Liburan semester ganjil akan segera tiba. Cihuuuyyyy! Siapa yang gak senang dengan liburan? Terbebas dari berbagai rutinitas yang menjemukan, keluar dari kungkungan yang mengekang, aman dari segala tugas di perkuliahan. Saatnya bersenang- senang. Mungkin demikian tanggapn sebagaian besar mahasiswa menghadapai liburan semester yang tinggal menunggu beberaa hari lagi. Tidak ada yang salah. Hanya perllu kita arahkan semua situasi kea rah yang positif, termasuk liburan ini.
Nah, bagaimana seorang aktivis dakwah memandang liburan? Apa saja yang perlu dipersiapkan untuk sebuah masa yang punya atmosfir sangat berbeda dengan yang biasanya?
Ada 2 hal yang harus dilakukan oleh seorang aktivis dakwah kampus dalam menyongsong masa liburan yang terhitung lumayan panjang. Kedua hal itu adalah evaluating dan planning.
Pertama, evaluating. Pentingnya sebuah evaluasi tentu sudah dirasakan benar manfaatnya oleh setiap aktivis. Evaluasi kegiatan yang sering dilakuakan merupakan satu hal yang sangat penting untuk perbaiakn ke depan. Begitu juga dengan hidup kita. Mengevaluasi diri atas apa yang telah kita perbuat selama satu semester lalu merupakan suatu bukti nyata bahwa kita ingin bisa lebih baik di semester selanjutnya. Evaluasi juga merupakan satu kebiasaan baik dan bahkan sangat dianjurkan oleh Allah.
“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kamu sekalian kepada Allah, dan hendaklah setiap diri, mengevaluasi kembali apa yang telah dilakukan untuk menata hari esok. Dan bertakwalah kamu sekalian kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kalian kerjakan”. (QS. Al. Hasyr:18)
Sebagaimana pesan Sahabat Nabi Amirul Mukminin Umar bin Khottob : " حاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا "
" Evaluasilah (Hisablah) dirimu sebelum kalian dihisab dihadapan Allah kelak"
" Evaluasilah (Hisablah) dirimu sebelum kalian dihisab dihadapan Allah kelak"
1. Muhasabah
Yaitu evaluasi diri dan meningkatkan kualitas diri dengan selalu mengambil hikmah dari setiap sesuatu yang terjadi dalam diri kita.
2. Mu’ahadah
Yaitu mengingat-ingat kembali janji yang pernah kita katakan. Setiap saat, setiap shalat kita seringkali bersumpah kepada Allah : إيّاك نعبد و إيّاك نستعين
Hanya kepada-Mu-lah kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolong. Kemudian kita berjanji ; ونسكي ومحياي ومماتي لله رب العالمين إن صلاتي “Sesungguhnya solatku, ibadahku, hidup dan matiku semata-mata karena Allah Rabb semesta alam”. Dengan demikian, ada baiknya kita kembali mengingat-ingat janji dan sumpah kita. Semakin sering kita mengingat janji, insya Allah kita akan senantiasa menapaki kehidupan ini dengan nilai-nilai ketakwaan. Inilah yang disebut dengan mua’ahadah.
3. Mujahadah
Adalah bersungguh-sungguh kepada Allah Swt. Allah menegaskan dalam firmannya : والذين جاهدوا فينا لنهدينهم سبلنا
Orang-orang yang sungguh (mujahadah) dijalan Kami, Kami akan berikan hidayah kejalan kami.
Terkadang kita ibadah tidak dibarengi dengan kesungguhan, hanya menggugurkan kewajiban saja, takut jatuh kedalam dosa dan menapaki kehidupan beragama asal-asalan. Padahal bagi seorang muslim yang ingin menjadi orang-orang yang bertakwa, maka mujahadah atau penuh kesungguhan adalah bagian tak terpisahkan dalam menggapai ketakwaan disamping muhasabah dan mu’ahadah.
4. Muraqabah
Adalah senantiasa merasa diawasi oleh Allah Swt. Inilah diantara pilar ketakwaan yang harus dimiliki setiap kali kita mengawali awal tahun dan menutup tahun yang lalu. Perasaan selalu merasa diawasi oleh Allah dalam bahasa hadisnya adalah Ihsan.
”الإحسان هو أن تعبد الله كأنك تراه فإن لم تكن تراه فإنه يراك"
artinya :“Ihsan adalah engkau senantiasa beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, kalau pun engkau belum bisa melihat-Nya, ketahuilah sesungguhnya Allah melihat kepadamu”.
Muraqabah atau ihsan adalah diantara jalan ketakwaan yang harus kita persiapkan dalam menyongsong dan mengisi lembaran tahun baru.
