Muslim
Rohingnya dizhalimi hari ini. Muslim yang sangat taat kepada Rabb- Nya dibantai
tanpa alasan yang jelas. Wanita muslim Rohingnya mengingatkan kita pada sosok Sumayyah
yang keimanannya tidak luntur walau ditimpa ujian besar. Keyakinan akan
kenikmatan dari Allah yang lebih nikmat dibanding janji- janji penguasa menjadi
satu kekuatan besar baginya. Pun laki- laki muslim Rohingnya, kita belajar dari
Yasir suami Sumayyah. Keluarga ini semoga mampu menjadi peneguh hati bagi
saudara kita di Myanmar.
Lebih
Dekat dengan Muslim Rohingnya
Muslim
Rohingnya adalah etnis minoritas yang tinggal di daerah Arakan, Myanmar. Mereka
adalah warga Myanmar, namun serasa tidak dianggap. Bahkan mereka juga
dikabarkan sebagai warga Bangladesh disebabkan mereka tinggal di Arakan yang
berada di dekat Bangladesh. Mereka seolah etnis yang tidak diketahui statusnya
di wilayah negara mana.
Populasi
Muslim Rohingya di Myanmar tercatat sekitar 4,0 persen atau hanya sekitar 1,7
juta jiwa dari total jumlah penduduk negara tersebut yang mencapai 42,7 juta
jiwa. Jumlah ini menurun drastis dari catatan pada dokumen Images Asia: Report
On The Situation For Muslims In Burma pada Mei tahun 1997. Dalam laporan
tersebut, jumlah umat Muslim di Burma mendekati angka 7 juta jiwa.
Mereka
kebanyakan datang dari India pada masa kolonial Inggris di Myanmar. Sepeninggal
Inggris, gerakan antikolonialisasi di Burma berusaha menyingkirkan orang-orang
dari etnis India itu, termasuk mereka yang memeluk agama Islam. Bahkan, umat
Muslim di Burma sering sekali menjadi korban diskriminasi.
Berbagai
kekejaman militer dan pemerintah Myanmar kepada umat Muslim Rohingnya cukup
menyadarkan kita betapa perlunya kita bersyukur dengan kondisi kita di negara
Indonesia. Di sana, di Myanmar masjid tempat beribadah umat Muslim dihancurkan.
Al Qur’an kitab suci umat Muslim dirobek dan dibakar. Tidak hanya itu, agamapun
tampaknya dipermainkan oleh kaum laknatullah itu. Bahkan, Pemerintah
Myanmar sengaja membuat kartu penduduk khusus untuk umat Muslim yang tujuannya
untuk membedakan dengan kelas masyarakat yang lain. Umat Muslim dijadikan warga
negara kelas tiga. Umat Islam di negera itu juga merasakan diskriminasi di
bidang pekerjaan dan pendidikan. Sehingga mereka yang tidak ingin mengganti
agamanya di kartu tersebut, maka mereka haru bersiap untuk tidak mendapatkan
peluang menjadi tentara atau pegawai negeri.
Kemudian
dengan seenak hatinya militer Myanmar membantai mereka, mengusir dari tanah
mereka dan melakukan berbagai penyiksaan kepada mereka yang melakukan
perlawanan maupun tidak. Pembantaian dan penyiksaan ini bukan baru saja
terjadi, namun sejak Myanmar merdeka pada tahun 1948 Muslim Rohingnya sudah mendapat perlakuan
yang tidak sepantasnya. Pembantaian itu seolah sudah hal yang lumrah ditimpakan
bagi mereka karena sedikitpun pemerintah tidak ambil pusing terkait hal ini. Sungguh
biadab sekali perbuatan mereka. Biarlah Allah yang akan menurunkan azabnya
kepada mereka yang sedikitpun tidak memiliki rasa perikemanusiaan.
Apa
Kata Dunia?
Dunia
bungkam. Dunia seolah- olah tutup telinga dengan kejadian ‘penghilangan’ nyawa
manusia. Ketika 12 orang mati akibat tembakan si Joker di Colorado, dunia
gempar. Namun saat 6000 lebih jiwa meninggal akibat kekejaman militer Myanma,
dunia hening. Beginikah nasib orang yang ‘termarginalkan’? Amerika Serikat yang
ngakunya pejuang HAM, dimana? Dimana pula
PBB yang katanya melindungi seluruh negara?
Nasmiya
Bokova, jurnalis dan wakil pimpinan redaksi majalah Muslimanka terbitan Bosnia,
mengecam Amerika Serikat dan sekutu Baratnya yang tak bereaksi soal pembantaian
Muslim Rohingya di Myanmar. Sebagai negara yang mengaku pejuang HAM, sikap AS
dan negara Barat tersebut sungguh mengejutkan. ''Sangat mengejutkan sekali
negara-negara Barat khususnya Amerika Serikat yang mengklaim sebagai pejuang
hak asasi manusia itu tidak mereaksi peristiwa tersebut," katanya.
Ini
patut menjadi satu bahan renungan bagi kita bersama. Saat kita yang mungkin
selama ini mengagung- agungkan Amerika Serikat yang super power, nyatanya
ia tidak bisa berbuat apa- apa untuk keadaan yang dialami Muslim Rohingnya.
Bisa jadi itu adalah satu kesengajaan atas kebenciannya yang memuncak pada umat
Islam dan bisa jadi inilah yang sebenarnya dinanti- nantikan oleh negara ini.
Lenyapnya umat Islam dari satu negara ke negara lain adalah cita- cita besar
mereka. Namun yakinlah Allah tidak akan
membiarkan mereka berbuat semena- mena.
”Mereka (orang-orang kafir itu) membuat
makar, dan Allah membalas makar mereka. Dan Allah
sebaik-baik pembuat makar." [Ali Imran : 54]
”Sesungguhnya mereka (orang-orang kafir
itu) me-rencanakan tipu daya yang jahat dengan sebenar-benarnya. Dan Aku pun
merencanakan tipu daya pula, dengan sebenar-benarnya."
[Ath-Thariq : 15-16]
Semoga Muslim Rohingnya mendapat perlindungan khusus dari
Allah ketika memang perlindungan dari tangan manusia tidak mampu menggapainya.
Sesungguhnya Allah sebaik- baik pelindung. Momen Ramadhan kali ini semoga sarat
makna dengan berbagai bantuan yang kita berikan pada saudara kita di Myanmar
hingga kita memang memiliki peran atas bantuan kepada mereka.(29/07san)