Bukankah wadah ini seharusnya menjadi rumah hangat bagi penghuninya?
Rumah yang sejatinya bisa memberi kedamaian lewat aktivitas yang meningkatan ruhiyah serta menciptakan hubungan baik antar penghuninya.
Tapi serasa ia berubah. Bukan lagi kehangatan yang diberikan, namun kepanasan. Terik.
Bukan lagi kegiatan yang memiliki ruh, namun tidak lebih hanya sekadar bentuk ke- eksisan.
Dan hubungan antar penghuninya? Jauh dari rasa memiliki satu sama lain. Akibatnya? Rumah berantakan.
Ibarat ada sebuah bom yang dilemparkan namun tidak sampai merenggut korban nyawa, hanya merenggut rasa sosial. Menyelamatkan diri sendiri dengan cara masing- masing. Ada yang terus berada di rumah itu, mencoba mengembalikan kedamaian. Ada juga yang mencoba bertahan sembari melirik rumah lain yang bisa dijadikan tumpangan karena rumahnya saat ini tidak lagi hangat. Dan ada juga yang serta merta pindah, tidak sanggup untuk bertahan lebih lama lagi.
Apakah sebenarnya visi kita membangun dan menempati rumah ini?
Satu pertanyaan kecil lalu muncul dari seorang anak kecil. Aku hanya ingin agar rumah ini bisa menjadi tempatku memperbaiki diri dan teman- temanku. Aku tidak bisa sendiri menjalankan tujuan itu, aku butuh kalian, saudaraku di rumah ini. Aku tidak ingin ada yang merasa tidak bagian dari anggota keluarga ini. Aku ingin kita kembali seperti dulu, solid dan terjaga. Tidakkah kalian rindu? (18/02san)
0 komentar:
Post a Comment