Dulu dimasa sahabat, sikap muraqabah tertanam dengan baik dihati setiap kaum muslimin. Kita bisa ambil sebuah contoh kisah. Suatu ketika Amirul Mukminin Umar bin Khattab bertemu dengan seorang anak gembala yang sedang menggembalakan kambing-kambingnya. Umar berkata kepada anak tersebut: Wahai anak gembala, juallah kepada saya seekor kambingmu! Si anak gembala menjawab : Kambing-kambing ini ada pemliknya, saya hanya sekedar menggembalakannya saja. Umar lalu berkata : Sudahlah, katakan saja kepada tuanmu, mati dimakan serigala kalau hilang satu tidak akan ketahuan. Dengan tegas si anak itu menjawab : Jika demikian, dimanakah Allah itu? Umar demi mendengar jawaban si anak gembala ia pun menangis dan kemudian memerdekakannya.
Lihatlah, seorang anak gembala yang tidak berpendidikan dan hidup didalam kelas sosial yang rendah tetapi memiliki sifat yang sangat mulia yaitu sifat merasa selalu diawasi oleh Allah dalam segala hal. Itulah yang disebut dengan muraqabah. Muraqabah adalah hal yang sangat penting ketika kita ingin menjadikan takwa sebagai bekal hidup kita ditahun ini dan tahun yang akan datang. Jika sikap ini dimiliki oleh setiap muslim, insya Allah kita tidak akan terjerumus pada perbuatan maksiat. Imam Ghazali mengatakan : ‘Aku yakin dan percaya bahwa Allah selalu melihatku maka aku malu berbuat maksiat kepada-Nya”.
5. Mu’aqobah
Artinya, mencoba memberi sanksi kepada diri manakala diri melakukan sebuah kekhilafan, memberikan teguran dan sanksi kepada diri kalau diri melakukan kesalahan. Ini penting dilakukan agar kita senantiasa meningkatkan amal ibadah kita. Manakala kita terlewat shalat subuh berjamaah maka hukumlah diri dengan infak disiang hari, misalnya. Manakala diri terlewat membaca al-Qur’an ‘iqoblah diri dengan memberi bantuan kepada simiskin. Kalau diri melewatkan sebuah amal shaleh maka hukumlah diri kita sendiri dengan melakukan amal shaleh yang lain. Inilah yang disebut mu’aqabah. Jika sikap ini selalu kita budayakan, insya Allah kita akan selalu mampu meningkatkan kualitas ibadah dan diri kita.
Yaitu evaluasi diri dan meningkatkan kualitas diri dengan selalu mengambil hikmah dari setiap sesuatu yang terjadi dalam diri kita.
2. Mu’ahadah
Yaitu mengingat-ingat kembali janji yang pernah kita katakan. Setiap saat, setiap shalat kita seringkali bersumpah kepada Allah : إيّاك نعبد و إيّاك نستعين
Hanya kepada-Mu-lah kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolong. Kemudian kita berjanji ; ونسكي ومحياي ومماتي لله رب العالمين إن صلاتي “Sesungguhnya solatku, ibadahku, hidup dan matiku semata-mata karena Allah Rabb semesta alam”. Dengan demikian, ada baiknya kita kembali mengingat-ingat janji dan sumpah kita. Semakin sering kita mengingat janji, insya Allah kita akan senantiasa menapaki kehidupan ini dengan nilai-nilai ketakwaan. Inilah yang disebut dengan mua’ahadah.
3. Mujahadah
Adalah bersungguh-sungguh kepada Allah Swt. Allah menegaskan dalam firmannya : والذين جاهدوا فينا لنهدينهم سبلنا
Orang-orang yang sungguh (mujahadah) dijalan Kami, Kami akan berikan hidayah kejalan kami.
Terkadang kita ibadah tidak dibarengi dengan kesungguhan, hanya menggugurkan kewajiban saja, takut jatuh kedalam dosa dan menapaki kehidupan beragama asal-asalan. Padahal bagi seorang muslim yang ingin menjadi orang-orang yang bertakwa, maka mujahadah atau penuh kesungguhan adalah bagian tak terpisahkan dalam menggapai ketakwaan disamping muhasabah dan mu’ahadah.
4. Muraqabah
Adalah senantiasa merasa diawasi oleh Allah Swt. Inilah diantara pilar ketakwaan yang harus dimiliki setiap kali kita mengawali awal tahun dan menutup tahun yang lalu. Perasaan selalu merasa diawasi oleh Allah dalam bahasa hadisnya adalah Ihsan.
”الإحسان هو أن تعبد الله كأنك تراه فإن لم تكن تراه فإنه يراك"
artinya :“Ihsan adalah engkau senantiasa beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, kalau pun engkau belum bisa melihat-Nya, ketahuilah sesungguhnya Allah melihat kepadamu”.
