Oleh: Ust. Shafwani
Cara
menghadirkan kekhusyukan dalam shalat:
1. Mengingat
kematian
Sabda Rasulullah: Ingatlah kematian dalam shalatmu, sesungguhnya
orang yang mengingat kematian dalam shalatnya, niscaya ia akan berusaha untuk
menyempurnakan shalatnya.
2. Memahami
makna bacaan shalat
Imam
Muslim dalam Shahihnya meriwayatkan dari Hudzaifah radliyallah 'anhu,
berkata,
"Suatu
malam aku shalat bermakmum kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau
membaca Al-Qur'an dalam shalatnya dengan berlahan (tidak tergesa-gesa). Apabila
beliau sampai pada ayat yang mengandung tasbih, beliau bertasbih. Apabila
sampai pada ayat yang mengandung permintaan, beliau meminta (berdoa). Dan
apabila sampai pada ayat yang mengandung perlindungan, beliau berta'awwudz
(memohon perlindungan)." (HR. Muslim, no. 772)
3. Mengulang-
ulang bacaan shalat
Sa'id
bin 'Ubaid al-Thaiy telah meriwayatkan sebuah atsar, ia pernah mendengar Sa'id
bin Jubair mengimami pada bulan Ramadlan. Pada shalat tersebut, Sa'id hanya
membaca ayat berikut ini secara berulang ulang,
"Kelak mereka akan
mengetahui,ketika belenggu dan rantai dipasang di leher mereka, seraya mereka
diseret, ke dalam air yang sangat panas, kemudian mereka dibakar dalam
api." (QS. Al-Mukmin: 70-72)
Al-Qasim telah meriwayatkan bahwa
dia pernah melihat Sa'id bin Jubair melakukan qiyamullail dengan hanya membaca
ayat,
"Dan peliharalah dirimu dari
(adzab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan
kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap
apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya
(dirugikan)." (QS. Al-Baqarah: 281) dan beliau mengulang-ulang bacaan ayat
ini sampai 20 kali lebih.
Seorang laki-laki dari Bani Qais
yang dikenal dengan Abu Abdullah telah meriwayatkan, "Pada suatu malam
kami menginap di rumah Al-Hasan (al-Bashri), maka di tengah malam ia bangun dan
shalat. Dan ternyata yang dibacanya hanyalah ayat berikut secara berulang-ulang
hingga waktu sahur, yaitu firman Allah,
"Dan Dia telah memberikan
kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika
kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghitungnya. Sesungguhnya
manusia itu, sangat dzalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)." (Qs.
Ibrahim: 34)
Pada pagi harinya kami bertanya,
"Wahai Abu Sa'id, mengapa engkau tidak melampaui ayat ini dalam bacaan
sepanjang malam?" Al-Hasan menjawab, "Aku memandang ayat ini
mengandung pelajaran yang mendalam. Karena tidaklah aku menengadahkan pandangan
mataku dan tidak pula menundukkannya, melainkan pasti melihat nikmat. Sedangkan
nikmat-nikmat Allah yang belum diketahui, masih sangat banyak."
(Al-Tadzkirah, karya Imam al-Qurthubi, hal. 125)
Syaikh Muhammad bin Shalih
al-Munajjid juga menjelaskan bahwa meragamkan bacaan surat, ayat, dzikir, dan
do'a dalam shalat bisa membantu menghadirkan kekhusyu'an. Namun, kekhusyu'an
ini tidak akan diperoleh kecuali oleh orang yang mengetahui maknanya dan
memahami kandungannya, sehingga ketika ia membacanya seolah dia sendiri yang
bermunajat dan meminta kepada Allah secara langsung.
Berikut ini kekhusyu'an
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam shalatnya sehingga tumbuh rasa
takutnya kepada Allah sampai-sampai air mata beliau tertumpah membasahi bumi.
Diriwayatkan dari 'Atha, dia dan 'Ubaid bin 'Umair pernah datang menemui
'Aisyah radliyallah 'anha. Kemudian 'Ubaid berkata, "Ceritakanlah kepada
kami hal yang paling menakjubkan yang pernah Anda lihat dari Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam?"
'Aisyah menangis lalu becerita,
"Pada suatu malam Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bangun, lalu
berkata, "Hai 'Aisyah biarkan aku menyembah Tuhanku malam ini,
sesungguhnya aku suka dekat denganmu dan aku menyukai apa yang engkau
sukai."
'Aisyah melanjutkan kisahnya,
"Sesudah itu beliau bangkit dan berwudlu', lalu berdiri untuk shalatnya. Beliau
terus-menerus menangis dalam shalatnya sehingga pangkuannya basah, dan terus
menangis hingga tanahnya basah. Setelah itu Bilal datang untuk memberitahukan
akan masuknya waktu Shubuh. Tetapi, setelah Bilal melihat beliau menangis, maka
ia bertanya, "Wahai Rasulullah, Anda menangis, padahal Allah sudah
mengampuni semua dosamu yang terdahulu dan yang kemudian?" Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam menjawab,
"Tidak bolehkan aku menjadi
hamba yang banyak bersyukur? Sesungguhnya malam ini telah diturunkan kepadaku
beberapa buah ayat. Celakalah bagi orang membacanya tapi tidak memikirkan makna
yang terkandung di dalamnya: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan
bumi . . . (QS. Al-Baqarah: 164) seluruhnya." (HR. Ibnu Hibban dalam
Shahihnya. Al-Albani dalam Al-Shahihah, no. 68, menyatakan sanad hadits ini
jayyid –baik-)
Mengetahui dan memahami makna apa
yang dibaca di dalam shalat menjadi sarana wajib untuk bisa merenungkan dan
mentadabburi setiap gerakan dan zikir-zikir dalam shalat. Dari perenungan dan
tadabbur yang mendalam ini akan memunculkan sentuhan jiwa sehingga matapun akan
bisa menangis. Allah berfirman tentang Ibadurrahman,
"Dan orang-orang yang
apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Rabb mereka, mereka tidaklah
menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta." (Q.S Al-Furqan 73)
Imam Ibnul Qayyim dalam kitabnya
Al-Shalah, pernah menyatakan: "Ada satu hal ajaib yang dapat diperoleh
oleh orang yang merenungi makna-makna Al-Qur'an. Yaitu keajaiban-keajaiban Asma
dan Sifat Allah. Itu terjadi, tatkala orang tadi menuangkan segala curahan iman
dalam hatinya, sehingga ia dapat memahami bahwa setiap Asma dan Sifat Allah itu
memiliki tempat (bukan dibaca) di setiap gerakan shalat. Artinya bersesuaian.
Tatkala ia tegak berdiri, ia dapat menyadari ke-Maha Terjagaan Allah, dan
apabila ia bertakbir, ia ingat akan ke-Maha Agung-an Allah."
Wallahu a'lam bishawab.
2 komentar:
teh, boleh izin di share? :')
tafadhali ukhti :)
Post a Comment