September, 2014

Fokus pada Impian, Setia pada Proses, Bayar harga di Awal_ __Untukmu; Ayah, Ibu__ 090111/san

Dec 20, 2010

Kamu Egois Siih

"Jam berapa ngampus kak?", tanya adikku di sela- sela kesibukannya menggambar, ntah menggambar apa. Yang jelas bukan gambar pemandangan indah yang kelak bisa dipajang di dinding ruah yang masih putih bersih. Dan tidak juga lukisan kaligrafi yang nantinya bisa mennghiasi rumah kami dengan kalimat2 Allah, yang selama ini terasa kering. Dan tentu juga tidak sebuah gambar wanita cantik yang menjadi idamannya. Tidak. Hanya garis2 lurus yang dipertemukan dengan rapi dan terbentuklah sebuah bangun ruang yang menunjukkan dirinya adalah seorg anak teknik. terserah teknik apa.
"Jam 8, antar ya boy.",jawabku sekenanya sambil tetap fokus ke layar laptop untuk menyelesaikan tugasku yang harus segra dikumpul jam 8 ini. Dan sekarang jam di laptopku menunjukkan pukul 07.47. Huft, error lagi. Cursor mengulah, Brak, pukulan ringan ke arah mouse.. Alhamdulillah, normal kembali.
Hidupkan print, Ahh tinta habis lagi..

"Bang, tolong cek printer kita, padahal baru diisi kemrn tintanya,"pintaku sambil sibuk memasukkan buku ke dalam tas.
"Buku Metopel mana?" Kembali rak buku berserak. Adikku geleng3.
"Buru- buru boy, soriii,"kataku seolah tau isi pikirannya.
"Ah, kapan dirimu gak buru2? Tiap pagi begini, heran,,, heran.
"Hahaha, tawaku sambil menjitak kepalannya.
Tanpa beban, kusiapkan diriku untuk berpakaian rapi hari ini, calon bu dokter harus rapi.
Oh iya, kenalkan namaku  Mila, kuliah di Kedokteran swasta Yogyakarta. kalau asal ku sih dari Sumatera Utara sana, dekat Aceh. Bersama abang dan adikku, kami menuntut ilmu di kota orang, biar berhasil kelak. Karena di kota kami pendidikannya belum cukup susuai untuk org sekaliber kami2 ini. hehehe..
Yup, ngeprint selesai, dan cabut bersama Satria F150.

"Fin, dah selesai tugas Geometri? Gmn ente buat caranya?", kuhampiri Findy yang cukup terkenal di kelas kami dengan kejeniusan otaknya.
"Oke, dah tau saya. Syukron!," sedikit berlari kutuu bangkuku untuk menyelesaikan satu soal lagi.
"Eit, Liat tugas berbahasa Mil, bingung juga dengan sastra ini.", Louis sedikit menahan langkahku.
"Hmm, saya buatnya asal2an Loi, ntar salah lagi. Liat yang lain aja ya", kataku sambil mempercepat langkah menuju bangku pojok, bangkuku senidri.
Louis terdiam.

"Maaf teman, saya cabut dulu ya. Gak bisa ikut kerja kelompok ini, ada keperluan mendesak. Ni bahan dari saya,"kataku pada temen kelompok yang sedang pusing mikirin cara penyelesaina tugas Statistik. Memang tidak ada yang protes, seolah mereka sudah paham akan aku yang sering seperti ini.
Yah, sedikit lagi tentang diriku, aku aktif dii sebuah Organisasi Islam di kampus. Aku dijuluki Aktivis Dakwah Kampus oleh mereka. Bersama puluhan teman lainnya dari satu fakultas, kami menyebarkn dakwah Islam kepada mahasiswa muslim. Menciptakan kampus islami adalah impian kami bersama. Karena itu, aku sering disibukkan dengan kegiatan2, syuro, buat laporan, undangan, dan kerjaan lainnya. Aku senang dengan ini semua. Terserah lah apa kata mereka. Life's going on..

Berjalan tergesa- gesa menuju kampus, sibuk menghubungi para pemateri, mengajak adik2 ikut kegiatan,  menjadi rutinitasku.
Astagfirullah, ternyata ada yang terlupakan.
mereka bilang aku cuek, tidak perhatian sama mereka, sukanya ngumpul sama teman se organisasi aja, egois lah pokoknya. Kawan sekelas pun bilang begitu, walau aku punya gank yang selalu support aku. Tuk tugas2 perkuliahan sering kuminta bantuan mereka.
Mereka juga bilang aku sering sepele dengan tugas. Hmm, tidak sepenuhnya benar. Aku bahkan sampai larut malam tidur, ngerjain laporan kegiatan memang (heheh) tapi tugas pun selalu kuupayakan selesai di rumah, walau hasilnya tidak seperti mereka yang mengerjakan di kelas.

Selalu menyusahkan, demikian kata adikku.
Menyuruh orang ngantar sesuka hati, padahal yang disuruh masih ingin melanjutkan mimpi indah.
"Tenang boy, ini semua kulakukan untukmu. Biar tidak terbiasa tidur habis subuh, "demikian alasanku.

"Huh, menganggu org yang sedang sibuk. Makanya ngerjain tugas itu melam hari, bukan pagi mau berangkat kuliah. Jadinya gini, semua kerja terhambat. Makan apa kami? Ini rumah kok tidak pernah dibersihkan?", itu protes dari abangku.

"Pengen dibantu orang tapi gak pernah bantu, pengen dimengerti tapi tak pernh mengerti org, pngen diperhatikan, namun tak pernh memberi perhatian", demikian celotehan sahabatku Rizka yg cukup membuatku lumpuh dalam berbicara, bisu dalam berjalan.

"Kakak sih egois, adik2nya gak diperhatiin. Padahal kami sagat butuh, kami masih meraba di jalan ini kak," itu dari Petrik, mahasiswa baru yg cukup dekat denganku. Berbagai kisah pribadi pun tidak sungkan, yang membuatku kadang tidak nyaman.

"Oke oke, kuterima semua itu. Aku sadar itu semua. EGOIS. Itu memang aku. tapi tunggu pemblsnku, kalian akan terdiam dengan banyaknya perhatian yang kuberikan. Berlebih pun.


Des18, disamping printer dan kertas A4. Maaf semua..

0 komentar:

Post a Comment

 
Baca Juga:
Langganan
Get It