September, 2014

Fokus pada Impian, Setia pada Proses, Bayar harga di Awal_ __Untukmu; Ayah, Ibu__ 090111/san

Man Jadda wa Jadda. Zhelayu Uspekha!

"Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Maka apakah kamu tidak memahaminya?(QS. Al Qashash: 60)

Maka Nikmat Tuhanmu yang Manakah yang Kamu Dustakan?

QS. Ar Rahman: 13

Berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan. (QS. Yusuf: 55)

“Maka Bersabarlah Dengan Sabar Yang Baik, sesungguhnya mereka memandang siksaaan itu mustahil. Sedangkan Kami memandangnya mungkin terjadi. (Al-Maarij : 5-7)

“Hadapilah dengan senyuman. Selamat bahagia!

“Masalah Palestina bukan hanya masalah bangsa Palestina dan bangsa Arab saja. Tetapi masalah seluruh umat Islam, bahkan masalah kemanusiaan secara keseluruhan. Atas dasar pandangan aqidah inilah seluruh umat Islam wajib memahami kondisi dan permasalahan Palestina.

“Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, tidak akan meminta izin kepadamu untuk (tidak ikut) berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang bertakwa.”

(Q.S At Taubah: 44)

“Berkata Musa, ya Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara aku dan orang-orang yang fasik itu."

Q.S Al Maidah; 25

““ Lailaha illa anta subhanaka inni kuntum minadh dholimin “ Artinya : Tidak ada Tuhan Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau sesungguhnya aku orang yang dholim "

(al anbiya;87)

““ Ya Tuhanku jadikanlah aku dan anak cucuku orang – orang yang tetap mendirikan sholat, ya Tuhanku perkenankanlah doaku , ya Tuhanku beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan seluruh orang mukmin, pada hari terjadinya hisab. "

Wanita adalah perhiasan. Dan sebaik- baik perhiasan adalah WANITA SHOLEHAH

HR. Muslim

"Sebagian dari kebaikan keislaman seseorang ialah meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya."

HR. Tirmidzi

"Wanita yang didunianya solehah akan menjadi cahaya bagi keluarganya, melahirkan keturunan yang baik dan jika wafat di akhirat akan menjadi bidadari."

Wanita solehah merupakan penentram batin, menjadi penguat semangat berjuang suami, semangat ibadah suami. Suami yakin tidak akan dikhianati, kalau ditatap benar-benar menyejukkan qolbu, kalau berbicara tutur katanya menentramkan batin, tidak ada keraguan terhadap sikapnya.

Maka Nikmat Tuhanmu yang Manakah yang Kamu Dustakan?

QS. Ar Rahman: 13

Apr 24, 2012

Grice's Maxims


The conversational implicature is a message that is not found in the plain sense of the sentence. The speaker implies it. The hearer is able to infer (work out, read between the lines) this message in the utterance, by appealing to the rules governing successful conversational interaction. The success of a conversation depends upon the various speakers' approach to the interaction. The way in which people try to make conversations work is sometimes called the cooperative principle.


  1. The maxim of quantity, where one tries to be as informative as one possibly can, and gives as much information as is needed, and no more.
2.      The maxim of quality, where one tries to be truthful, and does not give information that is false or that is not supported by evidence.
  1. The maxim of relation, where one tries to be relevant, and says things that are pertinent to the discussion.
  2. The maxim of manner, when one tries to be as clear, as brief, and as orderly as one can in what one says, and where one avoids obscurity and ambiguity.
As the maxims stand, there may be an overlap, as regards the length of what one says, between the maxims of quantity and manner; this overlap can be explained (partially if not entirely) by thinking of the maxim of quantity (artificial though this approach may be) in terms of units of information. In other words, if the listener needs, let us say, five units of information from the speaker, but gets less, or more than the expected number, then the speaker is breaking the maxim of quantity. However, if the speaker gives the five required units of information, but is either too curt or long-winded in conveying them to the listener, then the maxim of manner is broken. The dividing line however, may be rather thin or unclear, and there are times when we may say that both the maxims of quantity and quality are broken by the same factors.

Apr 23, 2012

You Are Special


Everyone has their own terrain, so do you. Can you realize it? Standing among them specialized themselves.  It is not your right repeatedly compel others to be what you like or want, so do you. Expecting them to be expert in all matter, never.  You have to vote one and focus on it even you can take others but get them as the secondary.  You will find this condition, it’s life.

Life is not always as what you want. There will be a time when you are asked to give in for some cases. Trying hard to finish them all is a big effort, that’s nice. You have to do your best first, and see the result.
Yeah, you may see others. They can manage one thing well while you can’t. Stop blaming yourselves! You cannot be them, you have your own life, your own style, your own qualification, your own dream. Right? Just think it simple, you have your own way.

Hmmm, becoming different among friends seems good- looking. The question is, are you differ yourselves from them in a fine thing? See, others will not see your effort. They just focus on your result, think it! And God? He observes it, your effort. But the questions again, have you done your best endeavor?

