Guru:Intropeksi Diri, Itu Lebih Baik. Seorang guru adalah cermin. Apa yang kita tampilkan, itu yang akan kita lihat. Dari diskusi via SMS bersama sohib saya di seberang sana, ada satu nasihat kecil yang menjadi kesimpulan. Guru perlu intropeksi diri.
Seorang guru berharap suatu hal yang baik akan dilakukan oleh siswanya. Tentu saja semua guru ingin seperti itu. Kehadiran siswa yang menunjukkan sikap baik dan prestasi yang baik akan menjadi harapan besar setiap guru. Harapan itu tentunya tidak akan dapat terwujud dengan instan, butuh proses.
Namun pada kenyataannya, ia tidak terjadi seperti yang kita harapkan. bahkan kadang ia jauh bertolak belakang dengan semua yang kita impikan. Siswa yang bersikap buruk dan prestasi yang tidak pernah mereka tunjukkan adalah kondisi yang sering kita temukan. Lantas, apa tindakan kita? Akankah kondisi ini kita biarkan yang hingga akhirnya harapan kita itu tidak bisa terwujud? Saya pikir kita dalah para guru/ calon guru yang mulia. Guru yang mulia akan berupaya semaksimal mungkin untuk mengubah situasi ini dan mewujudkan harapannya. But how??
Satu fenomena buruk yang sering ditemukan di lapangan adalah seorang guru yang berharap terlalu besar terhadap siswanya walaupun dia belum memberikan apa2 untuk mereka. Siswa yang mencontek ketika ujian, membuat kebisingan di dalam kelas, tidak mengerjakan PR, dan hal2 buruk lainnya yang sering dilakukan oleh siswa seolah sudah menjadi santapan segar para guru. Dalam hal ini, tentu saja seorang guru berharap agar keadaan itu berbalik 180 derajat. Yang ia inginkan adalah siswa yang taat pada peraturan sekolah dan menjalankan kewajibannya dengan baik. Namun apa yang telah dilakukannya untuk mencapai hal tersebut? Nothing.
Dia hanya menjalankan kewajibannya sebagai seorang guru setengah utuh yang hanya berperan sebagai penyampai ilmu pengetahuan. Tidak lebih. Padahal yang kita harapkan adalah sosok guru yang memang benar2 paham akan peran mereka sesungguhnya. Tentang hakikat guru, bisa dibaca di sini.
Kesalahan- kesalahan yang dilakkukan oleh siswa ternyata tidak terpisahkan dengan kesalahan kita, baik dalam mengajar ataupun dalam kehgiatan sehari- hari. Dalam hal ini, kta tidak boleh menyalahkan siswa sepenuhnya karena pada dasarnya guru dan siswa adalah satu kesatuan utuh yang tidak terpisahkan. Cobalah untuk intropeksi diri. Are you ready??
Siswa yang terlambat mungkin saja akibat ulah kita juga yang mungkin tidak sengaja mengulur- ulur waktu untuk masuk kelas, siswa yang tidak melaksanakan piket mungkin saja akibat kelalaian kita yang tidak menghargai kerja mereka, siswa yang membuat keributan di kelas mungkin saja akibat kurangnya perhatian kita, siswa yang tidak mengerjakan PR mungkin saja akibat ketidaksengajaan kita yang tidak membeerikan hukuman apapun bagi siswa yang sebelumnya sudah membuat kesalahan yang sama sehingga kesalahan itu terulang kembali, dan banyak lagi intropeksi2 yang perlu kita lakukan dalam menjalankan profesi yag mulia ini.
Berbagai permasalahan yang kita temui di lapangan semoga bisa semakin mendewasakan kita dalam memikul amanah yang cukup penting ini. Untuk itu, diperlukan kelapangan hati kita serta kesediaan untuk mengakui kelemahan diri kita demi terwujudnya harapan kita. Intropeksi diri tidak akan membuat kita semakin kecil, malah ia akan membuat kita semakin luarbisa dengan berbaia perbaikan2 yang kita temukan dari kelapangan hati kita. Semoga bermanfaat. (26/10san)
*dedicated to all teachers and cHampion cycLe'er