Perputaran waktu menghantarkanku
pada masa- masa ini. Ya, setiap mereka yang kuliah dan ingin menyelesaikan
kuliahnya dengan terhormat (hoho) akan bertemu dengan ini. Tugas Akhir.
Tidak ada yang salah dengannya karena toh dia hanya seperti PR yang harus
kita selesaikan dengan baik untuk mendapatkan nilai yang memuaskan. Ya, hanya
untuk nilai. Dan selembar ijazah, mungkin.
Kopi hitam rasanya semakin
mendekat dan merapat. Bahkan ia sudah semakin familiar hari ini. Namun es krim rasanya
lebih nikmat. Keduanya memiliki kekhasan tersendiri. Hingga es krim menjadi
teman setia di bawah teriknya matahari dan kopi hitam dirasa punya peran
penting di saat mata mulai sulit diajak kompromi. Pun demikian, dirasa kurang
baik jika keduanya dikonsumsi dalam jumlah banyak.
Memilih berurusan dengan orang di
dunia maya namun selalu update, dirasa lebih baik daripada berurusan dengan
orang yang nyata namun tidak kelihatan. Jam terbang cukup tinggi, super sibuk. Kalau
kata mereka hidup adalah pilihan, gue tuh setuju banget. Memang,
beberapa hal yang sudah diatur dari atasan yang tidak bisa kita pilih lagi.
Nah, apa yang bisa kita pilih? Ternyata ada hal besar dan yang lebih penting
yang bisa kita pilih. Ia adalah sikap.
Menurut beberapa penelitian, mengkonsumsi
kopi dalam jumlah yang banyak bisa menyebabkan gangguan kardiovaskular dimana jantung akan terasa
berdebar-debar karena dalam kadar tertentu kafein dapat mempengaruhi susunan
saraf pusat di otak. Kafein juga dapat meningkatkan tekanan darah sehingga
tidak dianjurkan untuk penderita hipertensi dan sakit jantung. Sementara
eskrim, menurut sebuah penelitian yang dilakukan UT Southwestern Medical
Center, Amerika Serikat menemukan bahwa lemak dari beberapa makanan seperti
burger dan es krim dapat mempengaruhi otak. Jadi keduanya harus dikonsumsi sesuai kadarnya,
karena bagaimanapun sesuatu yang dikonsumsi berlebihan pastilah tidak akan
baik.
Sikap yang kita ambil dalam
setiap situasi adalah pilihan yang akan mempengaruhi setiap kerja kita. Sikap
yang kita ambil akan mengarahkan semua anggota badan dan pikiran untuk
melakukan hal itu. Bayangkan, jika kita memilih untuk mundur ketika kita
ditetapkan bersama pembimbing skripsi yang jam terbangnya tinggi, atau terkesan
perfeksionis. Ya kita lihat saja, semua hari- hari kita akan mendung. Bahkan untuk membayangkan skripsi saja
mungkin kita sudah tidak berselera, apalagi menyelesaikan. Ya menyelesaikan,
bukan mengerjakan.
Hari ini ada banyak kemasan kopi
yang menarik perhatian. Berbeda dengan zaman dahulu dimana kopi itu memang
hitam pekat dan kita akan menutup mata untuk meminumnya. Campuran kopi dengan
susu atau dengan berbagai minuman lainnya menjadikan kopi tidak lagi pekat dan
tidak hanya ada di warung- warung kopi yang biasa ada di kampung. Dikemas dengan
tampilan yang elegan dan berkesan menjadikan kopi terkenal di semua kalangan,
kecuali anak berusia 10 tahun ke bawah. Dan es krim, dengan warna- warni yang
cukup menarik merelakan seorang anak kecil menangis merengek hanya untuk
mendapatkan es krim centong yang harga seribu dua ribu. Ternyata tidak hanya
anak- anak, orang dewasa pun tentunya tertarik dengan rasa manis bercampur susu
coklat, ditambah ceres, wah nikmat sekali.
Di sisi lain, seseorang yang
memilih sikap untuk bersyukur dengan hadirnya pembimbing skripsi yang demikian,
hari- harinya akan cerah. Ya, cerah. Karena sebenarnya kecerahan itu hadir dari
hati. Hingga bisa kita simpulkan bahwa kitalah yang membuat hari itu menjadi
berwarna pink, kelabu, biru, atau ungu. Dia akan bersemangat menyelesaikan
skripsi dan menemui dosennya kemanapun ia pergi (hoho). Terjatuh,
tejerembab, menangis, sudah menjadi teman keseharian. Tidak hanya itu, tidak
ada keluhan yang keluar dari bibirnya. Bahkan ekspresi wajah datar lebih dipilih
daripada harus menghadirkan wajah tegang.
Kopi dan es krim hanyalah dua
jenis minuman yang bisa menggambarkan suasana hati kita. Tidak untuk
menitikberatkan pada salah satu dari keduanya, namun ternyata keduanya punya
fungsi masing- masing untuk mengekspresikan suasana hati. Mari kaitkan dengan
penyelesaian tugas akhir. Satu hal yang harus kita yakini bersama adalah,
bagaimanapun kita tidak bisa mendahului takdir Allah. Kerjakan saja, berdoa
saja, lalu serahkan saja padaNya.
Kawan, hanya berpikir tidak akan
menyelesaikan urusan, namun hadirkan aksi untuk semua yang telah kita pikirkan.
Action, action, action!
(200912/san)
1 komentar:
Post a Comment