September, 2014

Fokus pada Impian, Setia pada Proses, Bayar harga di Awal_ __Untukmu; Ayah, Ibu__ 090111/san

Sep 14, 2011

PPLT UNIMED 2011: Apa Cerita?

Alhamdulillah, wa syukurillah. Allah permits me to see you all here..
Nice to meet you…
Nice to met you too…
Ahahaha, terbawa- bawa suasana kelas..
Okai, let’s start our discussion.

Pertama- tama, mumpung masih bulan Syawal dan ini postingan pertama setelah big holiday, I would like to say:
Taqobbalallahu Minna wa Minkum, Shiyamana wa Shiyamakum. Ada sebuah kata- kata bijak dari saya sendiri (haha, kebijakan sendiri), “berhasil tidaknya kita di bulan ramadhan bisa dilihat di 11 bulan berikutnya (entah setuju atau tidak).

Dan selanjutnya, yang menjadi inti percakapan kita kali ini adalah: sedikit berbagi cerita dari sini. PPLT UNIMED 2011. Tak pernah usang walau tak sayang. Itulah mungkin yang mengawali cerita ini. Sedang apa para mahasiswa PPLT UNIMED 2011 sekarang??? 
Cekidot….!

Minggu ini sudah memasuki minggu ke 4 Latihan terbimbing seperti yang sudah saya ceritakan  di sini. Di hari ketiga setelah libur panjang, tampaknya suasana sudah kembali kondusif. Proses KBM sudah berjalan seperti biasanya dan bahkan menjadi sesuatu yag luarbiasa dengan kondisi saat ini. Betapa tidak, kita pulang jam 2 dari yang biasanya ketika puasa pulang jam 12. Wewhh, parahhhh. Mau protes sama siapa? Bahkan mungkin bukan suatu yang pantas untuk diprotes. Nikmati aja, kawan!

Nah, seperti apa kondisi kawan2 kita yang sedang PPLT? Masihkah semangat itu mengiringi? Adakah ia masih satu kesatuan utuh, atau sudah berkeping- keping? Berdasarkan hasil survey dari berbagai daerah (haha), sebagian besar kawan- kawan kita sudah mulai ‘loyo’.


“Huft, gak semangat lagi PPL ini. Sekolah masih pake system lama, tak boleh berkreasi”. (Hmm, mematikan potensi tu namanya. Nih abad millennium bung!)

“Kita ini calon guru atau calon petugas satlantas siiih?” (ahh, boleh juga tuh. Siapa tau ntar satpam di rumah kita pulang kampung, kita udah punya modal tuk gantiin dia, he).

“Ni sekolah atau perusahaan? Siswa atau karyawan? Anggukan yang cepat menjadi sebuah kesenangan bagi atasan.” (Hmm, ambil positif nya aja kawan. Kan bisa jadi pedoman tuk tidak mnjadi atassan yang demikian nantinya).

“Kalo aku siiiiy, spiritfullll. Apalagi udah ada yang menguatkan dari kalangan siswa, lanjutttt!. (Kesempatan nih si kawan, mentang2 punya tampang keren dikit, manfaatkan terusss.. like this lah).

“Tiap hari memonitoring? Hahh? Apa kata dunia, makin kurus nih badan.” (Hupp, kasian- kasian. Asupan gizi perlu banget niii. Jangan sampe tumbang sebelum perjuangan berakhir, Okai??).

“I really enjoy this program. Let me here forever. (Hmmm, anak bahasa Inggris keknya ni. Mata pelajaran yang paling disenangi oleh siswa, haha. Go on guyzz..)

“Widiiih, nih siswa pengen sekolah gak siiiy? Pe-er tak dikerjakan, pura- pura lupa pula itu. Teringat 4 tahun yang lalu.” (Wayooo, kena kan! Ketauan nih sering ngerjain mahasiswa PPL waktu sekolah dulu, haha)

“Pulangkan kami!udah orangtua nun jauh di sana, uang ini itu pun menghampiri. Hadeeeh. (Ish ish ish, perasaan lah woii sama anak kost. Sabar kawan, nih pinjam duit ane kalo berani, ckck)

“Aku udah nyaman kali di sini, liat nih sampe2 aku pulang terakhir bersama guru- guru dari kantor guru. Padahal Temen2 lain udah pada pulang.” (Ya pasti betah la, koneksi wifinya cepaattt. Siapa aja mau, betul tidak?)