Dear, everything should bring a lesson for you. Will you come to face tomorrow with the same fault? The same case? Don’t you think that it wastes to much time for doing the same thing bad? Believe me, everything teach something. Learn hard and hard then you’ll get what you did, not what you hope.

Do not look at behind or in front, do not look up or down, but just look in. Focus on what you have, dear. Find, you have one special! (23/04san)

Apr 21, 2012

Dalam Diam Kau Kukagumi




Ya, hanya dalam diam.
Kau ajarkan aku untuk tersenyum untuk semua orang dalam setiap keadaan.
Kau ajarkan aku untuk tegar menghadapi kehidupan.
Kau ajarkan aku untuk menyelesaikan banyak urusan dalam waktu bersamaan.
Kau ajarkan aku untuk berbuat yang terbaik yang ku bisa

Kau ajarkan aku untuk berbagi, bahkan mendahulukan saudara.
Kau ajarkan aku kasih sayang dan cinta tulus tanpa pamrih.

Kau ajarkan aku tanggung jawab untuk suatu amanah.
Kau ajarkan aku tentang totalitas dan pengorbanan.
Kau ajarkan aku untuk tetap optimis.
Kau ajarkan aku  tentang semangat yang bisa menular
Kau ajarkan aku untuk berbuat banyak dan berkualitas

Kau ajarkan aku keramahan, bersahabat dan berteman bahkan kepada yang berburuk sangka sekalipun.
Kau ajarkan agar aku tak merugikan orang lain, jadilah bermanfaat bagi banyak orang.
Kau ajarkan aku untuk bersilaturahmi, menyenangkan orang lain.
Kau ajarkan aku untuk mempermudah urusan orang lain, bukan malah mempersulit.
Kau ajarkan aku tentang kesabaran.
Kau ajarkan aku untuk berbuat baik kepada sesama.
Kau ajarkan aku berani minta maaf ketika bersalah.
Kau ajarkan aku untuk memaafkan oranglain. Untuk berbaik sangka juga.

Kau ajarkan aku untuk peka dan berperasaan. Ya, peka dan berperasaan.
Kau ajarkan aku bagaimana memahami berbagai karakter dan bagaimana harus bersikap, bukan keinginan untuk harus dipahami.
Kau ajarkan aku untuk memberi solusi, bukan menambah masalah.
Kau ajarkan aku untuk  tentang pengorbanan, sekali lagi pengorbanan.
Kau ajarkan aku untuk hadir dengan wajah ceria.

Kau ajarkan aku untuk senantiasa mengayomi adik- adikku.
Kau ajarkan aku tentang kerja keras, kerja ikhlas, dan kerja tuntas.
Kau ajarkan aku untuk menyelesaikan masalah, bukan lari darinya.
Kau yakinkan aku akan kepastian janji- Nya.
Kau, ibuku. Hebat.

Semoga Allah menjagamu karena ku yakin penjagaanku tidaklah sesempurna penjagaanNya. (22/04san)

Apr 6, 2012

Reflection n Expectation

May Allah forgive us of our sins.
The outward and the inward.
The intentional and the unintentional.

May Allah forgive us for being a repeat offender, sinning the same sin over and over again.
May Allah forgive us for being heedless.
For being ignorant. For being arrogant, ungrateful, inpatient.

More importantly, May Allah forgive us for not seeking forgiveness for all the sins we have committed.


Rabb, all these decisions. Hopefully they are not wrong. really need your signs. it's really hard for me giving the policy. 
is it correct or not?

and the day becomes dark. seems there is no any hint. should i go away? i strongly believe that there must be one who is better for this space. this is really complicated state. honestly, i feel hard to do this. 

Permudah, Jangan Dipersulit!

Rasulullah bersabda, "Yassiruu, wa la tu'assiruu. Basysyiruu, wa la tunadzdziruu". Artinya, permudah urusan orang, jangan dipersulit. Gembirakan (hati) orang, jangan (pula) ditakut-takuti).


Dalam perjalanan dakwah seringkali terjadi berbagai kendala di sana sini. Sebut saja misalnya dengan program kerja dauroh (baik dari Keputrian, RPK, Akpro, Humas, SPK, Ekonomi). Mulai dari pra dauroh, hingga pasca dauroh terlihat banyak kekurangan di sana- sini. Mulai dari pemateri yang tidak kunjung fix hingga konsumsi yang seharusnya menjadi prioritas (he) namun tidak muncul- muncul.
Kira- kira apa yang akan Anda lakukan pada si PJ jika keadaan ini terjadi?
Tertunduk lesu, menahan amarah?
Memberi taujih?
Menghubungi pemateri lain dan segera mencari snack pengganti?
Atau memberi senyuman terindah kepada si PJ?
Hayoooo… Apa coba?
Apapun ceritanya, saya pribadi yakin benar betapa si PJ sudah berupaya semaksimal mungkin.
Toh, maksimalisasi usaha saya, dia, dan Anda berbeda bukan? Tidak bisa disamakan dong.
Haaah…..
Saya sarankan kepada Anda untuk memilih option ke- 4 deh! Tapi jangan kelamaan, terus take action abis tu.

