pernah saya serasa dihadapkan pada
sesuatu yang menurut saya tidak
sanggup untuk menghadapinya lalu saya tunduk seraya mundur sambil angkat
tangan menjauh dari sesuatu itu
berharap besar bahwa seseorang akan menggantikan saya mengambil sesuatu
itu. namun akhirnya tak seorangpun yang merelakan dirinya menerima
sesuatu itu walaupun ganjaran yang diberikan sangat besar. pelan- pelan
saya terima sesuatu itu sambil menghadirkan hati yang sabar, ikhlas,
senyum, ceria, dan cengar- cengir. saya mendeklarasikan bahwa sesuatu
itu pastilah sudah disesuaikan dengan kapasitas kita.
lalu
saya melihat apa yang selanjutnya terjadi pada diri saya dan teman-
teman yang memiliki nasib yang tidak jauh berbeda dengan saya namun
pastinya ada perbedaannya. saya dengan senang hati menjalankan kewajiban
saya disertai dengan garuk- garuk kepala yang menandakan saya tidak
ahli dan cerah menyelesaikannya. sambil sesekali saya melihat tanggal di
kalender haji yang merupakan souvenir dari lembaga manasik haji bunda
saya. alhamdulillah beliau dan ayah sudah menjalankan ibadah haji dengan
perjuangan yang tak terkisahkan di sini. ya, karena memang tulisan ini bukan untuk mengisahkan tentang hal itu. haaaaaaah.
di paragraf sebelumnya tentang
kalender yang sering saya perhatikan. mata saya tertuju pada angka 7 dan
8, atau 14 dan 15, atau tanggal berapapun itu yang tepat di hari sabtu
dan ahad. jangan heran jika saya yang bisa dikatakan mahasiswa yang
rajin dan gemar belajar di kampus, namun saya lebih sering memikirkan
kedua hari itu dibandingkan hari- hari aktif kuliah. maka jadilah saya
seperti dikejar- kejar sesuatu jika kedua hari itu sudah di depan alis
mata. selalu saja ada program besar di sana, ya masih terkait sesuatu
tadi yang saya jelaskan di paragraf pertama. jadilah saya orang yang
paling ramah dan baik hati untuk menghubungi teman- teman, adik- adik,
dan kakak- kakak menanyakan kabar mereka dan sekaligus promosi acara-
acara yang bakal kami suguhkan untuk mereka di kedua hari itu. saya yang
sebenarnya tidak begitu lihai berbasa- basi, karena menurut saya itu gak gue banget, namun mau tidak mau saya harus mau. menyangkut masa depan umat bung! haaaaaaaah.
menurut
saya, dari kotak hati yang paling dalam, sesuatu itu bakal
dipertanggungjawabkan. kalau tidak paham akan hal ini tentu saya akan
lebih memilih untuk nongkrong diri di bawah pohon sawo tetangga
sambil bercerita dengan sang nenek yang begitu perhatian. namun ada
dorongan kuat yang membuat saya tidak ingin bersenang- senang di saat
umat membutuhkan. haaaaaaaah, lagi lagi saya serasa ingin menghibur diri. maaf.
untuk menjalankan sesuatu itu saya benar- benar harus menguasai perasaan
dan memanajemen gesekan- gesakan hati yang mudah saja menjelma dalam
berbagai bentuk dan saat- saat yang tak menentu. saya jujur sekali tidak
bisa menghindari konflik- konflik dalam jejak langkah menyelesaikan
sesuatu itu. saya terus saja melangkah karena bisa jadi puncak itu sudah
semakin dekat. dan ketika saya nikmati perjalanan menjalankan sesuatu
itu, ternyata indah sekali. saya semakin memahami diri sendiri, orang
lain dan sekitarnya. saya semakin sadar diri akan kekurangan dan
keterbatasan diri. tapi saya juga semakin menemukan potensi dan
kelebihan diri yang bisa diandalkan untuk kemaslahatan umat, haaaaah lagi- lagi saya minta maaf.
saya memang ingin sedikit membiasakan diri mengenal diri dan melejitkan
potensi hingga manfaat itu bisa saya berikan sebesar- besarnya.
terselip harapan dalam diam bahwa
saya harus mampu menjalankan sesuatu itu dengan baik hingga berakhir dan
diberikan kepada orang yang lebih baik di generasi berikutnya.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu
mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu
mengetahui” (QS Al-Anfaal 27).
saat dia berkata, berat
061012/san
0 komentar:
Post a Comment