September, 2014

Fokus pada Impian, Setia pada Proses, Bayar harga di Awal_ __Untukmu; Ayah, Ibu__ 090111/san

Nov 2, 2011

Dilema Sang Guru

“Minggu depan kita ujian”, kata sang guru.
“Wiiih, cepat kali Bu. Ujian ujian aja pun, gerutu seorang siswa.
“Wokkeh, Bu! Mulai dari mana?”, timpal yang lain dengan penuh semangat.
“Bab 3-5 dan dipelajari juga tentang bla bla bla…..”, sambung sang guru.
Dan berikut kisi- kisi soal untuk ujian minggu depan.
********************************************************************************

Dan ujian pun dimulai. Murni harapannya, tidak ada yang curang. Berbagai strategi dilakukan oleh sang guru demi hasil yang memuaskan. Materi sudah diajarkan berulang kali, latihan sudah diberikan, dan saat ini menentukan apakah senyum2 , joke ringan, marah2an, jengkel2an, yang selama ini hadir ketika KBM, berakhir baik atau tidak. Saat ini akan menentukan apakah janji yang terucap ketika pemberian hukuman benar2 terlaksana: belajar dengan rajin.

Pengawasan yang ketat, pemberian kartu merah, hingga pengadaan razia buku dilakukan. So far so good. Hingga di sepuluh menit terakhir, siswa mulai terlihat kasak kusuk. Tidak jauh beda dengan apa  yang terjadi beberapa tahun lalu saat masih sekolah.
“Well, 5 minutes left,” ingat sang guru sambil berjalan mengitari kelas.
“Iiiiiih, cepat kali Bu,” tukas beberapa siswa seraya mengambil kesempatan untuk meminta bantuan kepada temannya.
“Sssstttt, will I give you a red card??”, Tanya sang guru.
Senyap…
Sang guru bingung. Apakah memang siswa tidak mampu menjawab pertanyaan atau hanya merasa kurang percaya diri dengan apa yang sudah dijawabnya.
Time’s up!

Beberapa bernafas lega, tidak sedikit yang mengepalkan tangannya, dan ramai yang menundukkan kepadanya ke meja.
Kasian mereka. Tidak bermaksud untuk menghukum kalian dengan ujian seperti ini, dear. Hanya ingin membentuk kalian menjadi sosok yang cerdas dan soleh :)

Satu persatu kertas ujian diperiksa. Hampir setengah, namun belum menemukan hasil yang memuaskan. Goresan angka 100 bahkan nyaris tidak mungkin hadir. 90? Mungkin.
Lagi- lagi, belum juga menemukan. Bahkan 90 pun tidak. Nyaris tumbang. Semangat!! Akhirnya ditemukan yang dicari. Angka2 indah itu ternyata mampu digoreskan walau berat. Yaaah, berat. Tidak nyangka.
Dan yang lain, apa yang akan dilakukan ?? Ujian2 ulangan yang dibuat juga tidak mampu membantu. Dimana yang harus diperbaiki?

Apakah siswa memang tidak mengerti, atau suasana ujian yang terlalu tegang?? Haruskah sang guru mengangkat nilai siswa hingga mencapai standart?
Beginilah dilemma sang guru. Ketika dihadapkan pada dua situasi yang sulit baginya untuk memutuskan. Apakah nilai siswa akan dibiarkan begitu saja, atau haruskah ada penambahan nilai untuk siswa???
What do you think???
Satu hal yang perlu dipahami bersama, nilai tidak hanya dilihat dari hasil ujian ataupun tugas, namun nilai seorang siswa lebih pada kualitas diri mereka. Sikap dan perilaku. Ingat, ada kognitif, afektif, dan psikomotorik yang selama ini mungkin sedikit terabaikan.
Semoga bermanfaat. (03/11san)


*Dedicated to all my friends in cHampion cycLe

0 komentar:

Post a Comment

 
Baca Juga:
Langganan
Get It