Kurang baik kalau mereka yang udah pusing kita persulit kembali dengan wajah tegang kita, kata- kata taujih yang tidak pada saatnya dilafadzkan, atau malah dengan mengambil alih amanah tanpa melibatkan dia sama sekali. Sadis namanya!

Taukah teman, saat kita memulai untuk memahami  orang lain saat itu adalah saat2 yang paling sulit. Bagaimana pula kita bisa tetap tenang dalam kondisi genting? Di sanalah diuji kecintaan kita. Benarkah kita sudah mencintai saudara kita seperti kita mencintai diri sendiri?

Ya, saya sangat yakin saat kita bisa memberikan kemudahan kepada orang lain, keceriaan kepada oranglain, maka kita juga akan dapatkan itu. Walaupun bukan dari orang tersebut, namun juga dari orang lain lewat cara yang tidak kita sangka- sangaka.
Bahasa sehari- harinya, jika kita ingin orang lain nyaman bersama kita maka rasakanlah kenyamanan bersamanya. Jika kita ingin mendapat balasan SMS yang terbaik, maka balaslah SMS nya dengan baik. Jika kita mengharapkan prasangka baik dari orang lain, maka berprasangka baiklah terlebih dahulu. Jika kita ingin mendengarkan kata OK atas urusan kita, maka sering2lah katakan itu di saat orang lain membutuhkan. Rasakan bagaimana hari- hari kita akan ditemani keceriaan dan kebaikan.
Ingin mendapat senyuman, maka senyumlah terlebih dahulu. (06/04san)

Apr 5, 2012

Dakwah Rasulullah Periode Madinah

Kisah perjalanan Rasulullah tidak akan pernah usang. Ia bisa menjadi rujukan dari berbagai permasalahan yang kita hadapi hari ini. Kisah Rasulullah mengajarkan kita betapa beratnya amanah yang beliau pikul dan beratnya keputusan- keputusan yang harus beliau berikan untuk beberapa perkara. Keputusan yang menyangkut hak hidup orang banyak yang jika saja beliau salah dalam memberikan kepuutusan maka akan banyaklah permasalahan yang timbul. Rasulullah dengan ilmu dan kedekatan yang luarbiasa terhadap Rabb, Allah azza wa jalla, memiliki kecerdasan akal dan kejernihan hati untuk berpikir dalam setiap keputusan yang beliau ambil. Kebijakan- kebijakan yang di awal sempat membuat hati orang- orang di sekitarnya gusar, namun Rasulullah dengan optimis menjalankan apa yang dia seharusnya dia lakukan seperti yang diarahkan oleh Allah. Sebut saja misalnya kisah Isra’ Mi’raj. Saat sekeliling merasa itu satu yang tidak wajar, bahkan sebagian beranggapan itu bahwa beliau sudah tidak waras dengan ide gila itu. Namun Rasulullah dengan keyakinan yang amat sangat terus melanjutkan apa yang diperintahkan oleh Allah. 

Ya, beliau diberi petunjuk oleh Allah dalam setiap keputusan yang beliau ambil. Kita? Apakah hari ini kerja- kerja yang kita lakukan juga sesuai dengan perintah Allah? Apakah kita merasakan bahwa kebijakan yang kita ambil adalah buah dari kecerdasan akal dan kejernihan hati layaknya yang dilakukan oleh Rasulullah.

Hmmm, menarik kisahnya.. Kita masuki Masa Dakwah Rasulullah Periode Madinah.
Penuh inspiratif!

Latar Belakang
Bangsa Quraiys tidak henti- hentinya melancarkan serangan jitu untuk menghentikan gerakan Rasulullah menyebarkan Islam. Pemboikotan missal adalah salah satu bentuk upaya yang cukup menjadi pusat perhatian dimana kaum Quraisy melakukan pemboikotan kepada Bani Hasyim dan Bani Muthalib. Adapun pemboikotan yang dilakukan adalah:
1.      Memutuskan hubungan pernikahan
2.      Memutuskan hubungan jual beli
3.      Memutuskan hubungan ziarah- menziarahi

Pemboikotan tersebut tertulis di atas kertas shahifah atau plakat yang di gantungkan di Ka’bah dan tidak akan di cabut sebelum Nabi Muhammad menghentikan gerakannya.
Nabi Muhammad merasakan bahwa tidak lagi sesuai di jadikan pusat dakwah Islam. Saat beliau bersama Zaid bin Haritsah hijrah ke Thaif untuk berdakwah ajaran itu ditolak dengan kasar. Nabi diusir, di soraki dan dikejar-kejar sambil di lempari dengan batu. Walaupun terluka dan sakit, beliau tetap sabar dan berlapang dada serta ikhlas. Menghadapi cobaan yang di hadapinya.
Saat mengahadapi ujian yang berat Nabi Saw bersama pengikutnya di perintahkan oleh ALLaH subhanahu wata’ala untuk mengalami Isra dan Mi’raj ke Baitul Maqbis di Palestina, kemudian naik kelangit hingga ke Sidratul Muntaha.
Kejadian Isra dan Mi’raj terjadi pada malam 17 Rajab tahun ke-11 dari kenabiannya (sekitar 621 M) di tempuh dalam waktu satu malam.
Hikmah Allah dari peristiwa Isra dan Mi’raj antar lain sebagai berikut.
1. Karunia dan keistimewaan tersendiri bagi Nabi saw.
2. Memberikan penambahan kekuatan iman keyakinan beliau sebagai rasul
3. Menjadi ujian bagi kaum muslimin sendiri.