Muraqabah atau ihsan adalah diantara jalan ketakwaan yang harus kita persiapkan dalam menyongsong dan mengisi lembaran tahun baru.
Dulu dimasa sahabat, sikap muraqabah tertanam dengan baik dihati setiap kaum muslimin. Kita bisa ambil sebuah contoh kisah. Suatu ketika Amirul Mukminin Umar bin Khattab bertemu dengan seorang anak gembala yang sedang menggembalakan kambing-kambingnya. Umar berkata kepada anak tersebut: Wahai anak gembala, juallah kepada saya seekor kambingmu! Si anak gembala menjawab : Kambing-kambing ini ada pemliknya, saya hanya sekedar menggembalakannya saja. Umar lalu berkata : Sudahlah, katakan saja kepada tuanmu, mati dimakan serigala kalau hilang satu tidak akan ketahuan. Dengan tegas si anak itu menjawab : Jika demikian, dimanakah Allah itu? Umar demi mendengar jawaban si anak gembala ia pun menangis dan kemudian memerdekakannya.
Lihatlah, seorang anak gembala yang tidak berpendidikan dan hidup didalam kelas sosial yang rendah tetapi memiliki sifat yang sangat mulia yaitu sifat merasa selalu diawasi oleh Allah dalam segala hal. Itulah yang disebut dengan muraqabah. Muraqabah adalah hal yang sangat penting ketika kita ingin menjadikan takwa sebagai bekal hidup kita ditahun ini dan tahun yang akan datang. Jika sikap ini dimiliki oleh setiap muslim, insya Allah kita tidak akan terjerumus pada perbuatan maksiat. Imam Ghazali mengatakan : ‘Aku yakin dan percaya bahwa Allah selalu melihatku maka aku malu berbuat maksiat kepada-Nya”.
5. Mu’aqobah
Artinya, mencoba memberi sanksi kepada diri manakala diri melakukan sebuah kekhilafan, memberikan teguran dan sanksi kepada diri kalau diri melakukan kesalahan. Ini penting dilakukan agar kita senantiasa meningkatkan amal ibadah kita. Manakala kita terlewat shalat subuh berjamaah maka hukumlah diri dengan infak disiang hari, misalnya. Manakala diri terlewat membaca al-Qur’an ‘iqoblah diri dengan memberi bantuan kepada simiskin. Kalau diri melewatkan sebuah amal shaleh maka hukumlah diri kita sendiri dengan melakukan amal shaleh yang lain. Inilah yang disebut mu’aqabah. Jika sikap ini selalu kita budayakan, insya Allah kita akan selalu mampu meningkatkan kualitas ibadah dan diri kita.
Kedua, planning menjadi satu hal yang tidak bisa dianggap remeh. Planning akan membawa kemana kita akan menggerakkan kaki kita, memfokuskan pikiran kita, bahkan mengatur strategi yang akan kita lakukan di masa depan. Untuk itu perlu adanya target2 yang bisa mengantarkan kita pada kemenangan yang aingin kita capai. Ada rumus PINTAR yang bisa kita terpakan dalam membuat target2 kita di masa depan.
P untuk Positif
Target yang baik adalah target yang positif. Anda boleh saja menetapkan sasaran apapun dan meraihnya, namun apalah artinya jika semua itu bukan sesuatu yang positif atau berdampak baik?
Ketika menetapkan target perhitungkanlah apabila berhasil apakah hasilnya sepadan dengan waktu dan usaha yang diluangkan? Apakah hasilnya cukup bermanfaat (bagi anda atau orang lain) untuk jangka panjang? Apakah ada target lain yang lebih layak untuk kita perjuangkan? Katakanlah anda punya target jangka panjang untuk menyelesaikan 20 seasons di Football Manager 2009. Itu butuh waktu 3-4 bulan nge-game, padahal anda bukanlah gamer profesional. Konyol kan? Maka bolehlah saya asumsikan bahwa target yang anda buat tadi bukanlah merupakan target yang positif.
I untuk Istimewa
Syarat kedua adalah istimewa. Ini masalah motivasi, urgensi, dan tingkat kepentingan. Berdasarkan pengalaman saya akan jauh lebih mudah apabila target yang anda tetapkan benar-benar anda inginkan, bukan hanya target yang kelihatan bagus dari sono-nya.
