tidak
apa jika menolak sesuatu asal dengan alasan yang jelas dan wajah yang
dipoles sedemikian manis. juga tidak apa menerima pemberian orang lain
terus- menerus asal yang memberi juga selalu memasang wajah yang manis
dan wajah si penerima tidak terlihat penuh dosa. dan lebih tidak apa
lagi jika pemberian seseorang dibalas hingga sang penerima dan pemberi
memiliki wajah yang manis dan penuh tanggung jawab. walau saya tidak
pasti dan tidak punya referensi sebenarnya dimana letak hubungan antara
wajah manis dan sikap bertanggung- jawab. biarkan saja hingga akhirnya
saya sadar diri dan mengabadikan bahwa saya adalah orang yang paling egois sejagad raya.
walau
sesekali saya melirik teman, namun ia hanyalah sekadarnya. cukup sulit
bagi saya untuk menghadirkan wajah yang manis dan penuh tanggung jawab
tadi di saat saya memang tidak demikian.
seperti yang telah saya coret di bagian ini , saya senang mengambil pelajaran dari orang- orang yang secara emosi sangat dekat.
di
sebuah kampus yang penuh rindang, namun saat ini sudah mulai sedikit
penebangan dengan alasan yang saya tidak tahu sepenuhnya. karena memang
saya bukan berkecimpung di bidang tebang- menebang dan saya tidak
dilibatkan di sana. maka jadilah saya berhusnudzhon, mereka sedang
peremajaan pohon. sekian.
di
kampus itu ada teman saya, banyak. namun yang menjadi sorotan saya kali
ini adalah teman yang luar biasa senyumnya. saya saja sebagai seorang
wanita sangat tertarik dengan senyumnya apatah lagi kaum adam. haaaaaah.
tapi bukan ini yang ingin saya sampaikan. di balik senyumnya ternyata
ada selemari masalah. gudang tampaknya terlalu besar untuk ukuran
mahasiswa, jadi saya gunakan lemari untuk mengumpamakan masalahnya.
seringkali saya harus menutup mata seraya bertasbih dengan apa yang dia
lakukan.
saya
menjalani hari- hari dengan semangat, dan dia punya semangat lebih.
saya ceria, dia juga lebih ceria. saya berbasa- basi sekadarnya, namun
dia hadirkan hatinya dalam setiap interaksi yang dia lakukan. hingga
saya terhenyak dan terkejut ketika mengetahui bahwa dia punya banyak problem
di balik itu semua. saya meneguk air putih yang saya bawa dari rumah
dalam sebuah tempat minum yang cukup mahal harganya. hingga saya harus
membuat papan nama disertai nomor hp untuknya agar tidak terjadi hal-
hal yang tidak diinginkan padanya. saya angkat tangan dengan kesabaran
dan keikhlasannaya menjalani lika- liku kehidupan yang kalau
dibandingkan dengan hidup saya yang tidak punya lika- liku alias lurus
saja sangat jauh berbeda.
saya teguk lagi air putih dan menutup pembicaraan. terimakasih.
saya simpulkan, saya dan kamu tidak patut untuk membatasi diri dalam berbuat kebaikan
walau kadang saya merasa diri tidak pantas untuk melakukan itu. dan
kamu mungkin berpikir bahwa orang lain tentu pasti lebih baik dalam
menyelesaikan urusan itu. saya pun menyepakati dengan diri sendiri bahwa
saya harus lebih sering berbagi dan peduli dengan orang- orang di
sekitar lewat apa yang saya punya, bukan lewat punya teman saya. dengan
penuh rasa tanggungjawab dan terhormat, saya sampaikan bahwa hadirnya
diri di dunia kita bukan hanya untuk dinikmati sendiri, namun banyak
diri.
saat diri- diri menanti diri lain, 061012/san
0 komentar:
Post a Comment