Benar, ada
peraturan di rumah ini yang membuat kami lebih terjaga.
Semakin hari
semakin besar rasa cintaku pada rumah ini, pun kepada semua penghuninya. Rasa
cinta yang didasari oleh kenikmatan beribadah bersama, saling menasihati satu
sama lain, hingga kebiasaan- kebiasaan di rumah ini terbawa dalam keseharianku
baik dalam keadaan ramai ataupun sendiri. Yaaahh, walau kata mereka
jangan pikirkan apa yang sudah diberi rumah ini padamu tapi apa yang sudah kau
berikan untuk rumah ini. Satu hal, rasanya aku masih lebih banyak menerima
daripada memberi. Maap maap.
Kalau di RumahKedua
dijelaskan gimana aku bisa get trapped namun malah bersyukur karena
tempat ini sangat indah, maka disini akan sedikit kujelaskan tentang interaksi
kami dalam rumah ini. Culture schock? Haaah, bisa jadi semacam
itu. Mmmh, setelah dipikir- pikir ini juga termasuk faktor pendukung
hingga kami masih bisa terus terjaga. Bayangin aja, kalo kami syura’/
rapat itu pake hijab/ pembatas segala. Wah, belum lagi suara temen- temen
akhwat yang lumayan sayup- sayup ditambah dengan desingan peluru, eh
kendaraan yang silih berganti sedikit merusak konsentrasi kami. Tapi tampaknya
gak ada yang peduli, pun kakak/ abang itu. Syura’ lanjut terussssssssss.
Tampaknya mereka sudah sepaham. Wah, aku yang gak ngerti- ngerti
ya memilih diem daripada semakin memperkeruh suasana yang sudah keruh duluan.
Gak
cuma di syura’, ikhwan- akhwat ini juga sangat menjaga baik ketika di
depan mading, di jurusan, atau berpapasan di tengah jalan. Yaah, aku sih
dulunya risih banget sama yang begituan. Biasa aja kale..
haaah, Tapi itu mah dulu. Sekarang aku udah ngerti kenapa
mereka begitu dan aku pun perlahan mengikut.. asyik rupanya.
Aku kemudian
menemukan satu peraturan lagi di rumah ini. Ini yang jadi inti tulisan ini. Ya,
ada aturan dalam interaksi setiap penghuni rumah. Entah darimana datangnya, gak
ada tertulis di AD/ ART yang waktu Musyar kemarin sempat kebaca bentar, gak
ada ditempel di base camp, dan gak ada acara khusus sosialisasi
peraturan itu. Jadi darimana??? Huaaaaaaaa… Akupun dapatnya dari teman
dekat yang kebetulan dia dekat sama atasan.
Dan ini sudah
kami aplikasikan bersama, dan Alhamdulillah ada perbaikan dalam diri kami. Ya
kami, termasuk aku. Kami yang dahulunya di atas jam 10 malam masih melanjutkan
pembahasan progja dengan antara ikhwan- akhwat (maklum saking muncak2nya semangat), sekarang tak lagi. Kami yang
dahulu di atas jam 9 malam masih asyik berkutat di depan laptop ditemani oleh
temen- temen di facebook, lalu saling komen2an antar ikhwan- akhwat, eh
Alhamdulillah sekarang gak lagi. Kami yang dahulunya jam 10 malam masih
keluyuran gak jelas, Alhamdulillah sekarang sudah duduk manis dengan
keluarga (yang ngekost ya sama temen kostnya). Yaah, luarbiasa kan? Ini
juga yang membuatku betah tinggal di rumah ini. Banyak perubahan dalam
diriku yang buat emakku juga senyum- senyum melihatku. Seneng deh.
Lantas, apa sebenarnya bunyi
peraturan itu? Kurang lebih begini,
Interaksi ikhwan akhwat:
Bertemu dan komunikasi langsung dibatasi sampai
jam 6 sore, komunikasi via sms/ telp/ ym/ termasuk jejaring sosial lainnya
sampai jam 9 malam.
Yaah, gak kaku juga dong. Kalo misalnya ada keperluan mendadak ya tidak apa- apa. Asalkan dibicarakan dulu sama pihak yang berwajib.
Yaah, gak kaku juga dong. Kalo misalnya ada keperluan mendadak ya tidak apa- apa. Asalkan dibicarakan dulu sama pihak yang berwajib.
Mmmh,
kalo coba ditelisik, kenapa mesti gitu kali ya? Aku ya termasuk orang
yang protes di awalnya. Secara aku kan orangnya dari pagi sampe sore sibuk, trus
sampe rumah udah capek, istirahat dan tengah malam baru bangun.
Makanya aku hanya punya waktu malam untuk balas komen2 temen- temen di facebook,
termasuk komen penghuni rumah yang ikhwan.
Lalu
dijelaskanlah sama kakak/abang itu. Bla bla bla…….. Huaaaaaaaaaa,
syaitan lebih gencar dan mudah menggoda kita di malam hari. Ok, ok. Paham-
paham.
Alhamdulillah,
ini direspon baik sama orang- orang di rumah ini. Walau tak jarang ada yang ngasi-
ngasi umpan juga di tengah malam via status fb atau share informasi. Ini
nih kesukaanku. Ngasi umpan kan gak salah, yang salah tu ikan yang makan
umpannya. Haaah.. Tapi untuk ngasi komentar dan sebar sesuatu di wall non-
mahram insya Allah terus dijaga untuk tidak sampai terjadi.
Hei, gimana
dengan status, komentar, serta bisnis- bisnis lain di jejaring sosial itu yang
gak bermanfaat sama sekali? Bahkan sampai lebay gitu? Waah, ternyata diatur juga di rumah ini. Yaah, secara
kita kan mahasiswa muslim yang cerdas dan sholeh, pastinya tiap apapun yang
kita laksanakan udah dipikirkan terlebih dahulu kebaikan dan keburukannya.
Aku terus
belajar dari orang- orang 'hebat' di rumah ini. Aku sangat menghindarkan kata
‘sesepuh’ karena bagiku konotasinya kurang baik. Kalau dilihat- lihat, kami jauh berbeda dari mereka. Mulai
dari militansi (kata ini maknanya sangat dahsyat. Monggo nanya om Google
artinya. Aku aja baru dapat kosakata ini setelah lama menjadi penghuni rumah
ini), hingga ukhuwah.
Yaah, kata mereka sih ukhuwah yang sudah kuceritakan sebelumnya di Rumah Kedua belum seberapa dibandingkan dengan aplikasi pemahaman ukhuwah diantara mereka dahulu ketika tinggal di rumah ini.
Yaah, kata mereka sih ukhuwah yang sudah kuceritakan sebelumnya di Rumah Kedua belum seberapa dibandingkan dengan aplikasi pemahaman ukhuwah diantara mereka dahulu ketika tinggal di rumah ini.
Baiklah. Edisi Interaksi dirasa
cukup. Bersiap menyambut edisi berikutnya.
Semoga
Allah memberi keistiqomahan pada kita dalam menjalankan apa- apa yang BAIK
dengan BENAR.
(si 'aku' bisa siapa saja)
0 komentar:
Post a Comment