Ada ribuan hal yang harus saya capai setiap harinya. Mulai dari tidak boleh terlambat kuliah, makan jangan belepotan, sampai kalau mandi jangan lupa keramas. Namun hal-hal seperti itu bukanlah sesuatu yang istimewa, anda tidak perlu mendapuknya sebagai target. Pastikanlah sasaran anda adalah sesuatu yang istimewa, yang memang benar-benar anda inginkan. Tahun 2010 misalnya saya menargetkan mengunjungi Eropa. Bagi saya target ini istimewa karena berasal dari keinginan pribadi dan tidak mudah dicapai.
N untuk Nyata
Banyak orang yang punya target hebat, misalnya : "Saya harus hidup lebih sehat" atau "Saya harus makin tampan". Tidak saya pungkiri itu merupakan target yang positif, namun parameternya masih terlampau abstrak. Target yang baik adalah target yang nyata atau ilustratif.
Sebagai ganti "Saya harus hidup lebih sehat", akan lebih baik apabila anda mengubahnya menjadi "Saya harus ikut senam aerobik sejam sehari" atau boleh juga "Saya harus minum 300 mL jus buah setiap hari". Demikian pula daripada "Saya harus jadi semakin tampan" lebih mudah anda bilang "Saya mau operasi plastik minggu depan." Dengan menetapkan target yang nyata dan jelas 5W + 1H-nya (What, Who, When, Where, Why + How) pasti akan lebih mudah bagi anda untuk menjalankannya.
T untuk Terukur
Meskipun dampak dari suatu target adalah kualitatif, pendefinisiannya lebih baik jika kuantitatif. Suatu target haruslah terukur. Jangan sekedar pasang target "Saya harus kurus", namun berikanlah ukuran-ukurannya. Misalnya target anda tercapai apabila "Turun tiga kilogram dalam satu bulan".
Dengan adanya ukuran kesuksesan, maka anda dapat menilai progress dari rutinitas anda. Yang jelas, apabila suatu target tidak terukur maka target itu tidak dapat di-manage. Contoh paling jelas dari pengaplikasian metode ini adalah patokan yang saya buat untuk membaca lima buku per bulan. Lewat patokan nominal, anda tidak mudah kehilangan arah. Ingat. Patokan bukan batasan. Kadangkala saya membaca lebih dari lima buku per bulan. Karena target bukan untuk dicapai, tapi untuk dilampaui.
A untuk Adaptif
Apabila suatu target terlalu ortodoks, maka kemungkinannya gagal semakin besar. Anda haruslah memberikan toleransi tertentu pada target yang anda buat agar target tersebut adaptif. Target yang baik harus dapat memandu kita, bukan mendikte atau memagari.
Target kita kerap dipengaruhi oleh prediksi kita akan masa depan. Yakinlah bahwa masa depan takkan 100% terjadi sesuai dengan prediksi. Saya bisa saja merencanakan lari marathon minggu depan, namun tiba-tiba pada hari itu hujan badai menghajar Bandung. Untuk itulah anda harus pandai-pandai mempertahankan produktivitas saat situasi berubah, merencanakan escape plan, dan siap menghadapi kemungkinan terburuk untuk tidak down setelah gagal menjalankan rencana. Ini bagian yang sulit.
R untuk Rasional
Formula terakhir dan juga yang terpenting, adalah rasional. Anda bisa saja membuat target yang positif, istimewa, nyata, maupun terukur namun tidak rasional. Misalnya "Tahun 2009 ini saya ingin jadi orang kaya dengan cara menang undian BCA satu milyar". Itu merupakan target yang tidak rasional karena di luar kuasa anda.
Suatu target yang ingin anda capai haruslah di dalam kuasa anda. Artinya anda mampu dan mau untuk melakukannya. Percuma saja anda memasang target yang ada di luar kemampuan anda. Apakah target anda rasional atau tidak bergantung pada perhitungan anda sendiri. Biasanya saya memasang target berdasar patokan periode sebelumnya. Intinya, target harus setinggi mungkin untuk dicapai, serendah mungkin untuk tetap rasional.
Nah, evaluating dan planning tentunya menjadi satu paket kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan satu sma lain. Keduanya akan bersinergi untuk menjadikan diri kita menjadi lebih baik dan mampu mencapai kemenangan yang kita cita- citakan. Seseorang yang enggan mengevaluasi dan hanya fokus pada perencanaan masa depan tidak akan efektif dalam pencapaian targetnya. Begitu juga jika seseorang yang hanya sibuk mengevaluasi namun tidak ada perencanaan untuk masa depan, ia hanya akan lelah untuk hal yang sia- sia. Oleh karena itu, evaluating dan planning adalah dua hal yang tidak terpisahkan dari diri seorang aktivis dakwah. Semoga bermanfaat. (09/12san dari berbagai sumber)
2 komentar:
Alhamdulillah,,
kok tahu aku suka football manager ???
waduh .... syukron
Post a Comment