Berita ini menjadi olokan kaum Quraisy kepada Rasulullah. Mereka mengira beliau telah gila. Orang pertama yang mempercayainya adalah Abu Bakar sehingga diberi gelar As Siddiq.

Hijrah Nabi Muhammad saw Ke Yatsrib (Madinah)
Faktor yang menorong hijrahnya Nabi saw
a. Tanda-tanda baik pada perkembangan Islam di Yatsrib, karena:
1. Pada tahun 621 M telah datang 13 orang penduduk Yatsrib menemui beliau di bukit Aqabah.
2. Pada tahun berikutnya, 622 M datang lagi sebanyak 73 orang Yatsrib ke Mekkah yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj

b. Rencana pembunuhan Rasulullah oleh kaum Quraisy yang hasil kesepakatannya sbb:
1.Mereka sangat khawatir jika Muhammad dan pengikutnya telah berkuasa di Yatsrib.
2.Membunuh Nabi saw sebelum beliau ikut pindah ke Yatsrib.

c. Rencana pembunuhan Nabi saw:
1.Setiap suku Quraisy mengirimkan seorang pemudah tangguh.
2.Mengepung rumah Rasulullah dan akan membunuhnya saat fajar.
Rencana-rencana tersebut diketaui oleh Nabi saw dan para pemuda Qurasy terkecoh. Mereka mengejar dan menjelajahi seluruh untuk mencari beliau tetapi hasilnya nihil. Kemudian Nabi bersama pengikutnya melanjutkan perjalanannya menelusuri pantai laut merah.

Akhir Periode Dakwah Rasululah di Kota Mekkah
Dengan berpindahnya Nabi saw dari Mekkah maka berakhirlah periode pertama perjalanan dakwah beliau di Mekkah. Beliau berjuang antara hidup dan mati menyerukan agama Islam di tengah masyarakat Mekkah dengan jihad kesabaran, harta benda, jiwa dan raga.
Sebelum memasuki Yatsrib, Nabi saw singgah di Quba selama 4 hari beristirahat, Nabi mendirikan sebuah masjid quba dan masjid pertama dalam sejarah Islam. Tepathari Jumat 12 Rabiul awal tahun 1 hijrahbertepatan 24 September 6 M, Nabi saw mengadakan shalat Jumat yang pertama kali dalam sejarah Islam dan Beliaupun berkhotbah di hadapan muslimin Muhajirin dan Anshar.

Dakwah Rasulullah Periode Madinah
Penduduk Madinah terb\diri dari 2 golongan yang berbeda jauh, yaitu:
1.Golongan Arab yang berasal dari selatan yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj
2.Golongan yahudi, yaitu orang-orang yang berasal dari utara (Palestina)
Dengan hijrahnya kaum muslimin, terbukalah kesmpatan bagi Nabi saw untuk
mengatur strategi membentuk masyarakat Islam yang bebas dari ancaman musuh baik dari luar maupun dari dalam.

Substansi dan Strategi Dakwah Rasulullah Periode Mainah
Adapun substansi dan strategi dakah Rasulullah saw antara lain:
1.Membina masyarakat Islam melalui pertalian persaudaraan antara kaum Muhajirin dengan kaum Anshar
2.Memellihara dan mempertahankan masyarakat Islam
3.Meletakkan dasar-daar politik ekonomi dan social untk masyarakat Islam
Dengan diletakannya dasar-dasar yang berkala ini masyarakat dan pemerintahan Islam dapat mewujudkan nagari “ Baldtun Thiyibatun Warabbun Ghafur “ dan Madinah disebut “ Madinatul Munawwarah”.

