September, 2014

Fokus pada Impian, Setia pada Proses, Bayar harga di Awal_ __Untukmu; Ayah, Ibu__ 090111/san

Jan 23, 2012

.Kita Masih Normal.

Hei, kau yang di sana. Sadarkah bahwa saatnya engkau menjadikanku teman hidupmu?
Sudah saatnya, bro! Masak sampai sekarang masih saja sibuk mikirkan yang lain. Kita kan udah sah. Cobalah lirik sejenak. Masa yang kau tunggu2 sudah tiba. Kehidupa yang lebih baik akan kau hadapi jika menjalani ini dengan serius. 
Lihat kawanmu yang di sana. Begitu menikmatinya. Semua pikirannya dikerahkannya untuk menyelesaikanku. Tapi kau? Aneh.

Hei, jangan sembarangan. Aku juga menikmati kehadiranmu dalam kehidupanku. Tapi cara kami berbeda. Beda, boy! Menikmati bukan berarti harus selalu bersamanya kan? Sedangkan cinta saja tidak harus memiliki apalagi yang ini. Tunggu saja aksiku nanti. Kan kuselesaikan ini dengan cara professional, seperti yag sudah kupelajari selama 7 semesteer ini.

Yeee, kau lihat di sana. Dia sudah ACC, bahkan beberapa ada yang sudah seminar, engkau?

Aku nyaris. Haha. Tolonglah jangan dibandingkan. Satu hal yang pasti dan harus kau ingat, aku akan wisuda dengan NORMAL. Itu saja.
Nah, kau tahu. Untuk mencapainya, aku punya cara tersendiri. Banyak jalan menuju Tokyo, kawan! Dan banyak cara juga untuk bisa dyving, dan tentu banyak cara juga untuk menyelesaikanmu. Bukan aku tidak serius, aku hanya tidak ingin mengikut jalan normal untuk mencapai wisuda dengan NORMAL. Kau pikir aku tidak memikirkanmu? Hah, mana mungkin. Aku bahkan kebanyakan mikir hingga kurang aksi. Haha. 

Itu dia yang sejak awal membuatku sedikit enggan berurusan denganmu. Terlalu sepele kubilang. Selalu buat kerjaan mendadak, hasilnya? Aku hanya ingin kau bisa seperti teman2mu yang menatap jauh ke depan.

Eitts, kau bilang aku pikir pendek? Jangan salah, bro. Aku malah punya planning panjang yang lebih baik dari mereka. Kalaulah aku tidak meyelesaikan urusanku denganmu hingga Oktober ini, biaya kuliah, transportasi, konsumsi, kontrakan dkk bakalan berlanjut. Aku tidak mau itu. Kuyakinkan kau, bahwa aku begitu sayangnya pada orangtuaku. Kuyakinkan kau, hubungan kita tidak akan berlanjut hingga masa itu. Tidak lebih. Kau tahu setelah itu? Aku akan berbeda dari yang lain. 

Oooppss, ada yang marah. Tenang mas, aku hanya kesal saja dengan yang lain. Bisakah kau lebih banyak bertindak daripada berpikir? Aku malu jika ditanyakan tentang perkembanganku, nyaris tak berkembang. Kerdil. Tirus. Engkau terlalu sibuk dengan urusanmu yang lain. Tak bolehkah kau hentikan itu dulu dan fokus menemani aku?
Ggggrrrr… Untuk yang satu itu memang tidak bisa bro. Akan kucoba seimbangkan tanpa menzholimi siapapun dan apapun. Trust me, tightly. Ok! J
Hmm, tidak bisa tersenyum dengan keadaanku yang masih seperti ini tanpa perhatian darimu. Kumohon jangan biarkan aku tergantung- gantung. Yang sudah dimulai, akhiri! Tanggungjawab lah, boy..
Kan sudah kubilang, kau pasti akan kuselesaikan. Tidak perlu melirik ke sana ke mari. Terlalu memikirkan perkataan orang lain hanya akan membuatmu terkungkung. Kau tahu kisah seorang anak dan bapak yang memiliki seekor kedelai tua?  Ikuti kata hatimu, bukan kata orang lain. Kau tahu aku masih baik kan? Kata hatiku kupastikan juga baik. Sekarang izinkan aku menikmati kehaddiranmu dengan cara yang berbeda dari kebanyakan. Aku tak ingin menyiakan sisa satu semester ini hanya berkelut denganmu. Aku ingin terbang, mau ikut?
.SKRIPSI, Enjoy your seat.

0 komentar:

Post a Comment

 
Baca Juga:
Langganan
Get It