September, 2014

Fokus pada Impian, Setia pada Proses, Bayar harga di Awal_ __Untukmu; Ayah, Ibu__ 090111/san

Dec 11, 2011

PEMIRA UNIMED 2011: Mencari Sosok Pemimpin Berkarakter

Pemilihan Raya (PEMIRA)UNIMED 2011 akan berlangsung pada tanggal 15 Desember 2011, di minggu terakhir perkuliahan. Memberi keseriusan untuk Sebuah event yang akan menentukan kondisi kampus setahun ke depan ini tidaklah suatu hal yang dianggap tidak bermanfaat. Berbagai persiapan telah dilakukan dalam menyongsong ‘perhelatan akbar’ini. Sejak tanggal 05- 08 Desember 2011, telah dibuka pendaftaran para calon kandidat baik untuk Senat Mahasiswa Universitas (SEMA), Senat Mahasiswa Fakultas (SEMAF), maupun Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (BPMF). Dengan melengkapi berbagai persyaratan yang telah ditentukan, akhirnya pendaftaran ditutup pada hari Kamis pukul 16.00 wib.

Continuous Improvement. Itulah yang menjadi salah satu alasan mengapa kita mengadakan pergantian pemimpin setiap tahunnya. Harapan yang selalu digantungkan oleh semua civitas akademika kampus ini seolah menjadi satu cambuk besar bagi para calon pemimpin yang akan duduk di kursi- kursi yang émpuk’itu. Berharap bahwa nasib mereka akan lebih diperhatikan oleh pemimpin yang baru bukanlah hal yang sia- sia. Dengan sedikit mendengarkan sedikit suara mereka, bahwa ternyata kini kita butuh pemimpin yang berkarakter

Selanjutnya, khusus di Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) akan diadakan debat kandidat yang akan dilaksanakan pada hari Senin, 15 Desember 2011.  Kegiatan ini akan berlangsung dalam 3 session, pertama SEMA, SEMAF, dan akan diikuti oleh kandidat BPMF. Tidak tanggung- tanggung, panitia sudah mengundang sekelompok pemerhati yang diturunkan langsung dari jajaran Pembangtu Rektor. Tentu ini menjadi satu nilai plus untuk fakultas ini dalam hal penanaman jiwa berpikir kritis di kalangan pemimpin. Dan satu hal yang menarik lagi, tema yang diangkat panitia tidak jauh- jauh dari apa yang selama ini sedang panas- panasnya dibicarakan: (kira- kira seperti ini) “Revitalisasi jiwa pemimpin yang berkarakter.” Untuk itu, setiap kandidat harus menyampaikan pendapat masing- masing dan kemudian bakal ada session tanya jawab seputar tema yang telah disosialisasikan sejak kandidat mendaftarkan diri menjadi calon pemimpin.

Berbicara tentang karakter seolah tidak ada habis- habisnya. Di sekolah, di kampus, bahkan di masyarakat kata ini sudah badly famous. Jika dikaitkan dengan pemimpin, ada 3 ciri yang dimiliki oleh pemimpin yang berkarakter. 

Pertama, memimpin dengan keunggulan. Seorang pemimpin hanya akan mampu membawa organisasi atau kelompok yang dipimpinnya jika kegiatan yang dilakukannya menghasilkan hal- hal yang produktif dan berkualitas. Pemimpin seperti ini akan memiliki sense of purpose, memiliki visi dan tujuan yang jelas sehingga setiap keputusan dan tindakan yang diambil selalu terencana dan memiliki dampak yang terukur. Setiap capaian-capaian yang dihasilkan selalu dievaluasi sehingga sekecil apapun kelemahan dan kekurangan yang terjadi akan secepatnya dapat diperbaiki. (12/12san)

To be continued…
Zzzzzz *_.

Kedua, memimpin dengan profesional.
Profesionalitas menjadi kata kunci bagi siapa pun atau institusi apa pun yang ingin maju. Mengapa sikap profesionalitas ini penting? Karena dunia kita ini terus berkem­bang dan tantangan-tantangan yang semakin kompleks. Tanpa dibarengi dengan peningkatan kemampuan para pemimpinnya  maka bersiaplah untuk tersisih dari persaingan. Menjadi pemimpin berarti menjawab sebuah panggilan. Karena itu, pemimpin harus bersikap dan bertindak profesional, sadar akan panggilannya. Konsekuensinya, setiap pemimpin harus mengembangkan diri agar cakap dalam memimpin.

Seorang profesional adalah orang yang menyadari betul arah hidupnya, mengapa dia menempuh jalan itu, dan bagaimana caranya dia harus menuju sasarannya. Pemimpin seperti ini menyenangi pekerjaannya karena bisa mengerjakannya dengan baik. Seorang profesional adalah seorang yang senantiasa siap siaga dengan gagasan bila diperlukan, ditambah dengan ratusan  gagasan lainnya sekalipun tidak ada orang yang meminta daripadanya. Pemimpin yang profesional adalah seorang yang mau bekerja keras untuk mencapai tujuannya.