Hikmah Sejarah Dakwah Rasululah Periode Madinah
Hikmah sejarah dakwah Rasulullah antara lain:
1.Dengan persaudaraan yang telah dilakukan oleh kaum Muhajirin dan kaum Anshardapat memberikan rasa aman dan tentram.
2.Persatuan dan saling menghormati antar agama
3.Menumbuh-kembangkan tolong menolong antara yang kuat dan lemah, yang kaya dan miskin
4.Memahami bahwa umat Islam harus berpegang menurut aturan Allah swt
5.memahami dan menyadaribahwa kita wajib agar menjalin hubungan dengan Allah swt dan antara manusia dengan manusia
6.Kita mendapatkan warisan yang sangat menentukan keselamatan kita baik di dunia maupun di akhirat.
7.Menjadikan inspirasi dan motivasi dalam menyiarkan agama Islam
8.Terciptanya hubungan yang kondusif

Sikap dan Perilaku yang Mencerminkan Dakwah di Madinah
Sikap dan perilaku yang menceinkan dakwah Rasulullah saw antara lain:
1.Mengimani dengan sebenar-benarnya bahwa Muhammad saw adalah rasul dan nabi penutup para nabi
2.Mencintai Rasullulah
3.Mensosialisasikan sunnah Nabi saw
4.Gemar dan senang membaca buku sejarah nabi-nabi
5.Memelihara silaturahmi dengan sesama manusia
6.Berkunjung ke tanah suci Mekkah atau Madinah untuk melihat/ menapak tilas perjuangan Nabi Muhammad
7.Mempelajari dan memahami Al Quran dan hadis-hadisnya
8.Senantiasa berjihad dijalan Allah
9.Aktif/ikut serta dalam acara kepanitiaan untuk memperingati hari-hari besar Islam
10.Merawat dan melestarikan tempat ibadah (masjid)
11.Menekuni dan mempelajari warisan Nabi saw

Dakwah Rasulullah Peiode Madinah Diterapkan Oleh Pelaku Bisnis
1.Selain sebagai pelaku bisnis, ia mempunyai kewajiban dalam berdakwah menyiarkan islam yang aman, damai dan tidak melanggar perjanjian bisnis yang islami.
2.Perjanjian dapat dilakukan antara pebisnis yang berlainan agama
3.Sesama pebisnis muslim, baik sebagai bos maupun karyawan, dapat mengambil hikmah dai konsep muhajrin sebagi pendatang, dan anshar sebagi tuan rumah (penolong).
4.Inti dari pengembangan usaha, apapun bidangnnya harus mengikuti usaha yang islami tidak mengurangi takaran, tidak merusak dan tidak merampas hak orang lain.

Apr 4, 2012

Maaf yo...

Maaf deh…
Jadi gini ni ceritanya.
Kemarin henpon saya ketinggalan di mesjid. Alhamdulillah ada temen syuro’ yang ngeliat, eh disimpan deh.
Satu malam dan nyaris satu hari gak bersamanya.
Wepppzzz, pas dibuka kebaca deh semua sms kalian…
Afwan jiddan tuk semua yang terzholimi hari ini.
 Ini nih akibat ninggalin syuro’ ½ jalan.
Anyway, makasi banyak yaaaaa Yati sayang… Dah jagain henpon ai satu malaman.
Ternyata ane masih berjodoh sama henpon ni.

Apr 3, 2012

Perang Tabuk: Ka'ab bin Malik

Pada perang Tabuk, ada beberapa sahabat yang tidak berangkat berperang. Salah satu di antara mereka adalah Ka’ab bin Malik. Inilah cerita Ka’ab yang menunjukkan kejujuran imannya, usai turunnya pengampunan Allah atas dosanya.
“Aku sama sekali tidak pernah absent mengikuti semua peperangan bersama Rasululah saw, kecuali dalam perang Tabuk. Perihal ketidakikutsertaanku dalam perang Tabuk itu adalah karena kelalaian diriku terhadap perhiasan dunia, ketika itu keadaan ekonomiku jauh lebih baik daripada hari-hari sebelumnya. Demi Allah, aku tidak pernah memiliki barang dagangan lebih dari dua muatan onta, akan tetapi pada waktu peperangan itu aku memikinya.

Sungguh, tidak pernah Rasullah saw. merencanakan suatu peperangan melainkan beliau merahasiakan hal itu, kecuali pada perang Tabuk ini. Peperangan ini, Rasulullah saw. lakukan dalam kondisi panas terik matahari gurun yang sangat menyengat, menempuh perjalanan nan teramat jauh, serta menghadapi lawan yang benar-benar besar dan tangguh. Jadi, rencananya jelas sekali bagi kaum muslimin untuk mempersiapkan diri masing-masing menuju suatu perjalanan dan peperangan yang jelas pula.

Rasulullah saw. mempersiapkan pasukan yang akan berangkat. Aku pun mempersiapkan diri untuk ikut serta, tiba-tiba timbul pikiran ingin membatalkannya, lalu aku berkata dalam hati, “Aku bisa melakukannya kalau aku mau!”

Akhirnya, aku terbawa oleh pikiranku yang ragu-ragu, hingga para pasukan kaum muslimin mulai meninggalkan Madinah. Aku lihat pasukan kaum muslimin mulai meninggalkan Madinah, maka timbul pikiranku untuk mengejar mereka, toh mereka belum jauh. Namun, aku tidak melakukannya, kemalasan menghampiri dan bahkan menguasai diriku.

