Mustahil satu jama’ah bisa bergerak tanpa ada pemimpin yang mengatur seluruh gerakannya.
Non sense satu jama’ah bisa mencapai visinya tanpa ada pemimpin yang mengawasi dan mengontrol keberjalanan program kerja. Lumrah, banyak hal yang memerlukan kejelasan untuk setiap amal jama’i. Kepada siapa kita akan mengungkapkan kendala atas program yang tidak terlaksana? Kepada siapa kita menyampaikan ide- ide cemerlang kita? Arahan siapa yang akan kita laksanankan? Berangkat dari
background tersebut, sebuah jama’ah membutuhkan pemimpin yang mampu mengayomi semua anggotanya.
Bezzzzzzzz…...
Dalam satu jama’ah, pemimpin diibaratkan seperti kepala bagi tubuh. Artinya, pemimpinlah yang menentukan seluruh tujuan dan disini pula tempat berkumpulnya segala macam informasi. Tugas besar pemimpin adalah memikirkan dan mengkaji setiap masalah yang dihadapi dari semua penjuru. Hingga tidak dipungkiri, keberjalanan roda dakwah sangat dipengaruhi oleh keberjalanan aktivitas yang sehat dalam diri seorang pemimpin. Hingga secara tidak langsung bisa dikatakan bahwa lambatnya perputaran roda dakwah dipengaruhi besar oleh kekurangproduktifan seorang pemimpin.
Woooow….
Nah, bagaimana dengan peran anggota?
Ada pemimpin, pasti ada yang dipimpin. Kesamaan persepsi dan visi oleh pemimpin dan anggota adalah satu hal primary dalam satu jama’ah. Cita- cita besar yang dijewantahkan lewat program kerja hendaknya memiliki sinkronisasi diantara kedua belah pihak hingga ia menjadi kekuatan besar bagi jama’ah tersebut. Anggota yang diharapkan adalah mereka yang memiliki jiwa disiplin dalam setiap gerakannya. Anggota mempunyai kewajiban memberikan nasihat kepada pemimpin ketika itu memanng dibutuhkan. Pemimpin sehebat apapun tanpa disertai oleh anggota yang bertanggungjawab atas perannya, niscaya cita- cita besar nan luhur itu tidak bisa diwujudkan.
Wahai orang-orang yang beriman ta’atlah kalian kepada Allah dan ta’atlah kalian kepada Rasul dan pemimpin di antara kalian." (An-Nisa :59)
Yupp….
Dibalik itu semua, pemimpin adalah inti dari sebuah jama’ah. Hingga ada bagian khusus untuk pemimpin yang dikutip dari buku Al Qiyadah Wal Jundiyah buah pena Syaikh Mushthafa Masyhur.
Hal- hal yang Membantu Terlaksananya Tugas Pemimpin
1. Ikhlas karena Allah semata, selalu bertindak benar dan jujur kepada-Nya.
2. Peka terhadap pengawasan dan penjagaan Allah.
3. Memohon pertolongan dan perlindungan Allah dalam seluruh keadaan dan aktivitasnya.
4. Memiliki rasa tanggung jawab besar.
5. Memberikan perhatian yang cukup kepada masalah tarbiyah dan menyiapkan kader penerus.
6. Terjalinnya rasa kasih sayang dan ukhuwah yang tulus di kalangan anggota organisasi khususnya anggota dan pimpinan.
7. Pimpinan harus benar – benar merencanakan program yang tepat, menentukan tujuan, tahapan, cara, sarana, persiapan – persiapan sesuai dengan kemampuan.
8. Setiap anggota organisasi harus merasakan bagaimana beratnya amanah dan tanggung jawab pimpinan.
9. Pimpinan harus memiliki cita – cita dan tekad berjuang.
Menurut Imam Hasan al-Banna faktor – faktor lain keberhasilan adalah :
1. Kekuatan da’wah kita yang merupakan da’wah Allah, da’wah yang paling tinggi dan mulia.
2. Tujuan yang murni ( ridho Allah ), terbebas dari niat kotor dan mencari keuntungan pribadi.
3. Ketergantungan kita hanya kepada pertolongan dan dukungan Allah. ( Q.S 3 : 173 – 174 ) “Kalian tidak akan terkalahkan karena sedikitnya jumlah kalian, lemahnya sarana dan kurangnya alat – alat pendukung, atau karena banyaknya musuh kalian, berkumpulnya musuh – musuh menentang kalian. Tetapi ada satu sebab yang dapat menghancurkan dan menyebabkan kalian kehilangan segala – galanya, yaitu jika hati kalian telah rusak, Allah tidak memperbaiki amal kalian, suara kalian telah terpecah belah dan saling bertentangan pendapat “.
