September, 2014

Fokus pada Impian, Setia pada Proses, Bayar harga di Awal_ __Untukmu; Ayah, Ibu__ 090111/san

Aug 12, 2012

Target Ramadhanku, Apa Kabarmu?



Ramadhan perlahan bergegas, menjauh. Aku sadar dan paham betul bahwa ia akan meninggalkanku, kita semua. Lalu ku beranjak mengambil catatan kecilku dengan malu- malu. Pandanganku tertuju pada satu halaman yang penuh dengan poin- poin dan disertai tanda- tangan semacam perjanjian.

Kamar imajinasi, 18 Agustus 2012
Tilawah Al Qur’an …. kali khatam
Aku tidak terkejut sama sekali. Aku ingat betul akan targetan yang kubuat itu. Namun aku layaknya seorang anak yang tidak tahu malu, berbuat semauku. Aku bukannya mendekat untuk menyelesaikan ia dengan terhormat layaknya sebagaimana aku menyelesaikan laporan praktikumku sehari- hari di kampus. Aku malah ogah- ogahan, seolah aku tidak punya tanggungjawab menuntaskan targetan itu. Seolah menganggap itu hanya coretan kecil tak bermakna yang ditulis ketika gundah melanda. Aku benar- benar tidak mengerti apa yang diinginkan dan apa yang terjadi dengan diri. Dan hari ini? Sudah masuk Ramadhan ke 24, sementara jika diperhitungkan aku tidak akan mampu menyelesaikan apa yang sudah dimulai. Ia hanya akan tercapai jika aku sedikit saja menghilangkan rasa ego dan malas. Ya, aku benar- benar mengerti apa solusi untuk setiap permasalahanku. Namun aku banyak berpikir dan menuntut orang lain. Maaf.


Aku lanjut ke target yang kedua, tambah hafalan …. surah
Untuk yang ini aku pun tidak menunjukkan ekspresi penyesalan akan kondisiku hari ini. Satupun belum ada yang kuselesaikan  sampai di 5 Ramadhan terakhir ini. Aku sedikit membela diri dengan aktivitasku yang cukup banyak di Ramdhan kali ini. Banyak hal yang harus kupersiapkan terkait perkuliahanku.

Kemudian aku membuat target sedekah …..  hari
Aku bisa sedikit tersenyum untuk yang ini. Walau minim, aku masih bisa menutupinya. Yah, berhutang sekalipun tidak masalah karena aku paham betul akan kemuliaan bersedekah di bulan ini. aku semakin sadar bahwa kaya mulia itu lebih baik daripada miskin mulia.

Lalu, tarawih, dhuha, tahajud setiap hari…
Aku mulai berpikir, apakah ini terlalu berlebihan? Namun kupikir tidak. Aku benar- benar ingin berubah kal menuliskan ini. aku ingin menjadikan hari- hariku di bulan Ramadhan penuh dengan ibadah. Hari ini? kudapati banyak yang tidak tertutupi. Ada banyak lobang di sana- sini, targetan itu sangat jauh dari diriku hari ini. astaghfirullah…

Terakhir, pada baris paling bawah ada tulisan, mendoakan orang- oaring yang dicintai dan orang- orang yang tidak mencintaiku sekalipun.
Aku  ingat betul kapan terakhir kali aku mendoakan orangtua dan orang- orang yang kukasihi, namun parahnya aku lupa kapan terakhir aku mendoakan mereka. Orang yang tampaknya sering memperlambat urusanku. Lagi lagi, Astaghfirullah.

Dan Ramadhan tidak bisa diajak kompromi untuk terus menemaniku di sini sampai aku mencapai target ini semua. Aku yang harus mengupayakan agar di sisa Ramadhan tahun ini bisa menuntaskan target itu yang bagiku lebih dari sekadar coretan dan aktivitas tanpa makna. Namun bagiku ia mampu membantuku mencapai derajat taqwa. Aku tertunduk. Malu. Malu pada diri sendiri dan pada Rabbku. Ampuni aku ya Rabb.
Aku teringat dengan ceramah Ustadz di masjid sebelum shalat tarawih,”Bagaimana seseorang bisa tidur nyenyak di malam hari sementara kematian semakin mendekat?”.

Semoga keegoan dan kemalasan ini bisa terhalaukan oleh keyakianan akan adanya kematian dimana pada hari itu diri tidak akan mampu lagi berbuat apa- apa untuk menutupi semua dosa- dosa.

0 komentar:

Post a Comment

 
Baca Juga:
Langganan
Get It