Lingkaran kecil ini adalah base dari sebuah
pergerakan. Rasakan efek luarbiasa yang diberikannya ketika ia termanage dengan baik. Raga yang bergerak
tanpa ruhiyah yang kuat, rentan. Bukan hal yang mustahil, ketika tidak ada rasa
kebutuhan akan sebuah lingkaran itu, seseorang akan down. Saat lingkaran itu sudah tidak lagi dirindukan, besar
kemungkinan keinginan untuk meningkatkan capability
akan hilang. Merasa sudah hebat hingga tidak butuh sebuah siraman rutin, pupus.
Saat hati tidak lagi memberikan satu prioritas untuk agenda menuntut ilmu ini,
musthail seseorang akan akan tergerak hatinya untuk kajian keilmuan yang lain.
Ia akan semakin jauh dari kebiasaan membaca buku, bersilaturahmi, hingga amalan
sunnah. Ia akan cenderung lebih extra
protective dari sekeliling (jama’ah), atau bahkan semakin menunjukkan rasa
bangganya akan kesalahan yang sama berulang kali.
Ini adalah fenomea yang sangat dikhawatirkan.
Menjadi satu pertanyaan besar, dimana peran departemen kaderisasi ketika
seorang top leader pun berpaling
dengan rasa bangganya?
Ya, bukan saatnya menyalahkan siapapun, toh kita
akan kembali pada pemahaman bahwa Allah lah penggenggam hati- hati kita. Jadi
tidak ada hak sedikit pun bagi siapapun untuk menjamin saudara yang lain tetap
istiqomh. Fa idza azamta fatawakkal
‘alallah…
Militansi seseorang bukan dilihat dari kerja
kerasnya dalam satu event besar tanpa diimbangi dengan niat yang benar.
Kekuatan ruhiyah tidak cukup hanya ketika seseorang memenuhi target2 amalan
yaumiyah secara personal tanpa ada
distribusi kebaikan kepada yang lain. Militansi dan kekuatan seorang ikhwah
akan tampak ketika dia terus berupaya keras untuk menjaga setiap pikiran,
ucapan, dan perbuatan.
Pikiran selalu positif untuk setiap keadaan.
Sulit menemukan dia berada diantara orang- orang yang selalu menerka- nerka.
Kata- kata yang dia keluarkan adalah hikmah, tidak menyakitkan. Perbuatannya, Subhanallah, tidak pernah berpikir apa
yang akan dikatakan orang lain, namun apa yang akan Allah nilai atas
perbuatannya. Orientasinya adalah semata- mata karena Allah hingga apapun yang
terjadi dikembalikannya kepada Allah. Berbagai problem yang dihadapinya tidak dengan serta merta menjadikan
ia berbalik ke belakang karena sesungguhnya ia memiliki landasan yang kuat atas
apa yang dia perbuat.
Ikhwah, semakin kita bangga dengan kesalahan dengan yang kita
perbuat maka secara tidak langsung kita bangga dengan menjauhnya Allah dari
kita. Kesungguhan untuk memperbaiki diri menunjukkan bahwa kita ingin Allah
selalu menjaga dalam setiap desah nafas. Hadirkan kembali masa- masa awal ketika kita merasa nikmat dengan hijab
yang rapi, tilawah yang continue,
shalat malam yang terjaga, bahkan saat di awal ketika kita belajar untuk
menundukkan pandangan. Dan itu semua terangkai rapi dalam sebuah lingkaran yang
kita namakan ‘halaqoh’. (08/0612san)
Beberapa minggu menuju PPLT’ 12. Adinda, istiqomah- lah!
"Maka istiqamahlah (kamu) sebagaimana yang Aku
perintahkan…" (Qs. Hud: 112).
0 komentar:
Post a Comment