga kurang lihai bermain dengan warna. Subhanallah, aku baru tau ini yang namanya ukhuwah. Eh, bukan nama kakak itu si ukhuwah. Tapi ikatan ini.

Dan terakhir, aku kembali diuji untuk mengumpulkan dana. Wah, lagi- lagi track record ku buruk untuk yang satu ini. Manajemen uangku yang tak seberapa juga masih kewalahan. Si kakak ini apaan sih? Kayaknya pengen acaranya defisit ini. Haaaah… tak habis- habis aku menggerutu. 25 juta rupiah, wah darimana kami mencari dana ini? Kasak- kusuk, memberanikan diri presentasi acara di depan sang dosen, anggota DPRD, sampai nyaris ke gubernur. Haah, public speaking ku hancur kali.

Eh, si Farhan kan sie Acara? Kenapa dia juga sibuk- sibuk jualin donat dan kue- kue kami dari sie Dana? Subhanallah, aku kembali terkagum- kagum dengan yang namanya ‘ukhuwah’. Memang aku pernah merasakan hal seperti ini waktu di SMA ini, namun aku tidak tahu mendefinisikannya. Ternyata ukhuwah, indah sekali. Beda! Kalau aku di SMA dulu, mereka yang membantu karena ingin mendapat perhatin guru agama trus dapat nilai bagus. Lha kalau di sini? Perhatian siapa yang mau dicari? Gak dilirik atuh sama dosen agama! Kakak/ abang kelas? Rasanya gak ada gunanya, toh mereka gak akan ngasih sedikit penghasilan mereka. Perhatian siapa? Yep, siapa lagi kalau bukan perhatian Allah. Bukankah Allah cinta sama muslim yang mencintainya saudaranya seperti dia mencintai dirinya sendiri? Kita gak mau dong saudara kita lelah sendiri. Subhanallah, indah sekali rumah ini.

Lalu aku menjadi pengurus di rumah ini. Gak tanggung- tanggung. Aku jadi koordinator. Atau kalau bisa dibilang kepala rumah tangga. Yang pasti aku gak pernah berharap ini pernah kupegang, gak pernah bermimpi ini bakal jadi cerita untuk anak cucuku kelak. 

Ini rumahku.
Aku harus bisa menjaganya agar tetap bersih dan nyaman untuk dihuni. Aku tak ingin satupun penghuni rumah merasa tidak diperhatikan dan tidak dirasakan keberadaannya. Aku bersyukur karena mereka semua baik, ramah, dan cerdas. Satu hal, ibadah mereka lho! Gak kenal waktu dan tempat, mereka terus meningkatkan ibadahnya. Bayangin aja waktu kami naik gunung dan ada istirahat sebentar, Al Qur’an menjadi penetrasi nafas mereka yang tersengal- sengal. Subhanallah, aku mau tidak mau juga mengeluarkan Al Qur’an miniku dengan hati- hati. Ya, barang- barang dalam tas ranselku berantakan akibat ini pendakian perdanaku hingga aku harus membawa banyak sekali perlengkapan dan serasa sibuk sendiri mengurusinya. Haaah, sudahlah. 

Gak hanya itu, siap shalat kami biasakan untuk tilawah. Hingga masjid kampus itu seolah menjadi base camp  kami yang dihiasi dengan lantunan ayat suci Al Qur’an. Yah, walau pun kuakui suara kami gak sebagus si kawan yang udah ikut MTQ nasional, namun kami sedikit banyaknya benar tajwidnya. Aku pertama kali bergabung sama mereka merasa ini bukan kampus negeri seperti kebanyakan. Ini seolah pesantren kalau  waktu shalat telah tiba.

Ini rumah keduaku.
Ada banyak agenda yang harus kami selesaikan dalam satu periode kepengurusan. Hebat sekali saudara- sauadaku yang lebih sering kusebut dengan panggilan akhi/ ukhti. Mereka bisa memanajeman waktunya dengan padatnya agenda yang harus mereka selesaikan. Agenda dakwah bukan menjadi penghalang bagi mereka untuk bisa berprestasi, aku juga tentunya. IP mereka  masih bisa dibilang bagus dan  keaktifan di kelas juga masih bisa dibanggakan. Ikhwan dan akhwat itu memang luarbiasa. 

Lalu, apa lagi tentang penghuni rumahku?
Mereka semaksimal mungkin untuk tidak membicarakan hal- hal yag sia- sia. Jika ada yang bermasalah diantara kami, misalnya ada kabar angin yang tak jelas sumber dan informasinya, mereka upayakan untuk tidak menyebarnya. Tabayyun kata mereka. Ya, tabayyun hingga tidak ada yang merasa terzhalimi. Jauh berbeda dengan penghuni rumahku yang lama. Mereka seneng banget tuh kalau ada saudaranya yang agak lain dikit, trus seantero dunia tau akan hal itu.

Ini rumah keduaku
Apa yang membuat kami betah dan berlama- lama di sini? Bahkan saat libur tiba, kami tidak sepenuhnya bergembira seperti teman- teman tetangga kami. Ya, kami bersedih. Berpisah dengan saudara yang menginginkan saudaranya lebih baik setiap hari hingga hari demi hari adalah proses yang terus mendewasakan kami. Kami bisa bertahan di sini, tidak lain karena kekuatan hati. Bersyukur atas keimanan yang dikaruniakan Allah pada kami hingga kami benar- benar merasakan keluarga ini adalah keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah. Aku bahkan belum mampu membayangkan gimana nanti ketika aku sudah selesai kuliah, akankah kutemukan keluarga yang sehangat ini? Semoga.

Semoga kita selalu berupaya menjaga Allah hingga Allah akan menjaga kita dengan penjagaan yang tak satupun zat di dunia ini mampu menandingi penjagaanNya.

*Salam ukhuwah kepada keluarga besar UKMI Ar- Rahman UNIMED. Hangat dan bersahabat.

(si aku bisa siapa saja)

2 komentar:

Post a Comment

 
Baca Juga:
Langganan
Get It