Dalam konteks saat ini, terlepas dari pro dan kontra yang ada, menurut saya, pernyataan Sri Mulyani baru-baru ini yang mengakui bahwa pengunduran dirinya dari jabatan Menteri Keuangan karena ia tidak dikehendaki lagi oleh lingkungan politik, mencerminkan sudut pandang dari seorang profesional. Dia melihat kariernya tak diukur dari politik melainkan kinerja dan kesuksesan serta dari kacamata profesional dan jabatan profesional. Akhirnya, orang tahu bahwa dia memiliki karakter kuat, tidak mau didikte dan tidak mau berkompromi, tegar, tidak emosional, profesional di bidangnya dan telah mengambil sebuah keputusan elegan setelah merasa tidak dibutuhkan lagi dalam kancah perpolitikan di Indonesia.

Ketiga, memimpin dengan kepedulian
Dalam lembaran sejarah biografi Panglima Besar Jenderal Sudirman, kita dapat membaca bahwa kebahagiaan pemimpin adalah kebahagiaan tatkala berjuang bersama sahabat-sahabat lain dalam bergerilya di hutan-hutan untuk menghadapi Tentara Belanda dan Sekutu meski penyakit yang dideritanya semakin parah. Sejak dilantik oleh Presiden Soekarno pada 25 Mei 1946 sebagai Panglima Besar TKR (Tentara Keamanan Rakyat), Jenderal Sudirman segera bergerak mempertahankan setiap jengkal tanah pertiwi, pada saat itulah untuk pertama kalinya tentara Republik Indonesia memiliki pucuk pimpinan yang menyatukan seluruh komando.

Itulah awal tentara Republik Indonesia menjadi organisasi tentara yang teratur, solid, kokoh, dan kuat. Jenderal Besar Sudirman mengamatkan kepada seluruh tentara dan rakyat Indonesia untuk memiliki jiwa yang bersih dan suci demi meraih cita-cita yang diidamkan, yakni kemerdekaan yang utuh. Kemerdekaan yang utuh menurut Jenderal Sudirman dalam pidatonya yang disebarluaskan oleh harian Kedaulatan Rakyat pada tanggal 5 Juli 1946 adalah kemerdekaan 100 persen.

Di depan Tentara Keamanan Rakyat, dalam pidato pertamanya Beliau mengatakan ”Hendaknya perjuangan kita harus kita dasarkan pada kesucian. Dengan demikian,perjuangan lalu merupakan perjuangan antara jahat melawan suci. Kami percaya bahwa perjuangan yang suci itu senantiasa mendapat pertolongan dari Tuhan. Apabila perjuangan kita sudah berdasarkan atas kesucian,maka perjuangan ini pun akan berwujud perjuangan antara kekuatan lahir melawan kekuatan batin.Dan kita percaya kekuatan batin inilah yang akan menang. Sebab, jikalau perjuangan kita tidak suci, perjuangan ini hanya akan berupa perjuangan jahat melawan tidak suci,dan perjuangan lahir melawan lahir juga, tentu yang akhirnya si kuat yang menang.Telah diakui oleh beberapa pemimpin perjuangan di berbagai tempat,bahwa kemunduran dan kekalahan yang diderita oleh barisan yang berjuang itu di manakala anggota-anggota barisan tadi mulai tidak suci lagi dalam perjuangannya dan rusuh dalam tingkah laku dan perbuatannya,’’

Keteladanan seperti inilah yang menjadikan seorang pemimpin memiliki integritas dimata orang lain, menjadi inspirasi bagi pemimpin-pemimpin yang hidup sesudahnya. Sosok seperti beliau tidak sekedar dipercaya (trust) tetapi diharapkan dan dinantikan kehadirannya. Dari dulu hingga saat ini semua rakyat cinta dan rindu akan kehadiran sosok-sosok pemimpin seperti beliau, pemimpin yang selalu peduli pada masa depan bangsa ini, peduli pada nasib seluruh rakyat Indonesia untuk bebas dan merdeka, mampu menghadirkan inspirasi dalam setiap aktivitasnya.

Tiga karakteristik tersebut secara singkat memberikan kepada kita pelajaran bahwa serorang pemimpin yang berkarakter selalu menghadirkan perubahan dimanapun berada. Pemimpin berkarakter mampu memberikan solusi dalam setiap problem yang ada. Pemimpin berkarakter selalu dikenang dan menjadi rujukan karena mampu mewariskan sebuah budaya unggul  “a culture of excellence” yang menjadi inspirasi bagi orang lain. (15/12san dari berbagai sumber)

0 komentar:

Post a Comment

 
Baca Juga:
Langganan
Get It