“Dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna.” (QS. Al Mu’minun: 3)
Ini adalah ciri kedua yang Allah tunjukkan kepada kita akan sosok orang beriman. Ciri yang bukan menjadi satu hal yang aneh lagi bagi kalangan para aktivis dakwah kampus (ADK). Ayat yang cukup popular dan bahkan tidak jarang dijadikan sebagai hafalan ketika mengikuti dauroh atau kegiatan lainnya. Ditambah lagi syair lagu dari Opick yang liriknya tidak lain adalah potongan dari ayat ini membuat kita nyaris hafal dengan ciri- ciri orang mukmin yang dimaksudkan oleh Allah.
Berbicara tentang ciri yang kedua ini, tentu kita tidak bisa lepas dari sesuatu yang kita sebut ia WAKTU. Hari- hari yang kita lewati dengan berbagai kegiatan hingga menghabiskan waktu tentu perlu diperhatikan: seberapa baikkah kita memanfaatkan waktu yang kita miliki? Apakah kita layak disebut sebagai orang yang mengisi waktu kita dengan hal- hal yang bermanfaat? Atau kegiatan yang kurang bermanfaat telah menyita waktu kita?
Ada satu virus yang hari ini menjangkiti para ADK. Sebagai seorang manusia tentu saja hal ini hal yang lumrah namun pastinya ada perbedaan antara mereka dengan orang yang belum mengikuti proses tarbiyah. Satu virus yang disinyalir menjadi penyebab semakin ‘cengeng’ nya para ADK, semakin ‘tenang’ nya hidup mereka hingga nyaris lupa akan amanah dakwah yang berada di punggungnya, semakin ‘cair’ nya interaksi antar ikhwan- akhwat, dan semakin minimnya waktu untuk memikirkan dakwah ini. Begitu dahsyatnya virus ini hingga menempati urutan kedua setelah Virus Merah Jambu yang sampai hari ini masih bertahan di posisi pertama sebagai virus paling berbahaya.
Koreaholic adalah satu problem yang patut untuk diberi perhatian. Bayangkan, jika kebiasaan ini terus dilaksanakan pasti menimbulkan berbagai masalah lainnya baik dalam diri pribadi maupun dalam keberlangsungan dakwah. Bukan hanya koreaholic namun siaran lainnya yang jelas merupakan kegiatan yang sia- sia, atau kalaupun bermanfaat namun mudharatnya akan lebih banyak.
Berbagai acara dari negeri Korea menghiasi saluran televisi seperti yang telah saya tuliskan di sini. Tidak bisa dipungkiri, seorang aktivis dakwah juga adalah manusia yang pastinya memiliki rasa ingin tahu sekaligus menyenangkan diri sendiri. Namun apakah harus seperti itu cara yang dilakukan oleh mereka? Apakah tidak ada cara lain yang mampu membuat mereka tidak ‘ketinggalan’, tidak dianggap ‘kuper’, tidak ‘modern’, atau sebutan lainnya? Saya rasa seorang aktivis dakwah pasti mampu untuk menilai sesuatu dan cara menanggapinya. Seperti halnya rasa cinta yang pasti hadir mengusik hari- hari. Dan ternyata berbeda cara seorang aktivis dakwah dalam mengolah rasa itu. Nah begitu juga dalam hal ini seharusnya.
Akhi/ ukhi fillah rahimakumullah…
Tanpa sadar kita telah terlena. Menganggap hal ini tidak menjadi masalah, padahal jika dibiarkan pasti akan memberi dampak yang buruk bagi dakwah dan generasi berikutnya. Lagu, film, dan style mereka ternyata telah menjadi keseharian kita. Apakah demikian yang diharapkan dari seorang aktivis dakwah? Sosok yang diharapkan mampu mensyiarkan ajaran Islam, namun malah lebih memilih untuk memperbanyak mengkonsumsi budaya luar? Bukankah itu sudah menjadi satu hal yang kontroversi?
Perlu sebuah intropeksi bagi diri kita. Jujur, apakah ia membuat kita lebih dekat dengan Allah atau malah membuat kita semakin menjauh? Kita pasti memahami kegiatan seperti apa yang sebaiknya kita lakukan. Ya, kegiatan yang bisa mendekatkan kita dengan Rabb kita. Jika kita telisik, ternyata lebih banyak keburukan yang akan kita peroleh dengan mengkonsumsi siaran seperti itu.
Kembali melihat ciri dari orang mukmin yaitu: “…….menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna.”
Semoga bermanfaat. (26/09san)
0 komentar:
Post a Comment