September, 2014

Fokus pada Impian, Setia pada Proses, Bayar harga di Awal_ __Untukmu; Ayah, Ibu__ 090111/san

Oct 6, 2012

baik- baik

tidak apa jika menolak sesuatu asal dengan alasan yang jelas dan wajah yang dipoles sedemikian manis. juga tidak apa menerima pemberian orang lain terus- menerus asal yang memberi juga selalu memasang wajah yang manis dan wajah si penerima tidak terlihat penuh dosa. dan lebih tidak apa lagi jika pemberian seseorang dibalas hingga sang penerima dan pemberi memiliki wajah yang manis dan penuh tanggung jawab. walau saya tidak pasti dan tidak punya referensi sebenarnya dimana letak hubungan antara wajah manis dan sikap bertanggung- jawab. biarkan saja hingga akhirnya saya sadar diri dan mengabadikan bahwa saya adalah orang yang paling egois sejagad raya.

walau sesekali saya melirik teman, namun ia hanyalah sekadarnya. cukup sulit bagi saya untuk menghadirkan wajah yang manis dan penuh tanggung jawab tadi di saat saya memang tidak demikian. 
seperti yang telah saya coret di bagian ini , saya senang mengambil pelajaran dari orang- orang yang secara emosi sangat dekat.

di sebuah kampus yang penuh rindang, namun saat ini sudah mulai sedikit penebangan dengan alasan yang saya tidak tahu sepenuhnya. karena memang saya bukan berkecimpung di  bidang tebang- menebang dan saya tidak dilibatkan di sana. maka jadilah saya berhusnudzhon, mereka sedang peremajaan pohon. sekian.

di kampus itu ada teman saya, banyak. namun yang menjadi sorotan saya kali ini adalah teman yang luar biasa senyumnya. saya saja sebagai seorang wanita sangat tertarik dengan senyumnya apatah lagi kaum adam. haaaaaah. tapi bukan ini yang ingin saya sampaikan. di balik senyumnya ternyata ada selemari masalah. gudang tampaknya terlalu besar untuk ukuran mahasiswa, jadi saya gunakan lemari untuk mengumpamakan masalahnya. seringkali saya harus menutup mata seraya bertasbih dengan apa yang dia lakukan. 

saya menjalani hari- hari dengan semangat, dan dia punya semangat lebih. saya ceria, dia juga lebih ceria. saya berbasa- basi sekadarnya, namun dia hadirkan hatinya dalam setiap interaksi yang dia lakukan. hingga saya terhenyak dan terkejut ketika mengetahui bahwa dia punya banyak problem di balik itu semua. saya meneguk air putih yang saya bawa dari rumah dalam sebuah tempat minum yang cukup mahal harganya. hingga saya harus membuat papan nama disertai nomor hp untuknya agar tidak terjadi hal- hal yang tidak diinginkan padanya. saya angkat tangan dengan kesabaran dan keikhlasannaya menjalani lika- liku kehidupan yang kalau dibandingkan dengan hidup saya yang tidak punya lika- liku alias lurus saja sangat jauh berbeda. 

saya teguk lagi air putih dan menutup pembicaraan. terimakasih.
saya simpulkan, saya dan kamu tidak patut untuk membatasi diri dalam berbuat kebaikan walau kadang saya merasa diri tidak pantas untuk melakukan itu. dan kamu mungkin berpikir bahwa orang lain tentu pasti lebih baik dalam menyelesaikan urusan itu. saya pun menyepakati dengan diri sendiri bahwa saya harus lebih sering berbagi dan peduli dengan orang- orang di sekitar lewat apa yang saya punya, bukan lewat punya teman saya. dengan penuh rasa tanggungjawab dan terhormat, saya sampaikan bahwa hadirnya diri di dunia kita bukan hanya untuk dinikmati sendiri, namun banyak diri.

saat diri- diri menanti diri lain, 061012/san


0 komentar:

Post a Comment

 
Baca Juga:
Langganan
Get It