Alhamdulillah, KO. Lama tidak merasakan ini. Allah memang selalu tepat dalam memberikan sesuatu. Saat kita memang butuh, di saat itu pula Allah berikan.
Kesyukuran adalah satu keharusan, siapapun orangnya, dimanapun ia berada dan dalam kondisi apapun. Buah dari kesyukuran adalah hadirnya keceriaan dalam hari- harinya tanpa ada kecemasan sedikitpun akan apa yang bakal terjadi. Keceriaan itu kemudian mmbawa seseorang pada upaya untuk tetap menghadirkan situasi damai dan tenang. Keceriaan itu akan membawa seseorang pada upaya untuk memperindah suasana, membantu menciptakan pikiran- pikiran positif yang selanjutnya berefek pada maksimalnya usaha.
Menghadirkan keceriaan tentu tidak semudah yang dibayangkan. Dengan berbagai peristiwa yang terjadi di depan mata, maraknya pemikiran- pemikiran yang mengacaukan pikiran, dan hadirnya sosok- sosok yang begitu 'seriusnya' dalam tiap urusan.
Darimana keceriaan itu berasal? Ia hadir dari pribadi yang memiliki ketenangan hati. Nah, bagaimana pula cara menghadirkan ketenangan hati?
AL QUR'AN
Sejak kecil Ali bin Abi Thalib telah menunjukkan pemikirannya yang kritis dan brilian. Kesederhanaan, kerendah-hatian, ketenangan dan kecerdasannya yang bersumber dari Al-Qur'an dan wawasan yang luas. Hingga akhirnya dia menempati posisi istimewa di antara para sahabat lainnya.
Pada suatu ketika datanglah seseorang kepada sahabat Rasulullah yang bernama Ibnu Mas’ud r.a. meminta nasehat, katanya: ” Wahai Ibnu Mas’ud, berilah nasehat yang dapat kujadikan obat bagi jiwaku yang sedang gelisah. Dalam beberapa hari ini, aku merasa tidak tenteram, jiwaku gelisah dan fikiranku kusut; makan tak enak, tidur tak nyenyak.”
Maka Ibnu Mas’ud menasehatinya, katanya:” Kalau penyakit itu yang menimpamu, maka bawalah hatimu mengunjungi tiga tempat, yaitu ketempat orang membaca Al Quran, engkau baca Al Quran atau engkau dengar baik-baik orang yang membacanya; atau engkau pergi ke pengajian yang mengingatkan hati kepada Allah; atau engkau cari waktu dan tempat yang sunyi, disana engkau berkhalwat menyembah Allah, umpama di waktu tengah malam buta, di saat orang sedang tidur nyenyak, engkau bangun mengerjakan shalat malam, meminta dan memohon kepada Allah ketenangan jiwa, ketentraman fikiran dan kemurnian hati. Seandainya jiwamu belum juga terobati dengan cara ini, engkau minta kepada Allah, agar diberi-Nya hati yang lain, sebab hati yang kamu pakai itu, bukan lagi hatimu.”
Setelah orang itu kembali kerumahnya, diamalkannyalah nasihat Ibnu Mas’ud r.a. itu. Dia pergi mengambil wudhu kemudian diambilnya Al Quran, terus dia baca dengan hati yang khusyu'. Selesai membaca Al Quran, berubahlah kembali jiwanya, menjadi jiwa yang aman dan tenteram, fikirannya tenang, kegelisahannya hilang sama sekali.
Keceriaan semoga menjadi pilihan kita dalam menghadapi semua urusan. Keceriaan tidak hanya dilihat dari senyum yang selalu mengembang, kefasihan dalam berbicara, kesibukan menanyakan kabar saudaranya, namun lebih dari itu. Keceriaan yang hadir dari ketenangan hati akibat kedekatan pada sang Ilahi. Hati yang tenang adalah kuncinya. (17/03san)
2 komentar:
:)
okelah...
apanya yang ok?
KO iya:)
wahh, lumayan juga hadiah lomba masaknya ni ya. boleh L....
Post a Comment