Tampaknya aku ditakdirkan untuk tidak ikut Akan tetapi, sungguh aku merasakan penderitaan batin sejak Rasulullah saw. meninggalkan Madinah. Bila aku keluar rumah, maka di jalan-jalan aku merasakan keterkucilan diri sebab aku tidak melihat orang kecuali orang-orang yang diragukan keislamannya. Merekalah orang-orang yang sudah mendapatkan rukhshah atau ijinAllah Ta’ala untuk uzur atau kalau tidak demikian maka mereka adalah orang-orang munafik. Padahal, aku merasakan bahwa diriku tidak termasuk keduanya.

Konon, Rasulullah saw. tidak menyebut-nyebut namaku sampai ke Tabuk. Setibanya di sana, ketika beiau sedang duduk-duduk bersama sahabatnya, beliau bertanya, “Apa yang dilakukan Ka’ab bin Malik?”
Seorang dari Bani Salamah menjawab, “Ya Rasulullah, ia ujub pada keadaan dan dirinya!” Mu’az bin Jabal menyangkal, “Buruk benar ucapanmu itu! Demi Allah, ya Rasulullah, aku tidak pernah mengerti melainkan kebaikannya saja!”Rasulullahsaw. hanya terdiam saja.
Beberapa waktu setelah berlalu, aku mendengar Rasulllah saw. kembali dari kancah jihad Tabuk. Ada dalam pikiranku berbagai desakan dan dorongan untuk membawa alasan palsu ke hadapan Rasulullah saw., bagaimana caranya supaya tidak terkena marahnya? Aku minta pandapat dari beberapa orang keluargaku yang terkenal berpikiran baik. Akan tetapi, ketika aku mendengar Nabi saw., segera tiba di Madinah, lenyaplah semua pikiran jahat itu. Aku merasa yakin bahwa aku tidak akan pernah menyelamatkan diri dengan kebatilan itu sama sekali. Maka, aku bertekad bulat akan menemui Rasulullah saw. dan mengatakan dengan tidak sebenarnya.

Pagi-pagi, Rasulullah saw. memasuki kota Madinah. Sudah menjadi kebiasaan, kalau beliau kembali dari suatu perjalanan, pertama masuk ke masjid dan shalat dua rakaat. /Demikian pula usai dari Tabuk, selesai shalat beliau kemudian duduk melayani tamu-tamunya. Lantas, berdatanganlah orang-orang yang tidak ikut perang Tabuk dengan membawa alasan masing-masing diselingi sumpah palsu untuk menguatkan alasan mereka. Jumlah mereka kira-kira delapan puluhan orang. Rasulullah saw. menerima alasan lahir mereka; dan mereka pun memperbaharui baiat setia mereka. Beliau memohonkan ampunan bagi mereka dan menyerahkan soal batinnya kepada Allah. Tibalah giliranku, aku datang mengucapkan salam kepada beliau. Beliau membalas dengan senyuman pula, namun jelas terlihat bahwa senyuman beliau adalah senyuman yang memendam rasa marah. Beliau kemudian berkata, “Kemarilah!”

Aku pun menghampirinya, lalu duduk di hadapannya. Beliau tiba-tiba bertanya, “Wahai Ka’ab, mengapa dirimu tidak ikut? Bukankah kau telah menyatakan baiat kesetianmu?”
Aku menjawab, “Ya Rasulullah! Demi Allah. Kalau duduk di hadapan penduduk bumi yang lain, tentulah aku akan berhasil keluar dari amarah mereka dengan berbagai alasan dan dalil lainnya. Namun, demi Allah. Aku sadar kalau aku berbicara bohong kepadamu dan engkau pun menerima alasan kebohonganku, aku khawatir Allah akan membenciku. Kalau kini aku bicara jujur, kemudian karena itu engkau marah kepadaku, sesungguhnya aku berharap Allah akan mengampuni kealpaanku. Ya Rasululah saw., demi Allah, aku tidak punya uzur. Demi Allah, keadaan ekonomiku aku tidak pernah stabil disbanding tatkala aku mengikutimu itu!”
Rasulullah berkata, “Kalau begitu, tidak salah lagi. Kini, pergilah kau sehingga Allah menurunkan keputusan-Nya kepadamu!”

Aku pun pergi diikuti oleh orang-orang Bani Salamah. Mereka berkata kepada, “Demi Allah. Kami belum pernah melihatmu melakukan dosa sebelum ini. Kau tampaknya tidak mampu membuat-buat alasan seperti yang lain, padahal dosamu itu sudah terhapus oleh permohonan ampun Rasulullah!”
Mereka terus saja menyalahkan tindakanku itu hingga ingin rasanya aku kembali menghadap Rasullah saw. untuk membawa alasan palsu, sebagaimana orang lain melakukannya.
Aku bertanya kapada mereka, “Apakah ada orang yang senasib denganku?”
Mereka menjawab, “Ya! Ada dua orang yang jawabannya sama dengan apa yang kau perbuat. Sekarang mereka berdua juga mendapat keputusan yang sama dari Rasulullah sebagaimana keadaanmu sekarang!”

