September, 2014

Fokus pada Impian, Setia pada Proses, Bayar harga di Awal_ __Untukmu; Ayah, Ibu__ 090111/san

Dec 1, 2010

Kekuatan Pikiran

Semua berawal dari pikiran. Ya, itu yang aku ketahui setelah membaca beberapa buku self- development, menonton beberapa film motivasi, dan berdiskusi dengan mereka yang sudah bisa dkatakan berhasil.
 

Semula aku masih bingung tentang itu dan sebagai ornag yang kritis aku tidak bisa menerimananya begitu saja. Aku terus mencari hingga aku yakin akan kebenaran statement itu dan menemukan bukti konkritnya. Butuh waktu lama untuk itu. Kukaitkan dengan kehidupan sehari- hari. Ternyata tidak kutemukan 100% benar. Tidak murni. Selalu ada penyaringan di setiap perjalanan membenarkan itu. Selalu ada alas an yang tepat untuk membantah statement yang pada waktu itu masih sangat baru dalam pikiranku dan aku membiarkannya diriku tuk larut dalam pencarian kebenaran itu.

Seiring waktu berjalan, kurasakan kebenarannya walau belum sepenuhnya karena aku lihat TIDAK SEMUA BERJALAN SEPERTI YANG AKU PIKIRKAN. Tapi mengapa merreka semua, para pakar motivasi, ilmuwan, mengatakan demikian?


Read more
Bahkan orang sukses pun mengatakan bahwa statement itu juga termasuk hal yang sangat berpengaruh dalam perjalanan keberhasilan mereka. Sejatinya, apap maksud kata- kata itu??? Salahkah aku menterjemahkannya? Terlalu literalkah, seperti terjemaham English- Indonesia yang selama ini kulakukan dalam mata kuliah translation? Jadi, apa maksud dari kekuatan pikiran sebenarnya???? ^_<
Aku bingung sendiri dan terus berusahah mencari jawabannya. Belajar dari beberapa tulisan para ilmuwan, kuperluas pola pikirku. Kulapangkan otakku untuk menerima pandangan dari berbagai sisi.

1. Apa yang Anda pikirkan, itulah yang bakalan terjadi
Aku mencoba menset kalimat ini dalam pikiranku. Makan, berjalan, berbicara, dan semua kegiatan lainnya kulakukan setiap hari. Aku berupaya agar semua kegiatanku dibarengi pikiran bahwa aku akan mendapatkan APA YANG AKU INGINKAN DARI APA YANG AKU KERJAKAN. Tidak ada yang boleh sia- sia.
Mula- mula, aku berusaha membuang jauh2 kata “jangan”. Semua harus positif. Sulit, sangat! Aku yang dari dulu kesusahan untuk melihat sesuatu dari sisi positif karena memang dari dulu sering bersaing dan selalu ingin menang. Aku pernah berpikir bahwa jika mereka kalah, TIDAK ADA YANG POSITIF DDARI KEKALAHAN ITU. Sang juara lah satu2nya yang layak dikatakan memberikan hal yang positif. Itu sedah ter-set dalam otakku selama kurag lebih 15 tahun, dan nyaris tidak ada yang membantahnya. Kalupun ada hanyalah orang yang ingin membela yang kalah dengan argument yang kurang dapat diterima.
Ya, aku membuang kata” jangan”. Why? Ok, coba katakana begini kepada orang yang punya penyakit gatal2 atau siapa saja , “jangan pikirkan durian!” Namun apa yang terjadi? Si pendengar akan membayangkan buah durian, tajamnya duri, wanginya bau, dan kelezatan durian. Anda lebih baik mengatakan, “mari bersama- sama kita bayangkan nikmatnya es buah di siang hari yang terik ini”.
Kemudian, ketika Anda katakana kepada seorang anak kecil misalnya,” jangan jatuh ya, Nak”. Nah apa yang kira2 bakalan yang ada di pikiran si anak? Iya, dia akan memikirkan suatu keadaan dimana ketika dia jatuh dan fokus ke sana. Adalah lebih baik jika kita mengatakan, “Hati- hati ya Nak”. Maka dia akan berpikir bagaimana caranya agar dia bisa selamat.
Nah, itulah pelajaran pertamaku. Kucoba menerapkannya walau kata “jarang” masih mendominasi kata2ku.

Kufokuskan pikiranku pada apa yang aku inginkan. Aku ingin bisa master dalam bahasa Inggris, maka aku berpikir di suatu keadaan aku berdiri di depan mahasiswaku dan mereka menyenangi keberadaanku di kelas itu untuk menyampaikan materi bahasa inggris.
Aku membayangkan ketika aku menerbitkan beberapa buku self- development dalam bahasa Inggris hinngga bisa dinikmati mereka dari berbagai penjuru dunia tanpa selalu meminta bantuan penuh kepada Om Google translation. Aku membayangkan ketika aku memetik bunga sakura di negeri aslnya. Yaaaah,,,

Banyak pengorbanan yang aku lakukan untuk hal ini. Mau tidak mau, aku harus mencari alasan yang tepat dan positif untuk suatu hal. Aku harus menghabiskan banyak waktu untuk membenarkan apa yang orang lain katakan karena sangat sulit untuk kuterima. Aku harus menjauh dari lingkungan dan teman2 yang bisa mengarahkn pikiranku ke arah negatif. Aku bahkan harus mengorbankan kenyamananku bersama teman2 ketika aku menyadari bahwa itu hanya akan membuatku semakin negatif.

Aku mulai membiasakan memberikan pujian untuk sesuatu yang mungkin bagi kebanyakan orang hal itu lebih layak untuk diberi cercaan. Aku dengan sulit menemukan alasan yang tepat untuk memuji hal itu karena memang selalu ada hal yang positif di balik segalanya.
Aku berusaha mengurangi hal yang akku inginkan dalam pembicaraan dan lebih banyak mengorek apa yang orang lain butuhkan. Dan aku menemukan kebahagiaan dari iu semua. Kebahagiaan yang berbeda dengan apa yang pernah aku dapatkan sebelumnya….

To be continued..


0 komentar:

Post a Comment

 
Baca Juga:
Langganan
Get It