Sifat Dan Akhlak Yang Harus Dimiliki Oleh Setiap Pemimpin
1. Senantiasa mengharapkan akhirat dengan ikhlas karena Allah semata.
2. Berdaya ingat kuat, bijak, cerdas, berpengalaman dan berwawasan luas, berpandangan jauh ke depan dan tajam, mampu menganalisa berbagai persoalan dari segala segi dengan tepat dan cepat. ( Q.S 3 : 200 )
3. Berperangai penyantun, kasih sayang, lemah lembut dan ramah.( Q.S 3 : 159 )
4. Bersahabat.( Q.S 5 : 54 )
5. Berani dan sportif, tidak pengecut dan membabi buta.( Q.S Al Fath : 29 )
6. Shidiq. ( Q.S Al Ahzab : 23 – 24 )
7. Tawadhu. ( Q.S Asyu’ara : 215 )
8. Memaafkan, menahan amarah dan berlaku ihsan.( Q. S 3 : 134 )
9. Menepati janji dan sumpah setia. ( Q.S Al Fath : 10 )
Adab pergaulan dan perbincangan
Dalam pembicaraan, orang yang pertama mengajak bicara harus menghadap kepada yang diajak bicara, mengucapkan kata-katanya dengan jelas dan wajar. Biasakan tidak berbicara dengan suara yang terlalu lemah sehingga hampir tidak terdengar dan tidak pula dengan suara keras melebihi keperluan sehingga mengganggu. Hindari kata-kata yang menyakitkan hati atau yang tidak pantas diucapkan, seperti caci-maki dan semacamnya. Tidak memotong pembicaraan dan tidak berlarut-larut sehingga menjadi pertengkaran dan perdebatan
1. Saling mempercayai dan berbaik sangka
Suasana ini akan melahirkan iklim kerja sama yang baik dalam melaksanakan seluruh tuntutan dakwah.
2. Saling menasihati
Tidak boleh merasa berat memberi nasihat kepada pimpinan dan pemimpin juga tidak boleh keberatan menerima nasihat baik. Tentunya dalam memberi nasihat juga ada hal-hal yang diperhatikan seperti memberi nasihat dengan cara yang paling baik, dengan diam2, dlsb. Hadist berikut cukup menjelaskan betapa pentingnya nasihat :
Dari Abu Ruqayyah Tamiim bin Aus Ad Daari”Sesungguhnya Rasulullah telah bersabda : Agama itu adalah Nasehat , Kami bertanya : Untuk Siapa ?, Beliau bersabda : Untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin umat Islam, dan bagi seluruh kaum muslim” (HR. Muslim)
3. Saling mencintai dan bersaudara
Persaudaraan karena Allah merupakan asas Amal Jama’i. Tingkat persaudaraan terendah adalah berbaik sangka dan yang tertinggi adalah itsar (mengutamakan saudaranya ataas dirinya sendiri). Dibawah naungan cinta dan persaudaraan ini, kerjasama dan kepercayaan akan mudah diwujudkan dan dapat mencegah timbulnya perpecahan dan persengkataan
4. Mempererat hubungan antara pemimpin dan anggota
Tali hubungan bagi pimpinan laksana urat syaraf dalam tubuh. Apabila mekanisme komunikasi ini lumpuh, maka amal usaha jamaah akan terganggu malah mungkin akan melumpuhkan seluruh gerakan.
5. Tunduk dibawah hukum Allah dan rasulNya
Ini adalah hal yang harus dilakukan pemimpin dan anggotanya sebab ketundukan inilah yang paling kuat dorongannya dalam menyelesaikan segala macam perselisihan apabila dikembalikan kepada Allah dan rasul-Nya ditimbang menurut neraca Kitabullah dan Sunnatur-Rasul. Allah berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An-nisa : 95)
(04/06san dari berbagai sumber)
* Barakallah
kepada akhina
Peri Eka Putra sebagai ketua umum UKMI Ar- Rahman UNIMED periode
2012- 2013. Cita- cita besar hanya akan bisa diraih oleh orang besar dimana
cita- cita besar itu mengakar kuat dalam dirinya. Semoga mampu bekerjasama
dengan baik. Kedekatan hati kepada Rabb adalah kekuatan terbesar untuk
meneruskan estafet dakwah ini.