Aku bertanya lagi, “Siapakah mereka itu?”
Mereka menjawab, “Murarah bin Rabi’ah Al-Amiri dan Hilal bin Umayah Al-Waqifi.”
Mereka menyebutkan dua nama orang shalih yang pernah ikut dalam perang Badr dan yang patut diteladani. Begitu mereka menyebutkan dua nama orang itu, aku bergegas pergi menemui mereka.
Tak lama setelah itu, aku mendengar Rasululah melarang kaum muslimin berbicara dengan kami bertiga, di antara delapan puluhan orang yang tidak ikut dalam perang tersebut.
Kami mengucilkan diri dari masyarakat umum. Sikap mereka sudah lain kapada kami sehingga rasanya aku hidup di suatu negeri yang lain dari negeri yang aku kenal sebelumnya. Kedua rekanku itu mendekam di rumah masing-masing menangisi nasib dirinya, tetapi aku yang paling kuat dan tabah di antara mereka. Aku keluar untuk shalat jamaah dan keluar masuk pasar meski tidak seorang pun yang mau berbicara denganku atau menanggapi bicaraku. Aku juga datang ke majilis Rasulullah sesudah beliau shalat. Aku mengucapkan salam kepada beliau, sembari hati kecilku bertanya-tanya memperhatikan bibir beliau, “Apakah beliau menggerakkan bibirnya menjawab salamku atau tidak?”
Aku juga shalat dekat sekali dengan beliau. Aku mencuri pandang melihat pandangan beliau. Kalau aku bangkit mau shalat, ia melihat kepadaku. Namun, apabila aku melihat kepadanya, ia palingkan mukanya cepat-cepat. Sikap dingin masyarakat kepadanya, ia palingkan mukanya cepat-cepat. Sikap dingin masyarakat kepadaku terasa lama sekali. Pada suatu hari, aku mengetuk pintu paga Abu Qaradah, saudara misanku dan ia adalah saudara yang paling aku cintai. Aku mengucapkan salam kepadanya, tetapi demi Allah, ia tidak menjawab salamku.
Aku menegurya, “Abu Qatadah! Aku mohon dengan nama Allah, apakah kau tau bahwa aku mencintai Allah dan Rasul-Nya?”
Ia diam. Aku mengulangi permohonanku itu, namun ia tetap terdiam. Aku mengulangi permohonanku itu, namun ia tetap terdiam. Aku mengulanginya sekali lagi, tapi ia hanya menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu!
Air mataku tidak tertahankan lagi. Kemudian aku kembali dengan penuh rasa kecewa.
Pada suatu hari, aku berjalan-jalan ke pasar kota Madinag. Tiba-tiba datanglah orang awam dari negeri Syam. Orang itu biasanya mengantarkan dagangan pangan ke kota Madinah. Ia bertanya, “Siapakah yang mau menolongku menemui Ka’ab bin Malik?”

Orang-orang di pasar itu menunjuk kepdaku, lalu orang itu datang kepadaku dan menyerahkan sepucuk surat kepadaku dan menyerahkan sepucuk surat dari raja Ghassan. Setelah kubuka, isinya sebagai berikut, “… Selain dari itu, bahwa sahabatmu sudah bersikap dingin terhadapmu. Allah tidak menjadikan kau hidup terhina dan sirna. Maka, ikutlah dengan kami di Ghassan, kamu akan menghiburmu!”
Hatiku berkata ketika membaca surat itu, “Ini juga salah satu ujian!” Lalu aku memasukkan surat itu ke dalam tungku dan membakarnya.
Pada hari yang ke-40 dari pengasinganku di kampong halaman sendiri, ketika aku menanti-nantikan turunnya wahyu tiba-tiba datanglah kepadaku seorang pesuruh Rasulullah saw. menyampaikan pesannya, “Rasulullah memerintahkan kepadamu supaya kamu menjauhi istrimu!”

Aku semakin sedih, namun aku juga semakin pasrah kepada Allah, hingga terlontar pertanyaanku kepadanya, “Apakah aku harus menceraikannya atau apa yang akan kulakukan?”
Ia menjelaskan, “Tidak. Akan tetapi, kamu harus menjauhkan dirimu darinya dan menjauhkannya dari dirimu!”
Kiranya Rasulullah juga sudah mengirimkan pesannya kepada dua sahabatku yang bernasib sama. Aku langsung memerintahkan kepada istriku, “Pergilah kau kepada keluargamu sampai Allah memutuskan hukumnya kepada kita!”
Istri Hilal bin Umaiyah datang menghadap Rasulullah saw. lalu ia bertanya, “Ya Rasulullah, sebenarnya Hilal bin Umaiyah seorang yang sudah sangat tua, lagi pula ia tidak memiliki seorang pembantu. Apakah ada keberatan kalau aku melayaninya di rumah?”

Rasulullah saw. menjawab, “Tidak! Akan tetapi ia tidak boleh mendekatimu!”
Istri Hilal menjelaskan, “Ya Rasulullah! Ia sudah tidak bersemangat pada yang itu lagi. Demi Allah, yang dilakukannya hanya menangisi dosanya sejak saat itu hingga kini!”

