Ramadhan perlahan
bergegas, menjauh. Aku sadar dan paham betul bahwa ia akan meninggalkanku, kita
semua. Lalu ku beranjak mengambil catatan kecilku dengan malu- malu. Pandanganku
tertuju pada satu halaman yang penuh dengan poin- poin dan disertai tanda-
tangan semacam perjanjian.
Kamar imajinasi, 18
Agustus 2012
Tilawah Al Qur’an ….
kali khatam
Aku tidak terkejut sama
sekali. Aku ingat betul akan targetan yang kubuat itu. Namun aku layaknya
seorang anak yang tidak tahu malu, berbuat semauku. Aku bukannya mendekat untuk
menyelesaikan ia dengan terhormat layaknya sebagaimana aku menyelesaikan
laporan praktikumku sehari- hari di kampus. Aku malah ogah- ogahan,
seolah aku tidak punya tanggungjawab menuntaskan targetan itu. Seolah menganggap
itu hanya coretan kecil tak bermakna yang ditulis ketika gundah melanda. Aku
benar- benar tidak mengerti apa yang diinginkan dan apa yang terjadi dengan
diri. Dan hari ini? Sudah masuk Ramadhan ke 24, sementara jika diperhitungkan
aku tidak akan mampu menyelesaikan apa yang sudah dimulai. Ia hanya akan
tercapai jika aku sedikit saja menghilangkan rasa ego dan malas. Ya, aku benar-
benar mengerti apa solusi untuk setiap permasalahanku. Namun aku banyak
berpikir dan menuntut orang lain. Maaf.
Aku lanjut ke target
yang kedua, tambah hafalan …. surah
Untuk yang ini aku pun
tidak menunjukkan ekspresi penyesalan akan kondisiku hari ini. Satupun belum
ada yang kuselesaikan sampai di 5
Ramadhan terakhir ini. Aku sedikit membela diri dengan aktivitasku yang cukup
banyak di Ramdhan kali ini. Banyak hal yang harus kupersiapkan terkait
perkuliahanku.
Kemudian aku membuat
target sedekah ….. hari
Aku bisa sedikit
tersenyum untuk yang ini. Walau minim, aku masih bisa menutupinya. Yah,
berhutang sekalipun tidak masalah karena aku paham betul akan kemuliaan
bersedekah di bulan ini. aku semakin sadar bahwa kaya mulia itu lebih baik
daripada miskin mulia.
Lalu, tarawih, dhuha,
tahajud setiap hari…
Aku mulai berpikir,
apakah ini terlalu berlebihan? Namun kupikir tidak. Aku benar- benar ingin
berubah kal menuliskan ini. aku ingin menjadikan hari- hariku di bulan Ramadhan
penuh dengan ibadah. Hari ini? kudapati banyak yang tidak tertutupi. Ada banyak
lobang di sana- sini, targetan itu sangat jauh dari diriku hari ini. astaghfirullah…
Terakhir, pada baris
paling bawah ada tulisan, mendoakan orang- oaring yang dicintai dan orang-
orang yang tidak mencintaiku sekalipun.
Aku ingat betul kapan terakhir kali aku mendoakan
orangtua dan orang- orang yang kukasihi, namun parahnya aku lupa kapan terakhir
aku mendoakan mereka. Orang yang tampaknya sering memperlambat urusanku. Lagi
lagi, Astaghfirullah.
Dan Ramadhan tidak bisa
diajak kompromi untuk terus menemaniku di sini sampai aku mencapai target ini
semua. Aku yang harus mengupayakan agar di sisa Ramadhan tahun ini bisa
menuntaskan target itu yang bagiku lebih dari sekadar coretan dan aktivitas
tanpa makna. Namun bagiku ia mampu membantuku mencapai derajat taqwa. Aku
tertunduk. Malu. Malu pada diri sendiri dan pada Rabbku. Ampuni aku ya Rabb.
Aku teringat dengan
ceramah Ustadz di masjid sebelum shalat tarawih,”Bagaimana seseorang bisa
tidur nyenyak di malam hari sementara kematian semakin mendekat?”.
Semoga keegoan dan
kemalasan ini bisa terhalaukan oleh keyakianan akan adanya kematian dimana pada hari itu diri tidak akan mampu lagi berbuat apa- apa untuk menutupi semua
dosa- dosa.
0 komentar:
Post a Comment