“Nice class, ini yang membuatku cukup betah di sini. Benar2 siswa teladan.” (eeee, siapa yang kasi ijin sebutkan merk? Kalo kita friendly sama mereka, ya mreka juga akan kasi umpan yang baik. The Law of Attraction, haha… masi ingat artinya kan?

“Mudah2an sesuatu terjadi hingga PPL dipercepat jangka waktunya. Amin. (Wewhhh, ngeri ah doanya. Doakan aja supaya semua baik- baik, walau waktunya lama kan tidak masalah).

“Huppps, butuh kesabaran yang luarbiasa. Lakukan yang terbaik, tuk nilai terbaik, dank an segera memikirkan skripsi, dan yang dinantikana pun tiba. Pakai Kebaya.” (Hadeeeh, si kawan. Ujung2 nya ini yang controversial. Tapi bagus juga siiih, pemicu panas. lanjutkan kawan!)

Itulah sebagian komen mereka, dahsyat bukan? Macam- macam. Dari yang sudah ingin ‘minggat’ sampe yang ingin berada di sana selamanya.

Seorang mahasiswa dituntut untuk bisa memanfaatkan setiap keadaan. Apapun itu.. Memaknai sesuatu dari bebagai sisi juga merupakan ciri seseorang yang berpendidikan. Tidak harus tertahan pada pandangan dari satu sisi, namun juga harus mampu melihat dari sisi yang berbeda. Ketika orang lain menganggap sesuatu itu 
buruk dengan argument yang cukup kuat, dia juga mampu untuk meyakinkan kepada orang lain bahwa hal itu memiliki nilai positif yang lebih besar daripada negatifnya. (Terlepas dari hal- hal yang telah menjadi harga mutlak). Begitulah seharusnya seorang mahasiswa. Satu lagi, dia tidak terlalu ‘memanjakan’ emosinya. Berbeda dengan mereka yang belum mengenyam pendidikan di perguruan tinggi yang mungkin sebagian besar masih berpikir ‘lokal’.

Berbicara tentang status mahasiswa PPLT saat ini, tidak bisa dipungkiri bahwa mahasiswa juga manusia (ya iya lah..) yang pastinya tidak dapat disalahkan memiliki pendapat seperti itu dalam menjalani masa- masa pembelajran ini. Tidak ada yang salah, hanya perlu sedikit kesediaan untuk menerima sesuatu yang pastinya ini akan bermanfaat. Bukankah ciri orang berpendidikan itu adalah mereka yang mau menerima satu kebaikan walaupun itu sangat jauh dari diri pribadinya? Misalnya, seorang mahasiswa yang kurang rapi. Bukan suatu hal yang salah jika dia mengubah kebiasaan buruknya itu walaupun ia sudah menjadi ciri khasnya. Bukankah itu adalah suatu kebaikan? Kurang rapi menjadi rapi? Demikian juga dalam hal ini. Kita mungkin jarang atau bahkan tidak pernah untuk melakukan kgiatan seperti patroli sekolah. Namun kali kali ini kita diamanahkan untuk hal yang baik ini. Bukankah ini hal yang positif? Jika ada yang mengatakan bahwa ini seharusnya bukan tugas dari seorang calon guru, namun ternyata ini bisa dilakukan oleh siapa saja. Mari mencoba untuk menyikapinya dari sisi yang lain. Ini adalah baik, perlu keyakinan di sini. Kita diminta tuk bisa mengambil sikap ketika lalu lintas padat dan ketika sedikit sepi , disiplin, bertanggung jawab. Pokoknya softskill yang selama ini sering didengungkan oleh rector kita ada di dalamnya. Dan tak salah lagi, ini termasuk juga dalam pendidikan berkarakter. (hmm, lagi2 pendidikan berkarakterr. Bisa baca di sini)