Ada seorang familiku yang juga mengusulkan, “Coba minta izin kepada Rasulullah supaya istrimu melayai dirimu seperti halanya istri Hilal bin Umayah!”
Aku menjawab tegas, “Tidak Aku tidak akan minta izin kepada Rasulullah saw. tentang istriku. Apa katanya kelak, sedangkan aku masih muda?”
Akhirnya, hari-hari selanjutnya aku hidup seorang diri di rumah. Lengkaplah bilangan malam sejak orang-orang dicegah berbicara denganku menjadi 50 hari 50 malam. Pada waktu sedang shalat subuh di suatu pagi dari malam yang ke-50 ketika aku sedang dudung berdzkir minta ampun dan mohon dilepaskan dari kesempitan hidup dalam alam yang luas ini, tiba-tiba aku mendengar teriakan orang-orang memanggil namaku. ‘Wahai Ka’ab bin Malik, bergembiralah! Wahai Ka’ab bin Malik, bergembiralah!”

Mendengar berita itu aku langsung sujud memanjatkan syukur kepada Allah. Aku yakin pembebasan hukuman telah dikeluarkan. Aku yakin, Allah telah menurunkan ampunan-Nya.
Rasulullah menyampaikan berita itu kepada shahabat-shahabatnya seusai shalat shubuh bahwa Allah telah mengampuni aku dan dua orang shahabatku. Berlomba-lombalah orang mendatangi kami, hendak menceritakan berita germbira itu. Ada yang datang dengan berkuda, ada pula yang datang dengan berlari dari jauh mendahului yang berkuda. Sesudah keduanya sampai di hadapanku, aku berikan kepada dua orang itu kedua pakaian yang aku miliki. Demi Allah, saat itu aku tidak memiliki pakaian kecuali yang dua itu.
Aku mencari pinjaman pakaian untuk menghadap Rasullah. Ternyata aku telah disambut banyak orang dan dengan serta merta mereka mengucapkan selamat kepadaku. Demi Allah, tidak seorang pun dari muhajirin yang berdiri dan memberi ucapan selamat selain Thal’ah. Sikap Thalhah itu tak mungkin aku lupakan. Sesudah aku mengucapkan salam kepada Rasulullah, mukanya tampak cerah dan gembira, katanya kemudian, “Bergembiralah kau atas hari ini! Inilah hari yang paling baik bagimu sejak kau dilahirkan oleh ibumu!”
“Apakah dari Allah ataukah dari engkau ya Rasulullah?” tanyaku sabar.
“Bukan dariku! Pengampunan itu datangnya dari Allah!” jawab Rasul saw.
Demi Allah, aku belum pernah merasakan besarnya nikmat Allah kepadaku sesudah Dia memberi hidayah Islam kepadaku, lebih besar bagi jiwaku daripada sikap jujurku kepada Rasulullah saw.”
Ka’ab lalu membaca ayat pengampunannya itu dengan penuh haru dan syahdu, sementara air matanya berderai membasahi kedua pipinya.
“Dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan taubat) mereka, hingga apabila bumi telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas, dan jiwa mereka pun telah sempit (pula terasa) oleh mereka, serta telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah melainkan kepada-Nya saja. Kemudian, Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya. Sesungguhnya Allah-lah Yang Maha Menerima taubat lagi Maha Penyayang.” (At-Taubah:118)
Semoga kisah Kaabbin Malik menjadi pelajaran berharga bagi kita. Walaupun hari ini tidak ada perang, namun tentu kita paham bahwa wujud pengaplikasian iman bukan dilihat dari sana. Jika dikaitkan dengan amanah dakwah yang hari ini kita emban, mungkin selama ini kita terkenal dengan keaktifan di berbagai event, syuro’, maupun kegiatan lainnya, namun satu ketika kita merasa ingin istirahat. Merasa bahwa tugas- tugas yang demikian sudah saatnya dikerjakan oleh para junioran, hingga kita mulai asyik dengan pribadi kita. Benar, tidak akan ada ayat Al Qur’an lagi yang akan turun menjelaskan perihal ini. Namun kita bisa berkaca dari apa yang dialami oleh Ka’ab bin Malik.
Bukankah dahulunya ia terkenal dengan militansinya? Namun kenapa tiba- tiba beliau dijadikan contoh dalam sejarah sebagai orang yang sempat dikucilkan?
Akhi, ukhti fillah

Tidak ada alasan untuk berhenti berdakwah. Karena ia adalah amal soleh. Keikhlasan selanjutnya menjadi modal utama kita. Benarkah semua ini kita lakukan semata- mata karena Allah? Atau ada sesuatu yang lain di seberang sana yang meneguhkan hati kita untuk terus berjuang? Bisa jadi kondisi dakwah kita hari ini akibat dari kesalahan niat kita di awal.
Wallahua’lam. (04/04san)


 
Baca Juga:
Langganan
Get It