Semoga bisa menerima ini. Selanjutnya, keluhan tentang kondisi siswa yang tidak bisa diajak kompromi. Bukankah kita sudah lulus micro teaching? Sedikit banyaknya kita sudah belajar tentng kondisi seperti ini yang bepeluang akan terjadi. Di sini saatnya kita manfaatkan wewenang yang telah diberkan kepada kita. Menjadi calon guru dan diberi license tuk mendidik, artinya kita juga punya izin untuk berbuat sesuatu yang bisa meningkatkan kualitas siswa. Di sini juga kita diminta untuk kembali belajar tentang memahami orang lain. Ya, terima mereka apa adanya. Just the way you are, demikian kata Bruno. Bisa di baca di sini. Menerima siswa sebagaimana adanya, dan mereka akan merima kita demikian pula. Hingga semua akan berupaya ntuk melakukn yang terbaik atas penghargaan yang telah diberikan oranglain kepadanya. Mereka bukan computer yang bisa kita atur seperti apa yang kita inginkan, yang bisa kita  hidupkan dan matikan kapan saja. Tidak. Mereka adalah sosok yang cerdas. Mengutip perkataan dosen micro teaching saya, Mam Sri Minda (I thank for your guidance), “tidak ada siswa yang bodoh. Yang ada hayalah siswa yang belum memiliki kesempata untuk belajar dari guru yang pintar”. Tepat sekali. Kita, seorang guru adalah centernya. Jika seorang guru berpikiran seperti ini, dia akan berupaya keras bagaiaman agar anak didiknya menemukannya sebagai guru yang pintar.

Kembali mengutip sebuah kata2 bijak, orang yang cerdas adalah mereka yang mampu mencerdaskan orang lain. Artinya ilmu yang dimilikinya hanya akan dianggap ada jika ada orang lain yang cerdas dan tercerahkan dengan ilmu yang dia punya.

Kembali, kita sebagai calon guru hendaknya memaknai ini. Dengan prinsip seperti ini, tentu kita tidak ingin dikatakan sebagai guru yang bodoh atau guru yang tidak memberi manfaat sama sekali. Untuk itu pastinya akan ada berbagai usha yang akan kita lakukan untuk bisa menjadi guru yag pintar. Ilmu yang banyak tidak akan brmanfaat jika kita tidak mampu untk mntransfernya, ia akan sia- sia. Sekarang saatnya menemukan cara terbaik untuk mentransfer ilmu.

All in all, PPLt adalah satu ajang yang disediakan khusus untuk kita beraksi. Ini acara kita kawan, pastikan kita yang mengisinya, bukan yang lain. Berbagai permasalahan yang menimpa hendaknya bisa menjadi pelajaran bagi kita. Banyaknya keadaan yang tidak sesuai dengan kata hati, hendaknya bisa mengajarkan kita tuk bisa menerima sesuatu walaupun ia berat. Bukankah tantangan ke depannya akan lebih dahsyat? Semoga kita menang dalam pertarungan kecil ini hingga kita layak untuk mengikuti pertarungan tahap selanjutnya. Dan akhir dari ini semua, kita memberi manfaat besar bagi orang lain. Seperti hadis yang mengatakan:
“Yang terbaik diantara kamu adalah yang memberi banyak manfaat bagi orang lain. “
Inginkah kita menjadi orang terbaik di hadapan Rabb kita? (ya pasti laah)
Yookkk, bekerja benar dan ikhlas! (pinjam jargon gedung biro rector unimed, he). (14/09san)

*Sedikit kurang Fokus, satu persatu orang terdekat pergi.. Hadeeh, kacau. Terimakasih sudah menghiasi hari- hari itu. Hopefully you enjoy that.

0 komentar:

Post a Comment

 
Baca Juga:
Langganan
Get It